By Endang Makassar
BAB I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Salah satu tujuan pelajaran IPA (fisika) adalah agar siswa menguasai berbagai konsep dan prinsip IPA (fisika) untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap percaya diri sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Pengajaran fisika juga dimaksudkan untuk pembentukan sikap yang positif terhadap fisika, yaitu merasa tertarik untuk mempelajari fisika lebih lanjut karena merasakan keindahan dalam keteraturan perilaku alam serta kemampuan fisika dalam menjelaskan berbagai peristiwa alam dan penerapan fisika dalam teknologi.
Pernyataan ini mengandung makna bahwa selain untuk kepentingan penerapan dalam kehidupan penerapan sehari-hari dan teknologi, penguasaan konsep-konsep dan prinsip-prinsip fisika pada kelas-kelas awal merupakan persyaratan keberhasilan belajar fisika dan meningkatnya minat siswa terhadap fisika pada kelas-kelas selanjutnya. Dengan kata lain jika penguasaan konsep-konsep dan prinsip-prinsip fisika di kelas-kelas awal sangat rendah disertai dengan sikap negatif terhadap pelajaran fisika, sulit diharapkan siswa akan berhasil dengan baik dalam pembelajaran di kelas-kelas selanjutnya.
Berbagai upaya telah ditempuh guru untuk menjadikan siswa, khususnya siswa dikelas X SMA Negeri 11 Makassar ini menguasai dan memahami fisika, diantaranya penggunaan buku paket yang didalamnya terdapat latihan soal-soal fisika dengan harapan siswa dapat mempelajarinya. Namun dalam kenyataan menunjukkan belum adanya perubahan yang berarti tentang tingkat penguasaan siswa tersebut. Hal ini dapat terlihat dari nilai hasil tes formatif (ujian mid semester dan ujian semester) pada siswa kelas X SMA Negeri 11 Makassar secara umum yang masih dibawah standar KKM sekolah tersebut, sehingga siswa harus melakukan remedial hingga beberapa kali untuk mencapai nilai standar KKM tersebut.
Berdasarkan observasi yang dilakukan penulis di SMA Negeri 11 Makassar selama kegiatan PPL berlangsung terhadap siswa memberikan gambaran bahwa secara umum siswa hanya mempelajari Fisika pada waktu jam pelajaran fisika berlangsung disekolah, hal ini terlihat dari banyaknya siswa yang mengerjakan Pekerjaan Rumah (PR) disekolah. Siswa kurang termotivasi untuk mempelajari kembali pelajaran fisika dirumah atau diluar jam pelajaran sekolah. Kebanyakan siswa berpendapat bahwa pelajaran fisika sulit karena mereka banyak menjumpai persamaan matematik sehingga ia diidentikkan dengan angka dan rumus. Bagi siswa, konsep dan prinsip fisika menjadi sulit dipahami dan dicerna oleh kebanyakan mereka. Hal ini berdampak pada rendahnya minat siswa untuk belajar fisika. Masalah ini merupakan salah satu masalah klasik yang kerap dijumpai oleh para guru fisika di sekolah.
Ketidaksukaan pada pelajaran fisika, dapat berdampak pula pada sikap siswa terhadap guru fisikanya. Tidak sedikit guru fisika yang kurang mendapat simpati dari para muridnya karena ketidakberhasilan siswa dalam belajar fisika.. Nilai yang buruk dalam tes formatif dan sumatif fisika menempatkan guru sebagai penyebab kegagalan di mata siswa dan orang tua. Sikap siswa akan sangat berbeda pada guru kesenian atau olah raga misalnya, pelajaran yang menjadi favorit bagi kebanyakan siswa.
Rendahnya kualitas proses dan hasil belajar siswa ditunjukkan oleh fakta sebagai berikut :
1. Siswa cendrung tidak menunjukan minat yang baik terhadap pembelajaran fisika
2. Dilihat dari hasil belajar yang ditunjukan oleh hasil tes formatif, rata-rata hasil tes formatif masih tergolong rendah.
3. Siswa cendrung belajar dengan hanya menghafal rumus-rumus tanpa memahami maknanya.
4. Kemampuan mereka untuk menyelesaikan permasalahan atau soal-soal secara umum sangat rendah.
5. Pemahaman terhadap cara siswa menyelesaikan soal-soal uraian menunjukan bahwa mereka tidak memiliki kemampuan menyelesaikan soal-soal secara sistematis (yakni visualisasi masalah, mendeskripsikan dalam deskripsi fisika, merencanakan solusi, menyelesaikan solusi, dan mencek solusi).
6. menyelesaikan soal-soal dengan cara trial and error dengan mencocokan soal-soal dengan rumus-rumus yang dihafalkannya.
Untuk mengantisipasi keadaan tersebut, maka guru sangat memegang peranan penting untuk mengupayakan metode pembelajaran yang memungkinkan siswa memahami dan menguasai pelajaran fisika. Salah satu metode yang selama ini dilakukan oleh guru adalah pemberian tugas. Pemberian tugas dengan metode pembelajaran kelompok ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal fisika..
Menyingkapi hal diatas maka dalam kesempatan ini peneliti sengaja mengkaji suatu masalah melalui penelitian dengan judul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan Soal-soal Fisika Melalui Metode Belajar Kelompok Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 11 Makassar.”
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas,maka rumusan masalah penelitian ini adalah : Bagaimana meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal-soal fisika melalui penerapan metode belajar kelompok pada siswa Kelas X SMA Negeri 11 Makassar?
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan kemampuan menyelesaikan soal-soal fisika pada siswa kelas X SMA Negeri 11 Makassar melalui penerapan metode belajar kelompok.
D. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :
1. Memberikan informasi tentang kemampuan siswa menyelesaikan soal-soal fisika dalam proses belajar-mengajar fisika, dengan informasi tersebut diharapkan dapat menjadi acuan bagi penelitian selanjutnya untuk melakukan penelitian peningkatan kemampuan siswa dalam proses pengajaran melalui penelitian tindakan kelas
2. Untuk menjadi bahan informasi tentang kelemahan dan kelebihan mempelajari fisika dengan menggunakan metode pembelajaran kelompok untuk meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal-soal fisika..
3. Menjadi alternatif pengajaran fisika disekolah dalam upaya meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal-soal fisika.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A. TINJAUAN PUSTAKA
1. Tinjauan Umum Pembelajaran Kelompok
Semua model mengajar ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur tujuan, dan stuktur penghargaan (reward). Struktur tugas mengacu pada dua hal, yaitu pada cara pembelajaran itu diorganisasikan dan jenis kegiatan yang dilakukan oleh siswa didalam kelas. Hal ini berlaku pada pengajaran klasikal maupun pengajaran dalam kelompok kecil, siswa diharapkan melakukan sesuatu selama pengajaran itu, baik tuntutan akademik dan social terhadap siswa pada saat mereka bekerja menyelesaikan tugas-tugas belajar yang diberikan.
Struktur tugas berbeda sesuai dengan berbagai macam kegiatan yang terlibat didalam pendekatan pengajaran tertentu. Sebagai contoh, beberapa pelajaran menghendaki siswa duduk pasif sambil menerima informasi dan ceramah guru, pelajaran lain menghendaki siswa mengerjakan LKS dan pelajaran yang lain menghendaki siswa berdiskusi dan berdebat.
Struktur tujuan suatu pelajaran adalah sejumlah saling ketergantungan yang dibutuhkan siswa pada saat mereka mengerjakan tugas-tugas mereka. Terdapat tiga macam struktur tujuan yang telah berhasil diidentifikasi, yaitu :
1. Struktur tujuan disebut indivudualistik jika pencapaian tujuan tidak memerlukan interaksi dengan orang lain dan tidak bergantung pada baik-buruknya pencapaian orang lain. Siswa yakin upaya mereka sendiri untuk mencapai tujuan tidak ada hubungannya dengan upaya orang lain dalam mencapai tujaun tersebut. Denagn demukian setiap usaha yang dilakukan oleh setiap individu untuk mencapai tujuan merupakan selingan bagi individu lainnya.
2. Struktur tujuan kooperatif terjadi jika siswa mencapai tujuan mereka hanya jika siswa lain dengan siapa mereka bekerja sama mencapai tujuan tersebut. Tiap-tiap individu ikut andil menyumbang pencapaian tujuan-tujuan tersebut. Siswa yakin bahwa tujuan mereka akan tercapai jika dan hanya jika siswa lainnya juga mencapai tujuan tersebut. Tujuan kelompok akan tercapai apabila semua anggota kelompok mencapai tujuan itu bersama-sama.
3. Struktur pengghargaan untuk berbagai macam model pembelajaran juga bervariasi. Seperti halnya struktur tujuan yang dapat diklasifikasi menjadi individualistik dan koopertif. Struktur penghargaan individualistic terjadi jika suatu penghargaan itu bias dicapai oleh siswa manapun dan tidak bergantung pada pencapaian individu lainnya, sedangkan struktur penghargaan kooperatif sebaliknya, yaitu situasi dimana upaya individu membantu individu lain mendapat penghargaan menggunakan struktur penghargaan kooperatif.
Pengorganisasian pembelajaran kooperatif dicirikan oleh struktur tugas, tujuan, dan penghargaan kooperatif, siswa yang bekerja dalam situasi pembelajaran kooperatif didorong dan dikendalikan untuk bekerja sama pada suatu tugas bersama, dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan dalam upaya meningkatkan kemampuan menyelasaikan soal-soal fisika dengan metode belajar kelompok ini.
a. Tujuan pembelajaran dan hasil belajar
Metode pembelajaran kelompok dikembangkan untuk mencapai tujuan pembelajaran, yaitu :
Ø Hasil Belajar Akademik
Beberapa ahli berpendapat banwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan penilaian siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar.
Ø Penerimaan Terhadap Perbedaan Individu
Pembelajaran kooperatif memberi peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk saling bergantung satu sama lain atau tugas-tugas bersama, dan melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif, belajar untuk menghargai satu sama lain.
Ø Pengembangan Keterampilan Sosial
Pembelajaran kooperatif mengajar kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi. Keterampilan ini amat penting dan sebagian besar dilakukan dalam organisasi yang saling bergantung satu sama lain dan dimasyarakat secara budaya semakin beragam.
b. Bentuk-bentuk Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan prinsip Konstruktivisme dari Vygotsky, yang menganggap bahwa siswa lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit jika mereka saling mendiskusikan masalah-masalah tersebut bersama dengan temannya.
Pembelajaran kooperatif mengacu pada metode pengajaran dimana siswa bekerja sama dalam kelompok kecil yang saling membantu dalam belajar.
Untuk pencapaian tujuan pembelajaran khususnya pembelajaran fisika ditawarkan berbagai pendekatan maupun metode yang bias diterapkan oleh guru selama pembelajaran berlangsung. Untuk pembelajaran kooperatif ada beberapa macam model pendekatan yang digunakan, yaitu :
Ø Model Student teams Achievement Division (STAD)
STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan rekan-rekannya di Universitas John Hopkin, dan merupakan pendekatan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Guru yang menggunakan STAD, juga mengacu pada kelompok siswa, menyajikan materi informasi baru kepada siswa setiap minggu menggunakan presentasi verbal maupun teks.
Siswa dalam satu kelas tertentu dipecah menjadi kelompok haruslah heterogen, yang terdiri dapi laki-laki dan perempuan, yang berasal dari berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Anggota tim menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain untuk menuntaskan materi pelajarannya dan kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami bahan pembelajaran melalui tutorial, kuis, satu sama lain dan atau setiap 2 minggu siswa diberi kuis. Kuis itu diskor dan tiap individu diberi skor perkembangan.
Ø Model Jigsaw
Jigsaw telah dikembangkan dan diujicoba oleh Elliot Aronson dan rekan-rekannya di Universitas John Hopkins. Dalam penerapan Jigsaw, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 5-6 orang kelompok belajar heterogen yang mempelajari materi akademik yang telah dibagi menjadi sub-sub.
Setiap anggota membacakan sub-sub yang ditugaskan, kemudian anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari sub-sub yang sama bertemu dari kelompok-kelompok ahli untuk mendiskusikan sub-sub mereka. Selanjutnya para siswa kembali ketim asal mereka bergantian mengajar teman satu timnya.
Ø Investigasi Kelompok (IK)
Dalam pendekatan investigasi kelompok, siswa dikelompokkan menjadi tim yang beranggotakan 5-6 orang kelompok belajar heterogen. Selanjutnya siswa memilih topik untuk diselidiki secara mendalam dan mempresentasikan laporannya kepada seluruh rekan siswa lainnya. Dalam kelompok-kelompok menangani aspek yang berbeda dari topik yang sama, siswa dan guru mengevalausi tiap kontribusi kelompok terhdap kerja kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi yang dilakukan dapat berupa penialain individual atau kelompok.
Ø Pendekatan Struktural
Pendekatan ini member penekanan pada penggunaan struktur tertentu diantaranya Think-Pair-Share dan Membered-Head-Together yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa, dimana guru mengajukan pertanyaan kepada seluruh siswa dikelas dan siswa memberi jawaban setelah mengangkat tangan dan ditunjuk oleh guru. Struktur ini menghendaki siswa bekerja saling membantu dalam kelompok kecil dan lebih dicirikan oleh penghargaan kooperatif daripada penghargaan individual.
Ø Pendekatan Problem-Solving
Pendekatan Problem-Solving merupakan metode belajar kelompok untuk menyelesaikan suatu masalah. Salah satu jenis pendekatan yang dapat digunakan dalam pemecahan masalah yaitu model pembelajaran yang memungkinkan terjadinya sering pengetahuan antara teman sejawat dan antar siswa dan guru. Siswa perlu diberikan kesempatan untuk belajar secara intraktif kerjasama secara berkelompok dengan teman dalam mengembangkan pemahaman terhadap konsep-konsep dan prinsip-prinsip penting terutama dalam menyelesaikan persoalan-persoalan fisika.
Pendekatan Problem-Solving ini melibatkan siswa untuk penyelidikan tertentu atau investigasi. Siswa dituntut untuk memiliki kemampuan kognitif secara luas untuk menemukan solusi dari soal-soal fisika yang diberikan.
Dari kelima pendekatan diatas yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Pembelajaran Kelompok untuk Meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal-soal fisika. Metode ini merupakan suatu pola kerja kelompok yang setiap anggotanya adalah seorang ahli yang mandiri dan berfikir terbuka untuk menemukan solusi.
2. Metode Pembelajaran Kelompok untuk Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan Soal-soal Fisika
Metode pembelajaran kelompok yang berfokus pada pengembangan pemahaman konsep, pengembangan intraksi kelompok dan kerjasama, dan latihan memecahkan masalah merupakan pilihan yang terbaik. Model pembelajaran yang memenuhi kriteria ini adalah model pengajaran koopratif (cooperative learning) yang dipadukan dengan pemecahan masalah (problem solving) secara sistematis.
Latihan-latihan menggunakan konsep-konsep dan prinsip-prinsip pada berbagai persoalan perlu dilakukan secara bertahap. Oleh karena itu, metode pemecahan masalah secara sistematis yang terdiri dari: visualisasi masalah, mendeskripsikan masalah kedalam deskripsi fisika, merencanakan solusi, menyelesaikan solusi, dan mencek solusi sangat penting dilatihkan. Metode ini sangat diperlukan bukan hanya dalam menyelesaikan soal-soal uraian, tetapi juga dalam menyelesaikan soal-soal pilihan ganda, metode ini tidak ditulis, tetapi tetap berlangsung dalam pikiran siswa. Bila metode pembelajaran kelompok untuk meningkatkan kemampuan menyelesaian soal secara sistematis ini dilatihkan secara terus menerus, maka ketika berhadapan dengan soal, siswa dengan cepat dapat mengidentifikasi konsep apa yang dibutuhkan untuk menyelesaikan soal-soal dan rumus mana yang terkait dengan konsep tersebut.
Secara oprasional tingkat intraksi siswa dalam kelas adalah skor yang diperoleh siswa dalam kegiatan-kegiatan diskusi dan bertanya. Hasil belajar yang dimaksud adalah menyangkut hasil belajar dalam aspek kognitif , afektif, dan psikomotor.
1. Hasil belajar pada aspek kognitif meliputi penguasaan konsep-konsep dan prinsip-prinsip penting dan kemampuan menyelesaikan soal-soal fisika.
2. Hasil belajar dalam aspek afektif meliputi aspek nilai (value), minat (interset), dan sikap (attitude).
3. Hasil belajar pada aspek psikomotor adalah skor siswa dalam melaksanakan keterampilan-keterampilan yang meliputi kemampuan manipulasi (manipulation), artikulasi (articulation), dan naturalisasi (naturaliszation).
Metode pembelajaran kelompok untuk meningkatkan kemapuan siswa dalam belajar fisika ini dapat memantapkan pengetahuan yang diperoleh siswa karena dengan adanya kemampuan mereka dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan akan menyalurkan minat dan melatih siswa menelaah materi pelajaran dengan wawasan yang lebih luas.
3. Proses Belajar Mengajar
Keberhasilan proses belajar-mengajar sangat ditentukan oleh faktor pengelolaan pembelajaran yang memungkinkan berlangsungnya proses belajar-mengajar yang baik, sehingga diharapkan dapat terjalin suasana belajar yang baik dan penyesuaian antara komponen yang satu dengan komponen yang lainnya. Komponen yang dimaksud disini adalah guru, siswa, metode, tujuan, bahan ajar, dan hal-hal yang berkaitan dengan proses belajar-mengajar.
Guru yang kreatif dan agresif akan senantiasa memberikan variasi dalam proses mengajarnya serta selalu memperhatikan kondisi siswa yang sedang belajar akan lebih baik jika dibandingkan dengan guru yang cara belajarnya bersifat statis, sebab guru yang tidak menggunakan variasi kan membuat siswa menjadi jenuh. Sebaliknya guru yang senantiasa memperhatikan kondisi siswa yang sedang belajar dan berusaha mengarahkan siswa pada suasana belajar denga selingan berupa cerita, humor, permainan, pujian untuk memotivasi siswa dalam membangkitkan semangat belajar siswa, sehingga proses belajar-mengajar yang diharapkan memperoleh hasil yang optimal dan tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.
Pengajaran yang efektif bagi siswa terjadi jika tingkat kesukaran pelajaran dapat disesuaikan dengan tingkat kemampuan siswa. Bagaimana tingkat kesukaran pelajaran dapat disajikan secara logis dan sistematis, khususnya dalam pelajaran fisika yang banyak dijumpai konsep dan pengertian fisis, demikian pula dalam pembahasannya memerlukan penjabaran secara sistematis. Karena pada dasarnya kemampuan siswa tidak sama, maka untuk mengatasi kesukaran tersebut guru perlu menggunakan metode yang sesuai karena guru tidak tahu apakah siswa masih mampu mengikutinya. Oleh sebab itu diperlukan kejelian dan kemampuan seorang guru dalam melihat faktor-faktor yang dapat menghambat jalannya pembelajaran.
Dalam proses belajar-mengajar guru diharapkan mampu menyelesaikan masalah secara efektif, untuk itu guru harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang prinsip-prinsip mengajar sebagai dasar dalam rancangan kegiatan belajar-mengajar, seperti meluruskan tujuan, memilih bahan, memilih metode, dan menetapkan evaluasi.
Peranan guru dalam proses belajar-mengajar sangat besar karena guru harus menggunakan metode yang tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran yang efektif. Metode mengajar yang memperlakukan siswa sebaagi subyek adalah metode mengajar yang dapat mengaktifkan siswa secara maksimal.
4. Tingkat Penguasaan
Prestasi belajar sebenarnya menggambarkan sejauh mana tingkat penguasaan siswa terhadap materi yang disajikan oleh guru. Untuk mengetahui tingkat penguasaan tersebut, biasanya dialakukan pengukuran dalam bentuk angka sebagai hasil dari kegiatan evaluasi.
Penilaian dalam bentuk lain dapat dilakukan dengan cara persentase. Respon yang mencapai 60,00% keatas dalam mengerjakan soal-soal dengan benar digolongkan memiliki tingkat penguasaan yang cukup. Sedangkan respon yang memiliki nilai 60,00% kebawah digolongkan memiliki tingkat penguasaan yang kurang memadai.
Untuk lebih jelasnya, predikat keberhasilan yang dinyatakan dalam bentuk tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran fisika dapat dilihat dari tabel berikut.
Tabel 1. Predikat Tingkat Penguasaan Soal-soal oleh siswa
No | Tingkat Penguasaan (%) | Predikat |
1. | 86,00 – 100,00 | Sangat Baik |
2. | 76,00 – 85,00 | Baik |
3. | 60,00 – 75,00 | Cukup |
4. | 55,00 – 59,00 | Kurang |
5. | ≤54,00 | Sangat Kurang |
5. Pemberian Tugas
Hasil belajar merupakan indikator yang menunjukkan tingkat keberhasilan guru dalam mengajar dan keberhasilan siswa dalam proses belajar. Hasil belajar diartikan dengan sesuatu yang telah dicapai dari apa yang telah dilakukan atau dikerjakan sebelumnya.
Biasanya hasil belajar itu dilakukan dengan jalan melaksanakan penilaian. Penilaian itu merupakan salah satu unsur yang penting dalam belajar, karena dengan penilaian tersebut, data yang diperoleh dapat diolah hasilnya dan dijadikan sebagai sumber informasi bagi guru untuk mengetahui tingkat keberhasilan metide mengajar yang digunakan.
B. KERANGKA BERFIKIR
Aktivitas siswa dalam pembelajaran merapakan salah satu unsur yang paling penting dalam menentukan efektif tidaknya suatu pembelajaran. Selain itu guru harus mempertimbangkan model pembelajaran yang sesuai untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Untuk memunculkan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar-mengajar, maka perlu dipilih suatu metode pembelajaran yang menumbuhkan keaktifan siswa secara maksimal, sehingga siswa memperoleh kebermaknaan belajar. Selain itu dapat membantu siswa mengungkapkan dan menyelesaikan permasalahan termasuk menyelesaikan soal-soal fisika.
Pembelajaran dengan metode pembelajaran kelompok untuk menyelesaikan soal-soal fisika selain dapat membantu siswa menumbuhkan sikap positif terhadap Fisika, karena didalam proses latihan penyelesaian soal-soal fisika akan melatih siswa untuk terampil menjawab persoalan yang berhubungan dengan materi pelajaran yang telah diajarkan.
Para siswa secara individu membangun kepercayaan diri terhadap kemampuannya untuk menyelesaikan persoalan-persoalan fisika sehingga akan mengurangi bahkan akan menghilangkan rasa cemas terhadap pelajaran fisika yang kebanyakan dialami oleh para siswa.
C. HIPOTESIS TINDAKAN
Berdasarkan kajian teoritis yang telah dikemukakan di atas, maka diajukan hipotesis tindakan sebagai berikut:
“Penggunaan metode belajar kelompok dapat meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal-soal fisika pada siswa kelas X SMA Negeri 11 Makassar”
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) dengan tahapan-tahapan, yaitu Perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan evaluasi, refleksi..
B. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah Siswa Kelas X6 SMA Negeri 11 Makassar pada tahun ajaran 2008/2009.
C. Variabel Penelitian
Penelitian yang terdiri atas dua variabel, yaitu (1)Metode pembelajaran kelompok. (2) Kemampuan menyelesaikan soal-soal fisika.
D. Defenisi Operasional Variabel
Bahasan yang jelas tentang penelitian yang akan diuraikan dalam defenisi operasional adalah sebagai berikut :
1. Metode pembelajaran kelompok
Metode pembelajaran kelompok adalah salah satu strategi yang digunakan guru dalam proses kegiatan belajar-mengajar dengan cara membagi siswa kedalam beberapa kelompok, dimana setiap kelompok terdiri dari 5-6 orang siswa, kemudian guru memberikan soal-soal fisika untuk diselesaikan secara berkelompok pada masing-masing kelompok yang sudah terbentuk.
2. Kemampuan Menyelesaikan Soal-soal Fisika
Penguasaan siswa terhadap materi pelajaran fisika (soal-soal fisika) yang digambarkan dengan skor yang mereka peroleh dari tes hasil belajar fisika dalam setiap ahir siklus.
E. Prosedur Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini direncanakan dalam dua Siklus, yaitu Siklus I dan Siklus II. Pelaksanaan penelitian dilakukan karena adanya permasalahan yang dialami dalam pembelajaran, kemudian dilakukan perencanaan tindakan untuk mengatasi permasalahan tersebut, yang dilanjutkan dengan upaya pelaksanaan tindakan dan observasi pelaksanaan. Hasil observasi selajutnya direfleksi untuk mengetahui hasil pelaksanaan tindakan. Jika refleksi menunjukkan bahwa hasil diperoleh belum memadai, maka dilanjutkan dengan Siklus II yang dimulai dari perencanaan, demikian seterusnya.
Untuk lebih jelasnya, secara sistematis keterkaitan antara setiap komponen dengan komponen lainnya dalam satu siklus antara siklus I dengan siklus II dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Observasi |
Perencanaan |
Pelaksanaan Tindakan
|
Refleksi |
Rencana yang direvisi |
Pelaksanaan Tindakan
|
Observasi |
Refleksi |
HASIL |
SIKLUS II |
SIKLUS I |
Keterangan
Siklus I ; Pelaksanaan penelitian pada siklus pertama ini dibagi atas 4 tahap sesuai dengan kriteria penelitian tindakan kelas dengan alokasi waktu 8 x 35 menit yang terdiri dari 4 x pertemuan, yaitu :
a. Tahap Perencanaan
1. Telaah kurikulum SMA Negeri 11 Makassar untuk mata pelajaran fisika.
2. Menentukan pokok bahasan yang akan diajarkan pada siklus I.
3. Membuat paket pedoman yaitu skenario pembelajaran dengan model pembelajaran kelompok untuk menyelesaikan soal-soal fisika.
4. Membuat lembar observasi.
5. Membuat evaluasi untuk mengukur hasil belajar siswa.
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
1. Membagi siswa kedalam beberapa kelompok, dimana dalam setiap kelompok terdiri dari 5-6 orang.
2. Menyampaikan kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dalam pembelajaran tersebut
3. Memberikan tugas berupa soal-soal fisika untuk dikerjakan dan diselesaikan kepada kelompok yang sudah terbentuk.
4. Mempresentasekan hasil kerja kelompok dengan membandingkannya dengan kelompok lain dibawah bimbingan guru dimana hasilnya menjadi umpan balik bagi siswa.
5. Pengembangan aktifitas-aktifitas siswa dalam belajar baik secara perorangan maupun kelompok.
6. Memberikan penjelasan mengenai solusi dari penyelesaian soal-soal fisika yang diberikan.
7. Memberikan kesempatan bagi siswa yang membuat kesalahan agar memperbaiki kesalahan tersebut.
8. Memantau keaktifan dan keseriusan siswa dalam proses pembelajaran sesuai dengan pedoman observasi
c. Tahap Observasi
Selama pembelajaran berlangsung akan dilaksanakan pemantauan tentang keaktifan siswa berdasarkan pedoman observasi. Meningkat atau tidaknya hasil belajar fisika siswa diperoleh dari tes yang diberikan pada akhir siklus akan didata dalam lembar obsevasi, yang kemudian data hasil observasi dan hasil tes akan dianalisis.
d. Tahap Refleksi
Pada tahap ini, setiap hasil yang diperoleh dalam proses pembelajaran akan direfleksi. Hasil Refleksi tersebut akan didiskusikan dengan guru mata pelajaran di sekolah dan akan dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam mengadakan tindakan lanjutan.
Siklus II ;
Dari hasil refleksi, hal-hal yang sudah baik tetap dipertahankan sedangkan hal-hal yang masih kurang diperbaiki dengan melanjutkan siklus II sebagai kelanjutan dari pelaksanaan tindakan dari siklus I yang tahapannya sama seperti siklus pertama. Data yang diperoleh dari siklus lanjutan ini juga dianalisis dengan tujuan untuk mengetahui hasil yang sebenarnya berdasarkan tujuan kegiatan belajar mengajar yang hendak dicapai.
F. Teknik Pengumpulan Data
Data dari hasil penelitian ini dapat diperoleh dari :
1. Data mengenai tingkat kemampuan siswa menyelesaikan soal-soal fisika yang diambil dari tes awal dan tes akhir tiap siklus.
2. Data mengenai sikap, motivasi dan kesungguhan siswa mengikuti proses belajar-mengajar fisika maupun kesungguhan dan cara mengerjakan soal-soal fisika yang diberikan agar kemampuan menyelesaikan soal-soal fisika dapat meningkat.
G. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini selanjutnya akan dianalisis secara deskriktif dengan melihat hasil belajar fisika siswa yang diperoleh dalam proses belajar kelompok melalui kemampuan menyelesaikan soal-soal fisika. Hasil analisis deskriktif tersebut ditampilkan dalam bentuk skor untuk mendapatkan kesimpulan dalam penelitian ini, seperti yang diungkapkan Arikunto (2000), sebagai berikut :
Tabel 2. Pengkategorian interval skor pada tingkat penguasaan soal-soal fisika
No | Interval skor | Kategori |
1. | 8,1 -10,0 | Sangat Tinggi |
2. | 6,6 - 8,0 | Tinggi |
3. | 5,6 - 6,5 | Sedang |
4. | 4,1 – 5,5 | Rendah |
5. | 0 -4,0 | Sangat Rendah |
H. Indikator Pencapaian
Yang menjadi indikator keberhasilan penelitian ini adalah apabila kemampuan menyelesaikan soal-soal fisika sudah mencapai tingkat penguasaan berdasarkan nilai standar KKM setelah diajar dengan menggunakan metode belajar kelompok.
Instrument penelitian
1. Tugas, yaitu tes yang diberikan kepada siswa disetiap pertemuan. Tes berbentuk uraian yang terdiri dari 5 item. Tujuan tes ini adalah sebagai indicator kemampuan penguasaan siswa pada pelajaran fisika dan juga merupakan pedoman yang dipakai untuk mengetahui kesulitan yang dialami siswa dalam pokok bahasan yang diajarkan.
2. Tes akhir, yaitu tes yang diberikan kepada siswa yang bertujuab untuk mengukur tingkat penguasaan siswa terhadap pokok bahasan yang akan diajarkan setelah diadakan tindakan pada setiap akhir siklus.
3. Lembar observasi, catatan yang dibuat selama berlangsungnya penelitian tindakan kelas ini.
Tabel 2. Pengkategorian interval skor pada tingkat penguasaan soal-soal fisika
No | Interval skor | Kategori |
1. | 8,1 -10,0 | Sangat Tinggi |
2. | 6,6 - 8,0 | Tinggi |
3. | 5,6 - 6,5 | Sedang |
4. | 4,1 – 5,5 | Rendah |
5. | 0 -4,0 | Sangat Rendah |
Tabel 1. Predikat Tingkat Penguasaan Soal-soal oleh siswa
No | Tingkat Penguasaan (%) | Predikat |
1. | 86,00 – 100,00 | Sangat Baik |
2. | 76,00 – 85,00 | Baik |
3. | 60,00 – 75,00 | Cukup |
4. | 55,00 – 59,00 | Kurang |
5. | ≤54,00 | Sangat Kurang |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar