Selasa, 04 November 2008

E-Learning

Oleh: Yoshi SMUNIC*
Abstrak
Produksi materi ajar berbasis teknologi informasi merupakan elemen penting dalam upaya untuk mensukseskan implementasi e-learning di Indonesia. Terdapat dua pendekatan produksi yaitu pendekatan monilitik (Computer Based Instruction, CBI) yang menggabung materi ajar dengan sekeun kendalinya atau dengan pendekatan sharable (Intelligent Tutoring System, ITS) yang memisahkan materi ajar dengan sekuen kendalinya. Kedua pendekatan produksi tersebut mendefinisikan pemakaian teknologi yang berbeda yang harus dipahami dengan baik oleh e-developer.
Agar dapat memproduksi materi ajar secara industrial, keterlibatan pihak swasta (software house) sangat penting. Pada kondisi saat ini, pemerintah dapat mengambil menjalankan strategi institutional-policy driven yang akan menumbuhkan demand terhadap pemakaian materi ajar e-larning di sekolah-sekolah. Kebijakan tersebut haruslah diikuti dengan membentuk E-Learning Consortium yang secara khusus menangani
integrasi teknologi informasi dalam proses pendidikan di Indonesia, mendefinsikan
standar produksi serta menentukan kompetensi yang diperlukan untuk dapat menerapkan
e-learning di sekolah. Pada tahap berikutnya, strategi market driven akan berlaku dimana hukum supply-demand akan terjadi. Pihak swasta yang pada mulanya tidak masuk dalam segmen ini akan ikut terlibat. Pada tahap ini, pembuatan materi ajar yang sharable, dapat direkomposisi dan dijalankan pada berbagai sistem lingkungan belajar sudah menjadi keharusan.

Pengantar
Salah satu aspek yang memainkan peranan penting dalam kesuksesan implementasi elearning adalah tersedianya materi ajar elektronik yang dirancang sesuai dengan
kebutuhan. Dengan tersedianya materi ajar tersebut pada berbagai topik dan juga
tingkatan akan sangat membantu guru dalam proses belajar mengajar. Bentuk bantuan
tersebut dapat berupa penelusuran topik dengan cepat, kelengkapan sumber belajar,
penyimpanan yang kompak serta dapat memvisualisasikan penjelasan secara interaktif.
Secara umum materi ajar elektronik dapat dikelompokkan menjadi beberapa bagian
sebagai berikut [Bitter] :
• Drill-and-Practice Software
Digunakan untuk melatih konsep dan keahlian yang telah diajarkan melalui metode
biasa. Perangkat ajar dengan bantuan teknologi informasi telah banyak dimanfaatkan
saat ini. Untuk menjelaskan konsep dasar aljabar misalnya, terdapat banyak aplikasi
yang telah ditulis untuk menerangkan prinsip penjumlahan, bilangan, himpunan dan
sebagainya.
• Tutorial Software
Digunakan untuk menjelaskan konsep melalui ilustrasi dan deskripsi. Berperan
sebagai sumber belajar bagi siswa. Melalui perangkat lunak ini siswa dapat
mempelajari konsep baru dalam bidang pelajaran tertentu.
• Simulation Software
Manusia melakukan simulasi untuk memprediksi kemungkinan hasil dari sejumlah
kombinasi parameter yang ada. Seringkali simulasi juga dilakukan karena alasanalasan
lainnya seperti kelangkaan kombinasi parameter di dunia nyata, mahalnya
biaya atau pun karena faktor keamanan bagi manusia. Simulasi tabrakan antar benda-benda langit misalnya, tidak mungkin dilakukan oleh manusia untuk menunjukkan
efeknya bagi bumi. Simulasi reaksi berantai dalam reaktor nuklir, menjadi lebih
efisien dengan menggunakan komputer.
• Problem-Solving Software
Digunakan untuk melatih siswa dalam pengambilan keputusan. Dapat diwujudkan
dalam bentuk game. Saat ini telah cukup banyak perangkat lunak yang dikemas
dalam bentuk permainan. Permainan catur misalnya, adalah salah satu bentuk
perangkat lunak yang telah lama dimanfaatkan untuk melatih siswa dalam bidang
tersebut.
Dalam implementasinya, seringkali dilakukan kombinasi dari berbagai kelompok di atas
untuk menghasilkan satu topik pelajaran terintegrasi. Pada bentuk tersebut, biasanya
diawali dengan penjelasan konsep yang dikombinasi dengan simulasi. Pada tahap akhir
diberikan sejumlah pertanyaan terkait.
Teknologi Produksi Materi Ajar Elektronik
Sejak awal ditemukannya teknologi komputer, para pendidik sudah meyakini bahwa
komputer sangat potensial untuk dimanfaatkan dalam bidang pendidikan. Keyakinan ini
dibuktikan dengan berkembangnya produk-produk teknologi komputer untuk bidang
pendidikan. Perkembangan tersebut digambarkan sebagai berikut [ADL,2001]:

Pada tahap awal, pengembangan materi ajar menggunakan pendekatan Computer-Based
Instruction (CBI). Tahapan belajar dipandu secara instruksional melalui program yang
dirancang khusus pada media mainframe dengan menggunakan bahasa mesin. Dengan
perkembangan teknologi komputer, CBI mulai dimanfaatkan pada mesin-mesin
minicomputer, workstation sampai ke PC. Pergeseran ini mengurangi biaya
pengembangan materi ajar.
Pada tahap berikutnya sekitar tahun 1960-an, dikembangkan pendekatan baru yang lebih
menitikberatkan proses pembelajaran berbasis komputer yang berorientasi pada struktur
informasi untuk merepresentasi cara belajar manusia. Pendekatan ini disebut Intelligent Tutoring System (ITS). Pendekatan ini di tahap awal tidak berkembang dengan baik karena beberapa sebab. Pertama, ilmu pengetahuan tentang kognisi manusia masih relatif belum matang sejalan dengan tahap awal ilmu komputer. Kedua, pemodelan yang kompleks dan sistem berbasis aturan ternyata membutuhkan computing power yang
tinggi yang belum available saat itu.
Kedua pendekatan tersebut di atas berkembang sejalan dengan semakin matangnya
teknologi komputasi. Di tahun 1980-an, teknologi CBI lebih menitikberatkan pada
penyempurnaan instruksional komputer menjadi bentuk template yang menghindarkan
perancang materi ajar dari kerumitan pemrograman komputer. Pendekatan ini
menggabungkan isi dan kendali ke dalam satu bundel untuk memperoleh materi ajar yang
diharapkan. Sedangkan kelompok kedua terus mengembangkan pendekatan Intelligent
Tutoring System (ITS) yang memisahkan materi ajar dengan kendalinya. Konsep ini
memungkinkan materi ajar dikomposisi secara fleksibel untuk mencapai sasaran belajar
yang diharapkan.
Perkembangan teknologi internet di tahun 1990-an telah mengubah banyak kedua
pendekatan di atas. Internet memungkinkan diaksesnya beragam informasi dengan mudah
dengan memanfaatkan struktur komunikasi yang dibangun pada common standard.
Materi ajar berbasis web adalah antitesis dari pendekatan CBI karena materi ajar tersebut bebas platform dan dapat disimpan pada remote-server. Generasi berikutnya dari materi ajar berbasis web ini mulai memisahkan secara jelas isi (content) dengan kendali (control). Pada konteks ini, konsep reusable, sharable learning object dan adaptive learning strategy menjadi acuan bagi pengembangan materi ajar elektronik.
Pada saat ini telah banyak berkembang perangkat lunak yang dapat digunakan untuk
mengembangkan materi ajar elektronik, baik dengan pendekatan CBI atau pun ITS. Di
bawah ini diberikan beberapa tool yang banyak dijumpai di pasaran.
Tabel 2. Tool pengembangan materi ajar elektoronik
Perkembangan selanjutnya dari e-learning adalah pemanfaatan materi ajar elektronik
pada satu lingkungan belajar yang memungkinkan diadministrasikannya proses belajar,
catatan aktifitas belajar siswa serta penilaiannya. Konsep ini membawa lebih dari sekedar belajar menggunakan VCD atau CD Interaktif secara mandiri. Proses belajar e-learning harus dieksekusi pada lingkungan belajar yang lebih luas yang diselenggarakan di sekolah.
Produksi Materi Ajar Elektronik di Indonesia
Materi ajar elektronik yang saat ini beredar di Indonesia kebanyakan berasal dari luar negeri. Meskipun demikian, terdapat sejumlah kecil perusahaan yang telah memproduksi materi ajar elektronik seperti Pustekom dari Depdiknas (dalam bentuk VCD), atau program monolitik keluaran ElexMedia untuk berbagai bidang studi dan juga versi interaktif buatan software house lokal lainnya. Meskipun perkembangannya sangat
lambat, upaya untuk memproduksi materi ajar elektronik tetap dilakukan.. Kelambatan
ini tidak bisa dilepaskan oleh kondisi global industri software di Indonesia yang masih belum banyak menaruh perhatian secara serius pada pengembangan perangkat lunak
pendidikan.
Asosiasi Perangkat Lunak Indonesia (ASPILUKI) yang merupakan asosiasi perusahaan
software house mencatat data sekitar 60-an perusahaan software house di Indonesia,
termasuk di dalamnya software house asing [Warta,2002]. Penyebaran lokasi software
house meluas pada kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Batam dan Bali.
Di Bandung ada sekitar 50-an software house yang diharapkan menjadi cikal bakal
pembentukan Bandung High Tech Valley (BHTV).
Software merupakan salah satu bagian kecil dari pasar di bidang teknologi informasi
yang meliputi hardware, software, services (after sales and implementation) dan
consultation. Pasar software sendiri terbagi lagi menjadi operating system, database dan aplikasi. Pada kategori aplikasi, terdapat banyak penerapan, termasuk salah satunya materi ajar elektronik pada bidang pendidikan. Berdasarkan data yang dikumpulkan [Warta, 2002] dari 60 software house lokal, pada umumnya memusatkan layanannya pada aplikasi bisnis dan hanya satu software house yang fokus pada bidang pendidikan.
Peta ini tentunya menjelaskan kondisi yang dipaparkan di atas tentang lambatnya
perkembangan produksi materi ajar di Indonesia. Pada kondisi ini, muncul pertanyaan,
apakah mungkin bagi kita untuk memproduksi materi ajar secara industrial ?
Berdasarkan kategori teknologi yang digunakan, materi ajar elektronik di Indonesia
masih banyak dikembangkan dengan pendekatan Computer-Based Instruction (CBI).
Dengan pendekatan tersebut, materi ajar berikut kendalinya (learning sequence) dibundel menjadi satu kesatuan yang dijalankan melalui CD ataupun diinstal pada hard disk. Pada satu sisi pendekatan ini memungkinkan siswa belajar secara mandiri tanpa harus tersambung ke jaringan komputer. Di sisi lain, pendekatan ini tidak memungkinkan materi ajar di-dekomposisi dan kemudian di-komposisi ulang menjadi materi lain.
Sebagai akibatnya, materi ajar tersebut sangat vendor oriented dan tidak dapat
dikombinasikan dengan materi ajar dari vendor lain. Problem ini harus dipecahkan untuk dapat mencapai kondisi ideal jika ingin memproduksi materi ajar secara industrial. Menggunakan pendekatan teknologi yang sesuai dan pendefinisian standar materi ajar menjadi keharusan bagi Indonesia jika ingin mencapai kondisi ideal tersebut.
Anatomi Lingkungan Materi Ajar
Lingkungan materi ajar yang digunakan oleh siswa, sebenarnya dikomposisi oleh banyak
komponen. Pada pendekatan CBI, semua komponen tersebut dibundel menjadi satu.
Sedangkan pada pendekatan ITS, komponen-komponen tersebut dipisahkan sehingga
memudahkan dalam pemanfaatan kembali materi ajar untuk tujuan dan sasaran
pengajaran yang berbeda. Berdasar pada pendekatan ITS, lingkungan belajar e-learning
dibangun oleh komponen-komponen lingkungan materi ajar sebagai berikut.
Kompetensi Pengembang Materi Ajar Elektronik.
Untuk mengembangkan materi ajar (Learning Object), diperlukan sejumlah kompetensi tertentu. Di bawah ini adalah rumusan kompetensi yang dibutuhkan [Training].
• Kemampuan mengembangkan strategi untuk memenuhi kebutuhan belajar
Untuk tiap sasaran belajar yang ditentukan dalam dokumen desain, tentukan apakah
proses belajar melibatkan domain yang ada (kognitif, afektif dan psikomotorik).
Tentukan pula strategi yang sesuai untuk tiap domain belajar yang terkait.
• Kemampuan menyiapkan dokumen desain
Sebagai hasil konsultasi dengan ahli di bidang terkait, instruktur elektronik, spesialis media atau spesialis teknis, siapkan dokumen yang mengandung detil informasi analisis peserta didik, sasaran belajar, strategi belajar, metode dan media yang digunakan, prasyarat e-tutoring, kebutuhan perangkat keras dan perangkat lunak serta aspek administratif yang diperlukan dalam proses belajar.
• Kemampuan mengembangkan spesifikasi teknis
Bersama dengan spesialis teknis, perlu dikembangkan karakteristik teknis materi ajar
sehingga memenuhi persyaratan pemakaian hardware dan software yang digunakan.
Termasuk didalamnya seperti penentuan sisten operasi, browser, resolusi layar, warna
yang digunakan, tool pemrograman, basis data, authoring tool, dan interoperabilitas
dengan produk yang sudah ada.
• Kemampuan menyiapkan materi ajar
Menyiapkan materi ajar yang sesuai dengan target peserta, merancang tes, simulasi
atau penugasan yang diperlukan untuk meyakinkan materi dapat diterima dengan
baik.
• Kemampuan mengembangkan antar muka dengan user
Antar muka perlu dikembangkan dengan baik sehingga mudah dibaca dan dipahami,
layout yang konsisten dengan sistem navigasi yang baik yang memudahkan pemakai
berpindah dari satu topik ke topik lain.
• Kemampuan menyiapkan elemen-elemen media yang digunakan
Menyiapkan elemen media yang digunakan dan memastikan elemen tersebut bekerja
dengan baik.
• Kemampuan mengintegrasikan semua komponen materi ajar
Semua komponen materi ajar harus dapat diintegrasikan melalui penggunaan tool
tertentu. Komponen tersebut dapat berupa teks, suara, video dan modul program yang
menyertainya.
• Kemampuan memahami prinsip dasar e-learning
Pemahaman yang baik tentang e-learning, internet, proses belajar orang dewasa (adult
learning), fase pengembangan proyek e-learning dan peran masing-masing pihak
dalam proyek pengembangan materi ajar.
• Kemampuan mengembangkan strategi belajar secara menyeluruh
Mengembangkan strategi belajar secara menyeluruh dengan memperhatikan sasaran
belajar, karakteristik peserta belajar dan prinsip pengajaran orang dewasa. Jika
memungkinkan, kembangkan materi ajar yang reusable sehingga dapat dikomposisi
ulang untuk membangun materi ajar lain. Tentukan juga kombinasi metode belajar
(studi mandiri, game, simulasi, tes, riset web, aktifitas off-line, penugasan, kerja sama kelompok dan dukungan instruktur). Tentukan media yang digunakan untuk materi
ajar (teks, audio, animasi, video, dsb) yang diperlukan. Di samping itu juga perlu
ditentukan perangkat lunak dan perangkat keras yang nantinya akan dipakai.
Kompetensi di atas lebih banyak merujuk pada kemampuan untuk memproduksi learning
object. Pada konteks ini, persinggungan antara engineer teknologi informasi dengan
subject master harus dilakukan untuk mendapatkan gambaran yang utuh tentang
bagaimana sasaran belajar berserta metode ditetapkan untuk kebutuhan tertentu. Dengan
cara kolaborasi, produksi materi ajar akan memberikan hasil yang lebih bermakna.

Planetary (Art Hobson)

How do we know that Earth is round? Science is based on
observable evidence. So scientists are always skeptical, always asking, "How do we know?" We will frequently ask this question.
How do we know that Earth is spherical rather than flat? The evidence is fairly direct today (Figure 1.7), but what evidence might the ancient Greeks have had? Take a minute, to think about this.
(This is a minute, for thinking.)
The Greek philosopher Aristotle, living two centuries after Pythagoras, stressed the importance of evidence. He gave many good observational reasons to believe that Earth is spherical rather than flat. For one thing, ships sink little by little below the horizon as they go out to sea (Figure 1.8). For a second thing, Greek travelers reported that in northern lands, the noontime sun is lower in the sky. For a third, the shadow cast by Earth on the moon, as observed during an eclipse of the moon, is the shape that would be expected if both Earth and the moon were spherical. -0
But there was a problem. Because the spheres rotated uniformly, the transparent spheres theory predicted that each planet moved at a uniform rate around Earth. But careful observation showed that they do not. Instead, their rate of rotation, as seen from Earth, changes. Figure 1.9 diagrams this effect for a single planet such as Mars. The diagram is drawn relative to the background stars, and so it does not show the nightly rotation of Mars and the stars. Relative to the stars, Mars generally moves from west to east, but at a variable rate. Occasionally, Mars even changes directions and moves east to west relative to the stars, a phenomenon known as retrograde motion.
The Greek philosopher Plato, convinced that an elegant mathematical reality lay behind the heavenly motions, challenged his students with the problem of finding a geometric scheme that would explain the observed motions. They constructed a theory similar to Pythagoras's but far more elaborate, involving multiple transparent spheres for each planet.
One Greek thinker, Aristarchus, proposed that the sun and not Earth was at rest at the center of the universe, that Earth and the five planets circled the sun, and that Earth spun on its axis. It was a radical idea, and few astronomers took it seriously because it seemed absurd for several reasons: Earth seems nothing like the heavens, so how could Earth be a planet like the heavenly planets? It seems
absurd to believe that Earth moves. It's too big! What immense force could be pushing it to keep it moving? If it does move, it seems that objects such as birds and clouds that are not attached to the ground should be left behind. If Earth spins on its axis, objects should be hurled off, just as a stone is hurled from a rotating sling. These things were not observed, and so for reasons that made sense at the time, Greeks rejected Aristarchus's theory. It would be 2000 years before a sun-centered theory would again be considered.
Another problem arose. The Greeks noticed that during a planet's retrograde motion, it appeared brighter than at other times, as though it were closer to Earth during this time. Yet Plato's theory, with each planet on an Earth-centered sphere, implied that each planet maintained a fixed distance from Earth.
To explain the varying brightness of the planets, the Greeks tried something rather different. Instead of moving on multiple spheres, each planet now moved around Earth in a circle within a circle. As shown in Figure 1.10, a planet such as Mars moved uniformly around a circle whose center was on another circle that was centered on Earth. The small outer circle was called the planet's "epicycle," and the inner circle centered on Earth was called the planet's "deferent." The center of the epicycle moved uniformly along the deferent, so that Mars moved in two circles at the same time. This produced a loop-the-loop orbit for each planet (Figure 1.10). In agreement with observation, the theory predicted that there would be occasional periods of retrograde motion (on the inside of the loops) and that the planet would be closest to Earth during retrograde motion and so should appear brightest. It was a satisfying picture, and it explained the observations. It was a good theory.
Figure 1.11 pictures this theory, greatly simplified. This theory was finally refined and summarized around A.D. 100 by Ptolemy, antiquity's greatest astronomer (Figure 1.12). In order to agree with the known observations, Ptolemy introduced two new ideas: the displacement or "eccentricity" of the centers and
the "equant point" from which the motion appears uniform. s The details of these are not crucial here. To agree with the observations, each planet needed lots of epicycles-more than 80. T'hirteenth-century Spanish King Alfonso X commented that "if the Lord Almighty had consulted me before embarking upon the creation, I should have recommended something simpler."

RAMBU-RAMBU PENYUSUNAN PROPOSAL

PROPOSAL PENELlTIAN KUANTlTATlF

FORMAT UMUM
PERUMUSAN MASALAH YANG AKAN DITELITI (JUDUL PROPOSAL)
A. PENDAHULUAN
B. MASALAH UMUM YANG AKAN DITELITI
1. Masalah khusus: submasalah
Pertanyaan penelitian
dan/atau Hipotesis Penelitian
2. Tujuan Penelitlan
3. Manfaat penelitian

C. KAJIAN PUSTAKA
D. Metodologi Penelitian
1. Metode dan desain penelitian
2. Subjek penelitian
3. Instrumen penelitian
4. Prosedur penelitian
5. Analisis data dan penyajiannya
6. Keterbatasan penelitian
7. Alur penelitian (gambar)
E. Jadwal pelaksanaan
F. DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN


RAMBU-RAMBU PROPOSAL PENELITIAN KUANTITATIF

PERUMUSAN MASALAH YANG AKAN DITELITI (JUDUL PROPOSAL)
Rumuskan masalah secara jelas, terfokus pada apa yang akan diteliti, sehingga orang lain dapat memahami arah penelitian berdasarkan judulnya.

PENDAHULUAN
Kemukakan latar belakang dari masalah yang akan diteliti secara jelas dan terarah. Jangan terlalu luas, tetapi fokuskan pada area dan hal-hal yang berkaitan dengan "apa", dan "mengapa" masalah pendidikan tersebut perlu diteliti.


MASALAH UMUM YANG AKAN DITELITI
Perumusan masalah umum, ada baiknya dalam bentuk pertanyaan. Agar masalah ini dapat dipahami dengan baik dan memudahkan peneliti untuk menentukan arah penelitian, maka masalah umum dijabarkan menjadi masalah khusus (submasalah) berupa pertanyaan penelitian. Pertanyaan penelitian dapat digunakan untuk penelitian survey, deskriptif, penelitian eksperimental dan non eksperimental.
Hipotesis penelitian juga dapat digunakan untuk rancangan penelitian eksperimental maupun non eksperimental. Hipotesis harus jelas dan menunjukkan sifat empiris penelitian, sesuaikan dengan rancangan penelitian. Peneliti sebaiknya menentukan batasan masalah yang akan diteliti, dan definisi operasional variabel yang akan diteliti.
Tujuan Penelitian: sesuaikan dengan masalah penelitian
Manfaat penelitian; merupakan penjelasan tentang pentingnya penelitian bagi
(1) perkembangan keilmuan (2) implikasinya terhadap praksis pendidikan atau penelitian selanjutnya.

KAJIAN PUSTAKA

Menyajikan segala sesuatu yang perlu diketahui tentang masalah yang akan diteliti dari sudut pandang teoretis dan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Kajian pustaka juga memuat kesimpulan dari landasan teori berdasarkan wawasan peneliti yang menengarai adanya kesenjangan antara teori dengan kondisi dilapangan.
METODOLOGI PENELITIAN
Desain dan metodologi dalam penelitian kuantitatif juga meliputi subjek penelitian dan cara pengambilan sampelnya, penjelasan tentang instrumen yang digunakan, prosedur pengumpulan data, analisis data dan penyajian data,serta keterbatasan rancangan

Subjek penelitian diidentifikasi melalui populasi yang sesuai, bagaimana penarikan sampel dari populasi , ukuran sampel, dan rasional penarikan sampel tersebut. Sampel perlu dilindungi kerahasiaannya.

Instrumen penelitian disesuaikan dengan hipotesis atau pertanyaan penelitian dan variabel penelitian. Instrumen perlu diuji validitas dan reliabilitasnya.

Prosedur penelitian merupakan bagian yang menjelaskan bagaimana langkah-langkah penelitian dan hubungannya dengan variabel yang akan diteliti.


Analisis data dan penyajian data menunjukkan bagaimana penggunaan teknik statistika dalam penelitian serta penafsirannya, pengujian hipotesis, pemilihan rumus yang tepat untuk uji hipotesis dan penarikan kesimpulannya.

JADWAL PELAKSANAAN Dibuat dalam bentuk tabel

DAFTAR PUSTAKA
Merupakan daftar referensi yang digunakan oleh peneliti sebagai landasan teori dari masalah yang diteliti, baik dari buku teks, jurnal, internet yang sungguh-sungguh digunakan untuk kajian pustaka (bukan sekedar ditampilkan sebagai daftar buku)

LAMPIRAN
Merupakan bahan suplemen yang melengkapi proposal, misalnya: Silabus dan Rencana pembelajaran
Instrument dan angket
Surat izin penelitian dll.
PROPOSAL PENELITIAN KUALITATtF
FORMAT UMUM
PERUMUSAN MASALAH YANG AKAN DITELITI (JUDUL PROPOSAL)
A. PENDAHULUAN
B. REVIEW STUDI PENDAHULUAN
C. MASALAH YANG AKAN DIHADAPI (foreshadowed problem)
D. MANFAAT PENELITIAN
E. DESAIN DAN METODOLOGI PENELITIAN
1. Pemilihan jejaring sosial atau situs (lokasi penelitian
2. Peran penelitian
3. Strategi pengambilan sample yang diperlukan
4. Stategi Pengumpulan Data
5. Analisis Data Induktif
6. Keterbatasan Desain
F. DAFTAR PUSTAKA
G. LAMPIRAN


RAMBU-RAMBU PROPOSAL KUALITATIF

PENDAHULUAN
Pendahuluan memuat rumusan masalah umum, kajian pustaka, masalah yang akan dihadapi, dan signifikansi masalah yang akan diteliti a. Rumusan masalah umum
a. Rumuskan masalah secara jelas sehingga pembaca atau penilai memahami pentingnya masalah dan area pendidikan yang akan diteliti. Rumusan masalah dipaparkan di bagian awal dari pendahuluan yang kemudian diikuti dengan deskripsi latar belakang masalah. Rumusan masalah dirumuskan dalam bentuk frase seperti "mendeskripsikan dan menganalisis..." masalah yang akan diteliti agar arah penelitian menjadi jelas
b. Review studi pendahuluan menyajikan kerangka konseptual awal dari penelitian yang menggambarkan kesenjangan keilmuan. Review ini merupakan kajian pustaka dalam bidang akademis- sosiologis, psikologis, antropologis, atau politik yang relevan secara akademis. Kajian pustaka singkat dan mencerminkan penelitian, dan akan dikaji secara yang lebih mendalam melalui prosedur kualitatif.
c. Masalah yang akan dihadapi (foreshadowed problem) dinyatakan sebagai gambaran umum, antisipasi terhadap reformulasi pertanyaan penelitian, situs atau partisipan yang diperoleh secara tentatif atau formal untuk melakukan penelitian. Dengan kata lain peneliti telah memperoleh informasi awal.

MANFAAT PENELITIAN

Dideskripsikan sejauhmana penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk (1) perkembangan keilmuan (2) implikasi penelitian selanjutnya dan praksis pendidikan. Penelitian kualitatif dapat mengembangkan keilmuan karena menyajikan secara rina deskripsi dan peristiwa alamiah yang tidak terdeskripsi dalam kajian pustaka.. Di samping itu, penelitian kualitatif dapat mengembangkan konsep dan eksplanasi teoretis berdasarkan pengamatan yang rinci.

DESAIN DAN METODOLOGI

Dalam proposal kualitatif, pedu dijelaskan mengenai situs-situs atau jejaring sosial yang dipilih, strategi pengumpulan data, analisis data secara induktif dan keterbatasan desain.
a. Situs yang dipilih, menggambarkan kemungkinan untuk menginvestigasi fenomena dan proses masalah yang akan dihadapi. Karakteristik situs perlu digambarkan agar dapat diperoleh gambaran tentang pembelajaran atau kelas, kondisi sosial setempat, aktivitas khusus, proses, partisipan dsb.


b. Jejaring sosial yang dipilih dideskripsikan sebagai pertimbangan untuk memperoleh gambaran tentang masalah yang akan dihadapi, misalnya asosiasi profesi atau orangtua siswa yang akan menunjang oenelitian. kelompok siswa; dan funasi masinn-masing kelompok dalampenelitian
c. Strategi penentuan sampel penelitian, harus ditentukan dalam proposal. Sampel kecil tetapi dapat dijasikan kasus individual, social atau proses.
d. Strategi pengumpulan data. Meskipun pengumpulan data secara spesifik dapat muncul di lapangan, namun peneliti perlu menampilkan berbagai metode, seperti participant observation, interview secara mendalam, dan artefak yang diharapkan dapat ditemukan di lapangan.
e. Analisis data secara induktif. Strategi untuk memfasilitasi temuan di lapangan melaiui analisis yang rinci, koding topik-topik khusus, pengembangan kategori, teknik penemuan pola yang bermanfaat untuk penelitian. Bila memungkinkan, peneliti dapat menggunakan software programs untuk mengelola data.
f. Keterbatasan desain. Sama dengan penelitian kuantitatif, keterbatasan situs, ruang lingkup penelitian, fokus penelitian, dan lain-lain.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
Ø Surat izin penelitian
Ø Kerahasiaan partisipan
Ø Aturan protokoler dalam jejaring penelitian
Ø Catatan lapangan singkat, simpulan pengamatan, wawancara, dan transkrip
Ø Deskripsi partisipan yang menjadi sampel penelitian
Ø Transkrip
Ø Jadwal penelitian dll


Pasal 4
Proposal Penelitian
I . Setelah judul penelitian disetujui oleh Ketua Program Studi/Jurusan, mahasiswa menyusun proposal penelitian dibawah bimbingan dosen pembimbing.
2. Setelah proposal penelitian disetujui oleh pembimbing, mahasiswa melaksanakan penelitian.
3. Setelah menyelesaikan penelitian, selanjutnya mahasiswa melaporkan dalam bentuk tulisan yang berupa skripsi.
4. Proposal penelitian skripsi kuantitatif sekurang-kurangnya memuat :
A. Judul
B. Latar belakang masalah
C. Rumusan masalah
D. Tujuan Penelitian
E. Kajian Pustaka
F. Rumusan Hipotesis
G. Metode Penelitian
1. Variabel dan Inclikator
2. Teknik Pengambilan Sampel
3. Teknik Pengumpulan Data
4. Teknik Analisis Data
H. Sistematika
I. Daftar Pustaka
5. Proposal penelitian skripsi kualitatif sekurang-kurangnya memuat :
A. Judul
B. Latar belakang masalah
C. Rumusan masalah
D. Tujuan Penelitian
E. Kajian Pustaka
F. Metode Penelitian
1. Fokus Penelitian
2. Pendekatan Penelitian
3. Teknik Pengumpulan Data
4. Teknik Analisis Data
G. Sistematika
H. Daftar Pustaka

BAB III
BIDANG KAJIAN SKRIPSI
Pasal 5
Ruang Lingkup dan Bentuk Kajian Skripsi
1. Tema skripsi diangkat dari permasalahan yang relevan dengan kompetensi program studi/jurusan mahasiswa;
Z. Bentuk kajian skripsi antara lain berupa: (1) Survei, (2) Eksperimen, (3) Penelitian Teoritik/Kepustakaan, (4) Analisis Isi (content analysis), (5) Expost Facto, (6) Penelitian Historis, (7) Penelitian Tindakan (action research) balk dalam proses belajar mengajar di kelas maupun intervensi kelembagaan dalam bentuk proyek, dan (8) Penelitian lainnya yang mengacu pada epistemologi keilmuan.

Kajian Pustaka

Tujuan:
Setelah mempelajari topik ini anda diharapkan dapat:
Mendeskripsikan pentingnya kajian pustaka
Menguraikan langkah–langkah yang harus dilakukan dalam mengkaji kepustakaan
Mendeskripsikan jenis informasi dalam referensi umum
Menjelaskan perbedaan antara sumber utama dan sumber sekunder berikut contohnya
Menjelaskan pengertian “searchterm”dan penggunaannya
Mencari kepustakaan yang relevan baik secara manual atau perbantuan computer,tentang topik yang dimintai dan membuat simpulan

Nilai suatu kajian pustaka

Kajian pustaka sangat membantu peneliti karena:
1. mengumpulkan gagasan dari peneliti lain yang berkaitan dengan pertanyaan penelitian
2. membantu peneliti untuk mengetahui hasil yang dicapai peneliti lain yang hampir mirip dengan penelitian yang sedang dilakukan.
Kajian pustaka yang rinci umumnya perlu dilakukan oleh siswa jenjang magister dan doctor dalam rangka penyelesaian tesis atau disertasi mereka. Oleh karena itu penelitia perlu mempertimbangkan kajian pustaka yang sesuai dengan situasi atau masalahnya demi memperjelas arah penelitian yang akan dilakukannya.

Tipe Sumber Penelitian

Terdapat tiga sumber informasi yang berkaitan dengan pertanyaan penelitian yaitu:
1. Referensi umum: sumber yang dijadikan rujukan utama oleh peneliti, misalnya dari artikel tertentu, karangan ilmiah, buku, dan dokumen lainnya yang berkaitan langsung dengan pertanyaan penelitian. Referensi umum merupakan indeks, yaitu daftar pengarang, judul buku, tempat penerbitan artikel atau wacana atau berupa abstrak. Misalnya Current Indeks to Journal in Education atau daftar abstrak Psychological Abstract.
2. Sumber primer: adalah publikasi di mana seseorang melakukan penelitian penelitian kemudian diterbitkan. Penulis mengkomunikasikan temuannya secara langsung kepada pembaca. Sumber primer penelitian pendidikan adalah journal, misalnya Journal of Research in Science Teaching. Ada journal yang diterbitkan bulanan, tiga kali dalam setahun, dan artikel yang dimuat merupakan laporan hasil penelitian.
3. Sumber sekunder: adalah publikasi di mana penulis mendeskripsikan hasil karya orang lain. Sumber sekunder adalah buku (text books), ensiklopedia pendidikan, kajian penelitian, atau buku tahunan.
Peneliti yang mencari sumber informasi dianjurkan untuk mencari referensi umum terlebih dahulu baru kemudian sumber primer dan sumber sekunder.

Langkah-langkah Dalam Mengkaji Kepustakaan

1. Tentukan masalah penelitian setepat mungkin.
2. Baca dengan teliti sumber sekunder yang relevan.
3. Pilih dan baca dengan teliti satu atau dua referinsi umum yang diperlakukan
4. Formulasikan istilah-istilah penting (kata kunci, phrase) yang berkaitan dengan masalah atau pertanyaan penelitian
5. Carilah referensi umum sebagai sumber primer yang releven
6. Temukan dan bacalah sumber primer yang relevan; buat catatan dan simpulkan kata kuncinya.
Mari kita telaah lebih rinci.

Menentukan Masalah Penelitian Setepat Mungkin (tidak mengambang atau meragukan)

Peneliti harus menentukan pertanyaan penelitian secara spesifik. Pertanyaaan seperti: ”Metode mengajar manakah yang paling tepat untuk digunakan?” atau : ”Bagaimana seorang kepala sekolah dapat menjadi pemimpin yang efektif?” tampaknya masih samar-samar untuk menentukan referensi umum. Oleh karena itu pertanyaan penelitian harus lebih terfokus, lebih spesifik dan terukur. Misalnya:
”Apakah metode diskusi lebih efektif daripada metode ceramah dalam memotifasi siswa untuk mempelajari konsep tentang lingkungan?”
”Strategi apakah yang harus dipilih oleh seorang pimpinan agar dapat lebih efektif dalam membina kinerja dan moral stafnya?”

Membaca dengan Teliti Satu Atau Dua Sumber Sekunder

Pada saat pertanyaan penelitian telah dirumuskan secara spesifik, maka penelitian perlu mencari satu atau dua sumber sekunder untuk mempelajari hasil penelitian atau penjelasan sebelumnya. Kemudian carilah gagasan pokok dari masalah yang telah terjawab melalui penelitian tersebut. Gagasan pokok ini dapat meningkatkan mutu pertanyaan penelitian
Beberapa contoh:
Handbook of Research on Teaching: memuat banyak artikel tentang berbagai aspek pengajaran. Umumnya ditulis oleh peneliti pendidikan yang spesialis dalam bidang yang ditulisnya. Bibliografi cukup luas.
National Society for the Study of Education(NSEE) Yearbooks: diterbitkan setiap tahun dan memuat hasil penelitian dari berbagai topik; setiap buku terdiri atas 10-12 chapter tentang berbagai aspek permasalahan. Juga menerbitkan sejumlah nomor terbitan dari berbagai topik. Daftar nomor terbitan dapat dibaca di bagian belakang buku.
Review of Rducational research: Terbit empat kali dalam setahun, journal penelitian untuk aneka topik pendidikan. Termasuk bibliografi.
Review of Research in Education: terbit tiap tahun; setiap volume memuat survey pendidikan pada topik-topik penting yang ditulis oleh peneliti pendidikan terkemuka
Di perpustakaan terdapat kartu catalog yang memuat informasi singkat yang dimasukkan dalam data base computer

Memilih Referensi Umum

Setelah membaca sumber sekunder untuk memperoleh gambaran umum masalah, maka peneliti harus menemukan gagasan yang jelas mengenai apa yang akan diteliti. Dalam hal ini ada baiknya meninjau kembali pertanyaan penelitian, apakah perlu dirumuskan kembali agar lebih terfokus. Sertelah puas, peneliti dapat memilih satu atau dua referensi umum untuk mengidentifikasi journal yang berkaitan dengan masalah.
Contoh referensi umum sebagai rujukan yang biasa digunakan dalam pendidikan:
Education index: Terbit bulanan, memuat lebih dari 300 publikasi pendidikan, data bibliografi terbatas (pengarang, judul, tempat penerbitan). Dari indeks ini peneliti memilih topik yang sesuai dengan penelitiannya. Biasanya terdapat keterangan khusus di mana peneliti dapat mencari rujukan yang lebi spesifik
Resources in Education(RIE): diterbitkan setiap bulan oleh Educational Resources Information Center(ERIC). Volume ini memuat semua tulisan termasuk dokumen peneliti yang lengkap.
Current index to Journals in Education(CIJE): juga diterbitkan bulanan oleh ERIC. Indeks memuat abstrak atau artikel lebih dari 800 publikasi termasuk dari penulis luar negeri tentang masalah pendidikan.
Ada pula publikasi tentang disertai doctor atau tesis master dalam pendidikan, yang berbobot untuk dijadikan sumber rujukan misalnya:
Dissertation Abstract International(DAI): referensi utama untuk disertai yang diterbitkan bulanan DAI memuat abstrak disertai doctor yang berasal dari hampir 500 Universitas di USA dan Canada.

Formulasikan istilah penting

Bila referensi umum telah dipilih, peneliti perlu merumuskan beberapa istilah penting – deskripsi kata untuk membantu menentukan sumber primer. Misalnya untuk menentukan pertanyaan penelitian “Apakah siswa belajar lebih baik bila siswa diajar oleh guru tunggal?” Carilah kata penting dalam pertanyaan ini – kata kunci apa yang terdapat dalam pertanyaan? Kata kunci dalam pertanyaan ini adalah “tim pengajar” carilah kata serupa dan buatlah daftar padanannya misalnya pengajar kooperatif, pengajar bersama dll. Kemudian carilah rujukan artikel yang berkaitan dengan topik ini.

Mencari Referensi Umum

Bagaimana caranya? Meskipun tak ada rumus yang baku, tetapi ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebagai penuntun:
Carilah terbitan terbaru yang sesuai. Journal bulanan, journal yang terbit empat bulan, journal tahunan
Carilah apakah ada artikel yang sesuai pada terbitan tersebut.
Buatlah daftar rujukan. Jika menemukan artikel yang cocok, rekamlah dalam bentuk kartu lengkap dengan penulis, tahun terbit, judul, volume dan deskripsi isi.
Lanjutkan mencari terbitan lainnya sehingga anda memperoleh gambaran lengkap dari berbagai artikel sebagai kerangka berpikir anda untuk melakukan penelitian.

Menemukan Sumber Primer

Setelah mencari referensi umum, peneliti hendaknya mempunyai sejumlah kartu bibliografik. Langkah selanjutnya adalah mengelompokkan masing-masing sumber, membacanya, membuat catatan singkat yang relevan dengan masalah. Ada dua tipe sumber utama: journal dan laporan penelitian.
Membaca sumber utama:
Bila semua artikel journal telah terkumpul, mulailah melakukan review/ kajian; mulai dari artikel yang terbaru, kemudian mundur ke artikel-artikel sebelumnya, karena artikel yang terbaru biasanya merujuk pada artikel sejenis yang terbit sebelumnya, dengan demikian peneliti dapat memahami penelitian sebelumnya.
Bagaimana membaca artikel?
Bila anda bingung dan tidak tahu cara yang tepat untuk membaca sekian banyak artikel, ada beberapa saran:
Pertama bacalah abstrak atau simpulannya, kemudian bila perlu baca keseluruhan artikel.
Rekam data bibliografik pada bagian atas kartu catatan
Catatlah hal-hal penting yang menjadi fokus artikel. Artikel umumnya mempunyai bagian-bagian yang standar.
Catatlah hal-hal yang pentinga secara singkat dan jelas. Termasuk hal-hal penting lainnya yang dapat dirujuk kemudian.
Pada masa kini kita dapat mencari artikel journal atau laporan dengan menggunakan computer. Peneliti juga dapat menghubungi penulis dan berkoresponden melalui e-mail. Teknologi masa kini memungkinkanpeneliti untuk memperoleh sumber primer dan sekunder lebih cepat dan canggih.

Menuliskan laporan kajian pustaka

Setelah membaca dan mencatat dari berbagai sumber yang dikumpulkan, peneliti dapat mempersiapkan kajian final. Kajian pustaka terrdiri dari5 bagian yaitu:
Pendahuluan : menjelaskan secara singkat masalah penelitian dan menyusun pertanyaan penelitian. Peneliti juga menjelaskan alasan memilih masalah tersebut dan pentingnya masalah tersebut untuk dikaji dalam penelitiannya.
Kajian pustaka: menjelaskan laporan tentang apa yang telah ditemukan oleh peneliti lain atau membahas masalah penelitian. Kajian penting yang berkaitan dengan masalah biasanya dibahas sebagai subtopik yang lebih rinci agar lebih mudah dibaca. Bagian yang kurang penting biasanya dibahas secara singkat. Bila ada beberapa hasil penelitian yang mirip dengan masalah penelitian, maka dapat dituliskan: ”Beberapa penelitian juga telah dilaporkan dengan hasil yang hampir sama (Adam, 1976;Brown, 1980; Cartwright, 1981; Davis, 1985; Frost, 1987)”

Mari kita simpulkan:
Langah-langkah apa yang perlu dilakukan dalam kajian pustaka?
Sebutkan tiga tipe sumber kajian yang perlu diketahui oleh tiap peneliti.
Bagaimanakah peran masing-masing sumber kajian tersebut?
Apa yang dimaksud dengan ’kata kunci’?
Bagaimana susunan umum suatu kajian pustaka?


Latihan : KAJIAN PUSTAKA

Pertanyaan penelitian atau hipotesis penelitian saya adalah:
Rujukan umum yang saya perlukan adalah:
Istilah penting atau kata kunci yang digunakan:
Tiga journal yang saya perlukan adalah:
Judul buku yang telah saya pelajari adalah (sertakan contoh kartu catatannya)

ISU PENDIDIKAN KRITIS

Mutu pendidikan
Oleh Amich Alhumami
Dibandingkan dengan negara-negara ASEAN, mutu pendidikan di Indonesia masih rendah, seperti dilaporkan Human Development Index (HDI). Laporan HDI tahun 2003 menunjukkan, Indonesia pada urutan ke-112 (0,682) dari 175 negara. Posisi ini jauh di bawah Singapura yang ada di posisi ke-28 [0,888), Brunei Darussalam ke-31 (0,872), Malaysia ke-58 (0,790), Thailand ke-74 (0,768), dan Filipina ke-85 (0,751). Meski laporan HDI bukan hanya mengukur status pendidikan (tetapi juga ekonomi dan kesehatan), namun ia merupakan dokumen rujukan yang valid guna melihat tingkat kemajuan pembangunan pendidikan di suatu negara.
Isu mutu pendidikan terkait (i) kualitas guru dan tenaga kependidikan (kepala sekolah, pengawas, penilik), (ii) kurikulum pengajaran, (iii) metode pembelajaran, (iv) bahan ajar, (v) alat bantu pembelajaran, dan (vi) manajemen sekolah. Keenam elemen ini saling berkait dalam upaya meningkatkan kualitas belajar-mengajar, yang berpuncak pada peningkatan mutu pendidikan.
Namun, guru tetap merupakan faktor determinan dalam menentukan tinggi-rendahnya mutu pendidikan. Jumlah total guru sekitar 2,4 juta orang, sebagian besar berlatar belakang pendidikan SLTA dan D3 untuk jenjang TK-SD-SMP, dan sebagian kecil tamatan S1 untuk jenjang SM. Tentu saja ini berpengaruh pada kemampuan mengajar, yang diukur dengan penguasaan materi pelajaran dan metodologi pengajaran.
Selain itu, banyak guru yang mengajar di luar bidang keahliannya, yang secara teknis disebut mismatch. Contoh ekstrem, guru sejarah mengajar matematika dan IPA, yang terutama banyak dijumpai di madrasah (MI, MTs, MA). Guru mismatch ini jelas tidak mempunyai kompetensi untuk mengajar mata pelajaran yang bukan bidang keahliannya sehingga dapat menurunkan mutu aktivitas pembelajaran. Dengan demikian, upaya peningkatan mutu guru mutlak dilakukan yang bisa ditempuh melalui program sertifikasi dan penyetaraan D3 dan S1 menurut bidang studi yang relevan. Namun, upaya ini harus disertai pula dengan peningkatan kesejahteraan guru melalui pemberian insentif. Ini sangat penting agar motivasi guru dalam mengajar makin kuat dan semangat pengabdian dalam menjalankan tugas mulia sebagai pendidik kian bergelora.