Harapan Penulis: Semoga Blog Pendidikan Sains ini membuka cakrawala baru mengenai dunia Pendidikan Sains umumnya dan Pendidikan Fisika khususnya. "Ilmu tanpa nurani adalah kehampaan,nurani tanpa ilmu adalah keniscayaan yang tak akan terwujud". "Kecerdasan seseorang bukan diukur hanya dari seberapa hebat dia menguasai ilmu, melainkan lebih pada bagaimana seseorang tersebut dapat memanfaatkan ilmunya"
Minggu, 21 Desember 2008
Gelombang Stasioner (Gelombang Berdiri)
Oleh Drs. Iyon Suyana, M.Si. dan Achmad Samsudin, M.Pd.
Pernahkan Anda mengamati getaran dawai gitar saat dipetik? Memetik salah satu dawai gitar dengan memvariasikan tegangan dawai gitar akan menghasilkan bunyi yang berbeda pula. Dapatkah Anda menjelaskan hal tersebut mengapa terjadi ?
Gelombang berdiri atau gelombang stasioner pada dawai gitar dihasilkan dari interferensi gelombang datang dan gelombang pantul. Panjang gelombang pada gelombang berdiri dapat diamati dari tampilan simpul dan perutnya. Gelombang berdiri mempunyai amplitudo yang berbeda di setiap titiknya. Amplitudo maksimum disebut perut, sedangkan amplitudo nol atau tidak ada simpangan disebut dengan simpul.
Percobaan Melde menunjukkan bahwa massa beban menghasilkan gaya berat atau tegangan dawai. Tegangan dawai secara matematis dinyatakan sebagai berikut:
F = m.g ......................................................................1)
dengan : F = tegangan dawai (N)
m = massa beban (kg)
g = percepatan gravitasi = 9,8 m/s2
Frekuensi gelombang sama dengan frekuensi sumbernya, sedangkan laju gelombang pada dawai ditentukan oleh tegangan dan kerapatan massa linear dawai. Secara matematik laju gelombang pada dawai dinyatakan dalam bentuk persamaan sebagai berikut:
v^2 = F/µ ........................................................................2)
dengan: F = tegangan dawai (N)
µ = massa per satuan panjang dawai (kg/m)
v = cepat rambat gelombang pada dawai (m/s)
Selasa, 09 Desember 2008
PANDUAN PENGEMBANGAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Sumber Depdiknas 2006)
Panduan Penyusunan RPP
I Made Padri – Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI 16
PANDUAN PENGEMBANGAN
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(Sumber Depdiknas 2006)
I. Pendahuluan
Dalam rangka mengimplementasikan pogram pembelajaran yang sudah
dituangkan di dalam silabus, guru harus menyusun Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP). RPP merupakan pegangan bagi guru dalam
melaksanakan pembelajaran baik di kelas, laboratorium, dan/atau lapangan
untuk setiap Kompetensi dasar. Oleh karena itu, apa yang tertuang di dalam
RPP memuat hal-hal yang langsung berkait dengan aktivitas pembelajaran
dalam upaya pencapaian penguasaan suatu Kompetensi Dasar.
Dalam menyusun RPP guru harus mencantumkan Standar Kompetensi yang
memayungi Kompetensi Dasar yang akan disusun dalam RPP-nya. Di dalam
RPP secara rinci harus dimuat Tujuan Pembelajaran,Materi Pembelajaran,
Metode Pembelajaran, Langkah-langkah Kegiatan pembelajaran, Sumber
Belajar, dan Penilaian
II. Langkah-langkah Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
A. Mencantumkan identitas
• Nama sekolah
• Mata Pelajaran
• Kelas/Semester
• Standar Kompetensi
• Kompetensi Dasar
• Indikator
• Alokasi Waktu
Catatan:
¾ RPP disusun untuk satu Kompetensi Dasar.
¾ Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Indikator dikutip dari
silabus yang disusun oleh satuan pendidikan
¾ Alokasi waktu diperhitungkan untuk pencapaian satu kompetensi
dasar yang bersangkutan, yang dinyatakan dalam jam pelajaran dan
banyaknya pertemuan. Oleh karena itu, waktu untuk mencapai suatu
kompetensi dasar dapat diperhitungkan dalam satu atau beberapa
kali pertemuan bergantung pada karakteristik kompetensi dasarnya.
B. Mencantumkan Tujuan Pembelajaran
Tujuan Pembelajaran berisi penguasaan kompetensi yang operasional
yang ditargetkan/dicapai dalam rencana pelaksanaan pembelajaran.
Tujuan pembelajaran dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang
operasional dari kompetensi dasar. Apabila rumusan kompetensi dasar Panduan Penyusunan RPP
sudah operasional, rumusan tersebutlah yang dijadikan dasar dalam
merumuskan tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran dapat terdiri atas
sebuah tujuan atau beberapa tujuan.
C. Mencantumkan Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran adalah materi yang digunakan untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Materi pembelajaran dikembangkan dengan
mengacu pada materi pokok yang ada dalam silabus.
D. Mencantumkan Metode Pembelajaran
Metode dapat diartikan benar-benar sebagai metode, tetapi dapat pula
diartikan sebagai model atau pendekatan pembelajaran, bergantung pada
karakteristik pendekatan dan/atau strategi yang dipilih.
E. Mencantumkan Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
Untuk mencapai suatu kompetensi dasar harus dicantumkan langkah-
langkah kegiatan setiap pertemuan. Pada dasarnya, langkah-langkah
kegiatan memuat unsur kegiatan pendahuluan/pembuka, kegiatan inti,
dan kegiatan penutup. Akan tetapi, dimungkinkan dalam seluruh
rangkaian kegiatan, sesuai dengan karakteristik model yang dipilih,
menggunakan urutan sintaks sesuai dengan modelnya. Oleh karena itu,
kegiatan pendahuluan/pembuka, kegiatan inti, dan kegiatan penutup tidak
harus ada dalam setiap pertemuan.
F. Mencantumkan Sumber Belajar
Pemilihan sumber belajar mengacu pada perumusan yang ada dalam
silabus yang dikembangkan oleh satuan pendidikan. Sumber belajar
mencakup sumber rujukan, lingkungan, media, narasumber, alat, dan
bahan. Sumber belajar dituliskan secara lebih operasional. Misalnya,
sumber belajar dalam silabus dituliskan buku referens, dalam RPP harus
dicantumkan judul buku teks tersebut, pengarang, dan halaman yang
diacu.
G. Mencantumkan Penilaian
Penilaian dijabarkan atas teknik penilaian, bentuk instrumen, dan
instrumen yang dipakai untuk mengumpulkan data. Dalam sajiannya
dapat dituangkan dalam bentuk matrik horisontal atau vertikal. Apabila
penilaian menggunakan teknik tes tertulis uraian, tes unjuk kerja, dan
tugas rumah yang berupa proyek harus disertai rubrik penilaian.
III. Format Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
SMP/MTs : ........................................................
Mata Pelajaran : .......................................................
Kelas/Semester : .......................................................
Standar Kompetensi : .......................................................
Kompetensi Dasar : .......................................................
Indikator : .....................................................
Alokasi Waktu : … jam pelajaran (… x pertemuan)
A. Tujuan Pembelajaran : ............................................................................
B. Materi Pembelajaran : ............................................................................
C. Metode Pembelajaran : ...........................................................................
D. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan 1 : ............................................................................
Pertemuan 2 : ............................................................................
dst.
E. Sumber Belajar : ............................................................................
F. Penilaian : ............................................................................
I Made Padri – Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI 16
PANDUAN PENGEMBANGAN
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(Sumber Depdiknas 2006)
I. Pendahuluan
Dalam rangka mengimplementasikan pogram pembelajaran yang sudah
dituangkan di dalam silabus, guru harus menyusun Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP). RPP merupakan pegangan bagi guru dalam
melaksanakan pembelajaran baik di kelas, laboratorium, dan/atau lapangan
untuk setiap Kompetensi dasar. Oleh karena itu, apa yang tertuang di dalam
RPP memuat hal-hal yang langsung berkait dengan aktivitas pembelajaran
dalam upaya pencapaian penguasaan suatu Kompetensi Dasar.
Dalam menyusun RPP guru harus mencantumkan Standar Kompetensi yang
memayungi Kompetensi Dasar yang akan disusun dalam RPP-nya. Di dalam
RPP secara rinci harus dimuat Tujuan Pembelajaran,Materi Pembelajaran,
Metode Pembelajaran, Langkah-langkah Kegiatan pembelajaran, Sumber
Belajar, dan Penilaian
II. Langkah-langkah Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
A. Mencantumkan identitas
• Nama sekolah
• Mata Pelajaran
• Kelas/Semester
• Standar Kompetensi
• Kompetensi Dasar
• Indikator
• Alokasi Waktu
Catatan:
¾ RPP disusun untuk satu Kompetensi Dasar.
¾ Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Indikator dikutip dari
silabus yang disusun oleh satuan pendidikan
¾ Alokasi waktu diperhitungkan untuk pencapaian satu kompetensi
dasar yang bersangkutan, yang dinyatakan dalam jam pelajaran dan
banyaknya pertemuan. Oleh karena itu, waktu untuk mencapai suatu
kompetensi dasar dapat diperhitungkan dalam satu atau beberapa
kali pertemuan bergantung pada karakteristik kompetensi dasarnya.
B. Mencantumkan Tujuan Pembelajaran
Tujuan Pembelajaran berisi penguasaan kompetensi yang operasional
yang ditargetkan/dicapai dalam rencana pelaksanaan pembelajaran.
Tujuan pembelajaran dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang
operasional dari kompetensi dasar. Apabila rumusan kompetensi dasar Panduan Penyusunan RPP
sudah operasional, rumusan tersebutlah yang dijadikan dasar dalam
merumuskan tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran dapat terdiri atas
sebuah tujuan atau beberapa tujuan.
C. Mencantumkan Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran adalah materi yang digunakan untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Materi pembelajaran dikembangkan dengan
mengacu pada materi pokok yang ada dalam silabus.
D. Mencantumkan Metode Pembelajaran
Metode dapat diartikan benar-benar sebagai metode, tetapi dapat pula
diartikan sebagai model atau pendekatan pembelajaran, bergantung pada
karakteristik pendekatan dan/atau strategi yang dipilih.
E. Mencantumkan Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
Untuk mencapai suatu kompetensi dasar harus dicantumkan langkah-
langkah kegiatan setiap pertemuan. Pada dasarnya, langkah-langkah
kegiatan memuat unsur kegiatan pendahuluan/pembuka, kegiatan inti,
dan kegiatan penutup. Akan tetapi, dimungkinkan dalam seluruh
rangkaian kegiatan, sesuai dengan karakteristik model yang dipilih,
menggunakan urutan sintaks sesuai dengan modelnya. Oleh karena itu,
kegiatan pendahuluan/pembuka, kegiatan inti, dan kegiatan penutup tidak
harus ada dalam setiap pertemuan.
F. Mencantumkan Sumber Belajar
Pemilihan sumber belajar mengacu pada perumusan yang ada dalam
silabus yang dikembangkan oleh satuan pendidikan. Sumber belajar
mencakup sumber rujukan, lingkungan, media, narasumber, alat, dan
bahan. Sumber belajar dituliskan secara lebih operasional. Misalnya,
sumber belajar dalam silabus dituliskan buku referens, dalam RPP harus
dicantumkan judul buku teks tersebut, pengarang, dan halaman yang
diacu.
G. Mencantumkan Penilaian
Penilaian dijabarkan atas teknik penilaian, bentuk instrumen, dan
instrumen yang dipakai untuk mengumpulkan data. Dalam sajiannya
dapat dituangkan dalam bentuk matrik horisontal atau vertikal. Apabila
penilaian menggunakan teknik tes tertulis uraian, tes unjuk kerja, dan
tugas rumah yang berupa proyek harus disertai rubrik penilaian.
III. Format Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
SMP/MTs : ........................................................
Mata Pelajaran : .......................................................
Kelas/Semester : .......................................................
Standar Kompetensi : .......................................................
Kompetensi Dasar : .......................................................
Indikator : .....................................................
Alokasi Waktu : … jam pelajaran (… x pertemuan)
A. Tujuan Pembelajaran : ............................................................................
B. Materi Pembelajaran : ............................................................................
C. Metode Pembelajaran : ...........................................................................
D. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan 1 : ............................................................................
Pertemuan 2 : ............................................................................
dst.
E. Sumber Belajar : ............................................................................
F. Penilaian : ............................................................................
Selamat dan Sukses Mas Sam
Posted by fisikawanunnes under Cerita ku | Tag: dosen UPI Bandung, Mahasiswa Fisika Unnes 2001, selamat, sukses |
Alhamdullillah… Ada berita baik, salah satu senior saya, mas ku yang item (hehe.. Jng mrah y mas..), mas yg dulu sring ntraktir saya makan kalo pas lgi banyak uang ;-) …. Mas yang aktif nulis di http://pendidikansains.blogspot.com Akhirnya diterima sebagai Dosen di UPI Bandung. Selamat ya mas… Sukses selalu buat Mas Sam…
Jngan lupa, kalo ke semarang lagi mampir ke gubug ku ya… Hehe :-)
Berita ini saya dapatkan dari email [milis_unnes] yang diposting oleh mas MT Ardiansyah, hari Sabtu kemarin (29/11) dengan Subjeknya Selamat untuk rekan achmad samsudin. Berikut ini isi emailnya :
salam,
hari ini saya dpt kabar gembira dari salah seorang adik tingkat saya, bahwa rekan kita Achmad Samsudin, Fisika 2001, studi lanjut di UPI, juga aktif di milis ini dgn bbrp posting terakhir, hari ini tlh dinyatakan diterima sbg dosen di UPI Bandung.
semoga bisa membawa nama baik Unnes di bumi parahyangan. harapan saya juga bisa berbagi pengalaman selama menimba ilmu di UPI.
terima kasih.
MT Ardiansyah
Sekali lagi selamat ya Mas Sam…
Perjuangan tak kenal batas waktu, Ia akan terus mengalir seiring dengan berjalannya kehidupan….
Berjuang memang pahit, karena Surga itu manis …
PENELITIAN HISTORIS
Penelitian histories berbeda dari semua metode penelitian yang telah didiskusikan karena penelitian ini focus pada kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa masa lalu. Sehingga, para peneliti histories dalam beberapa cara melakukan penelitiannya berbeda dengan para peneliti pendidikan lainnya. Pada bab ini, kita akan mendiskusikan sifat dari penelitian histories, macam-macam topic yang diteliti, dan masalah-masalah yang dihadapi para peneliti histories.
Apa itu Penelitian Historis?
Seperti penelitiain etnografis, penelitian histories agak sedikit berbeda arahnya dari kebanyakan penelitian yang telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya. Yaitu, tentu saja, tidak ada manipulasi atau variable control seperti pada penelitian eksperimental, tapi terutama sekali, penelitian ini unik karena dengan keras focus pada masa lalu. Seperti yang telah disebutkan pada bab satu, beberapa aspek masa lalu dipelajari, dengan membaca secara teliti dokumen-dokumennya, dengan mempelajari barang-barang peninggalan, atau dengan cara mewawancarai individu-individu yang hidup selama waktu tersebut. Upaya kemudian dibuat untuk membangun kembali apa yang terjadi selama waktu tersebut selengkap dan seakurat mungkin, dan (biasanya) menjelaskan mengapa hal itu terjadi—meskipun hal ini tidak akan pernah bisa diselesaikan sepenuhnya karena informasi dari dan tentang masa lalu selalu tidak lengkap. Maka, penelitian histories adalah pengumpulan data yang sistematis dan evaluasi data untuk menjelaskan, menguraikan dan dengan cara demikian mengerti tindakan-tindakan atau kejadian-kejadian yang muncul beberapa waktu di masa lalu.
TUJUAN PENELITIAN HISTORIS
Peneliti pendidikan melakukan studi histories untuk berbagai alasan :
1. Agar orang mengetahui apa yang terjadi di masa lalu sehingga mereka bisa belajar dari kegagalan-kegagalan dan sukses-sukses yang diraih di masa lalu. Misalnya seorang peneliti mungkin tertarik ingin menyelidiki mengapa modifikasi kurikulum tertentu (seperti kurikulum bahasa Inggris yang baru “berorientasi-inkuiri”) berhasil di beberapa sekolah tapi tidak di sekolah lain.
2. Untuk mempelajari bagaimana sesuatu diselesaikan di masa lalu untuk melihat apakah mungkin bisa diaplikasikan pada masalah dan urusan-urusan saat ini. Daripada “membuat kembali roda” dari awal misalnya, lebih bijaksana melihat ke masa lalu untuk melihat jikalau inovasi yang diajukan belum pernah dicoba sebelumnya. Kadang-kadang suatu gagasan yang diusulkan berupa “inovasi radikal” bukan sama sekali baru. Lebih lanjut, “tinjauan literature” yang didiskusikan secara rinci di Bab 5, dimana hal tersebut dilakukan sebagai bagian dari jenis studi lainnya, merupakan penelitian histories. Seringkali tinjauan literature akan menunjukkan apa yang kita pikirkan sebagai hal baru sebenarnya telah dilakukan sebelumnya (bahkan berkali-kali!)
3. Membantu prediksi. Jika ide tertentu atau suatu pendekatan sebelumnya telah dicoba, bahkan dibawah keadaan yang agak sedikit berbeda, hasil di masa lalu bisa memberikan ide kepada para pembuat kebijakan akan menjadi apa suatu rencana yang ada saat ini. Jadi, jika “laboratorium bahasa” dianggap efektif (atau sebaliknya) di sekolah wilayah tertentu di masa lalu, wilayah lain memiliki bukti sebagai dasar petimbangan pengambilan keputusan berkaitan dengan pemanfaatan “lab bahasa”.
4. Untuk menguji hipotesis berkaitan dengan hubungan atau kecenderungan. Banyak peneliti yang kurang berpengalaman cenderung menganggap penelitian histories sifatnya deskriptif murni. Namun demikian jika dilakukan dengan hati-hati dan dirancang dengan baik, penelitian histories bisa mengarah pada penguatan atau penolakan hipotesis relasional. Di bawah ini beberapa contoh hipotesis penelitian histories:
a. Pada awal 1900an, kebanyakan guru wanita datang dari kelas menengah ke atas, tapi guru laki-laki tidak.
b. Perubahan kurikulum yang tidak melibatkan perencanaan luas dan tidak melibatkan guru biasanya gagal.
c. Teksbook ilmu social abad ke 19 menunjukkan referensi mengenai kontribusi wanita terhadap budaya Amerika dari tahun 1800 sampai 1900, meningkat.
d. Guru sekolah menengah memperoleh prestise lebih daripada guru sekolah dasar sejak tahun 1940.
Banyak hipotesis lainnya yang memungkinkan tentunya; hipotesis di atas dimaksudkan untuk menggambarkan bahwa penelitian histories bisa meminjam dari studi pengujian hipotesis.
5. Untuk memahami praktek-praktek pendidikan dan kebijakan-kebijakan masa kini secara utuh. Banyak praktek-praktek pendidikan saat ini bukan sesuatu yang baru. Pengajaran inkuiri, karakter pendidikan, kelas terbuka, dan penekanan pada “dasar”, pengajaran Sokrates, penggunaan studi kasus, instruksi individual, pengajaran kelompok, dan pengajaran “laboratorium” merupakan gagasan yang muncul kembali dari waktu ke waktu.
Pertanyaan seperti apa yang dikejar melalui penelitian histories?
Meskipun penelitian histories focus pada masa lalu, jenis pertanyaan cukup bervariasi. Beberapa contoh:
· Bagaimana siswa di bagian Selatan belajar selama Perang Saudara?
· Berapa banyak rancangan undang-undang pendidikan dikeluarkan selama kepemimpinan Lyndon B. Johnson, dan apa tujuan utama dari RUU tersebut?
· Instruksi bagi kelas empat SD 100 tahun yang lalu seperti apa?
· Bagaimana kondisi kerja guru berubah sejak 1900?
· Apa masalah utama di sekolah pada tahun 1940 dibandingkan hari ini?
· Isu pendidikan apa yang dirasa paling penting selama 20 tahun ke belakang oleh masyarakat umum?
· Bagaimana ide-ide John Dewey mempengaruhi praktek-praktek pendidikan masa kini?
· Bagaimana kontribusi wanita terhadap pendidikan?
· Bagaimana minoritas (atau yang cacat) telah diperlakukan di sekolah umum selama abad 20?
· Bagaimana politik dan praktek administrator sekolah pada awal abad ini berbeda pada tahun-tahun awal?
· Apa peran pemerintahan federal dalam pendidikan?
Langkah-langkah Penelitian Historis
Ada empat langkah dasar dalam melakukan studi histories. Langkah ini termasuk menjelaskan masalah atau pertanyaan yang harus diteliti (termasuk formulasii hipotesis jika cocok); menentukan sumber informasi histories yang relevan; meringkas dan mengevaluasi informasi yang diperoleh dari sumber-sumber ini; dan menampilkan serta menginterpretasikan informasi ini kaitannya dengan masalah atau pertanyaan studi.
Menjelaskan Masalah
Dalam bahasa paling sederhana, tujuan dari studi histories dalam pendidikan adalah menjelaskan dengan jelas dan akurat beberapa aspek dari masa lalu berkaitan dengan pendidikan dan atau sekolah. Seperti yang telah disebutkan di atas, para peneliti histories bermaksud lebih dari sekedar menjelaskan; mereka ingin lebih dari mengklarifikasi dan menjelaskan dan terkadang mengoreksi.
Oleh karena itu, masalah penelitian histories diidentifikasi sama seperti masalah-masalah yang dipelajari melalui jenis penelitian lainnya. Seperti setiap masalah penelitian, mereka harus dinyatakan secara jelas dan singkat, dapat dikendalikan, mempunyai dasar pemikiran yang bisa dipertahankan, dan (jika mungkin) menyelidiki hubungan antar variable. Hal yang agak unik pada penelitian histories adalah masalahnya bisa diseleksi jika data yang tersedia tidak cukup. Seringkali data penting (dokumen tertentu seperti catatan harian atau peta dari masa tertentu) tidak bisa ditemukan. Hal ini khususnya benar jika semakin peneliti semakin jauh melihat ke belakang. Hasilnya, lebih baik mempelajari secara mendalam masalah yang dijelaskan dengan baik serta mungkin tajam daripada mengejar masalah lebih luas yang tidak dapat dijelaskan dengan tajam, atau dipecahkan seutuhnya. Seperti penelitian lainnya, sifat masalah atau hipotesis menuntun studi; jika dijelaskan dengan baik, peneliti bisa memulai penelitian.
Beberapa contoh studi histories yang telah dipublikasikan :
· Proses pendidikan sekolah di kelas satu: Dua contoh seabac terpisah
· Tingkat kelangsungan hidup guru di St. Louis 1969-1982
· Guru-guru wanita di garis perbatasan
· Asal-usul studi social modern: 1900-1916
· Kehilangan Nilai: Pengujian intelegensi di sekolah umum Los Angeles , 1922-1932
· Respon anak-anak Indian Amerika di pendidikan sekolah Presbyterian abad ke 19: Suatu analisis melalui sumber misionaris
· Era 1960-an dan transformasi budaya kampus
· Emma Willard : Pelopor pendidikan studi social
· Inkuiri dalam administrasi pendidikan: 25 tahun ke belakang dan ke depan
· Bertrand Russell dan pendidikan di dunia kewarganegaraan
· Penurunan usia dalam meninggalkan rumah, 1920-1979
Menemukan Sumber-sumber Relevan
Kategori Sumber.
Setelah peneliti memutuskan masalah atau pertanyaan yang ingin diteliti, pencarian sumber dimulai. Segala sesuatu yang pernah ditulis dalam dokumen atau lainnya, dan sebenarnya setiap objek yang dikumpulkan merupakan sumber potensial bagi penelitian histories. Namun secara umum, materi sumber histories dapat dikelompokkan ke dalam empat kategori dasar: dokumen, catatan numeric, pernyataan oral serta barang peninggalan.
1. Dokumen : Dokumen adalah bahan tertulis atau tercetak yang telah dihasilkan dalam suatu bentuk –catatan tahunan, kerja seni, undang-undang, buku, kartun, surat edaran, catatan harian, diploma, catatan legal, surat kabar, majalah, catatan buku, buku almamater sekolah, memo, tes dan lain-lain. Mreka bisa tulis tangan, cetak, ketik, gambar atau sketsa; bisa terpublikasikan atau tidak; bisa ditujukan untuk konsumsi public atau pribadi; bisa orisinal atau kopian. Singkatnya, dokumen merujuk pada setiap informasi yang ada baik tertulis atau cetak.
2. Catatan Numerik: Catatan numerik atau quantitative bisa dianggap baik sebaik jenis sumber terpisah di dalam atau pada dirinya sendiri atau sebagai subkategori dari dokumen. Catatan seperti ini termasuk setiap jenis data numeric dalam bentuk tercetak: nilai tes, gambaran kehadiran, catatan sensus, pengeluaran sekolah, dan semacamnya. Pada tahun-tahun belakangan ini, terjadi peningkatan pemanfaatan computer oleh para peneliti histories untuk menganalisis sejumlah data numeric yang sangat banyak.
3. Pernyataan lisan : informasi berharga lainnya bagi peneliti histories ada pada orang-orang yang memberikan pernyataan secara lisan. Cerita, mitos, legenda, dongeng, nyanyian, lagu dan bentuk ekspresi lisan lainnya telah digunakan bertahun-tahun sebagai catatan bagi generasi selanjutnya. Tapi sejarawan juga bisa mengadakan wawancara lisan dengan orang-orang yang saksi dari kejadian-kejadian di masa lalu. Ini adalah bentuk khusus dari penelitian histories, yang disebut sejarah lisan, yang baru-baru ini sedikit mengalami renaisans.
4. Barang-barang peninggalan: Jenis keempat dari sumber histories adalah barang pustaka. Barang pustaka adalah setiap objek dimana karakteristik fisika atau visualnya bisa menyediakan beberapa informasi tentang masa lalu. Contohnya mebel, kerja seni, pakaian, bangunan, monument, atau peralatan.
Berikut ini adalah contoh-contoh sumber-sumber histories:
· Alat utama yang digunakan di kelas pada abad ke 17
· Catatan harian yang disimpan seorang guru wanita di perbatasan Ohio tahun 1800an
· Argumen-argumen tertulis melawan isu obligasi sekolah seperti yang terpublikasikan di surat kabar pada waktu tertentu
· Buku tahunan SMP tahun 1958
· Contoh pakaian yang dipakai siswa awal abad ke 19 di pedesaan Georgia
· Diploma kelulusan SMA dari tahun 1920an
· Memo tercatat dari pimpinan sekolah kepada staf pengajarnya
· Catatan kehadiran dari dua sekolah berbeda selama 40 tahun
· Tulisan esai oleh anak-anak SD selama Perang Saudara
· Nilai tes yang diperoleh siswa di berbagai negara bagian pada waktu yang berbeda
· Rekaman wawancara lisan dengan sekretaris pendidikan pada tiga masa kepresidenan yang berbeda
Sumber Primer vs Sekunder.
Seperti pada semua penelitian, penting untuk membedakan antara sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer adalah sumber yang disiapkan seorang saksi atau partisipan langsung kejadian di masa lalu. Laporan saksi tentang pembukaan sekolah baru bisa menjadi suatu contoh. Contoh sumber primer lainnya adalah :
· Lapran guru abad 19 mengenai bagaimana rasanya hidup dengan keluarga perbatasan
· Transkrip wawancara lisan dengan pimpinan sekolah tingkat atas di kota besar berkaitan dengan masalah yang dihadapi distriknya
· Tulisan essay siswa dalam menjawab, “Apa yang paling kalian suka dan tidak suka dari sekolah?”
· Lagu yang dibuat oleh anggota paduan suara sekolah tingkat atas
· Detik-detik pertemuan dewan sekolah yang dicatat oleh sekretaris dewan
· Evaluasi yang ditulis oleh konsultan dari kurikulum Prancis yang baru
· Foto lulusan kelas 8 tahun 1930
· Surat yang ditulis antara siswa Amerika dan siswa Jepang menjelaskan pengalaman sekolah mereka
Sumber sekunder, sebaliknya, adalah dokumen yang disiapkan oleh individu yang tidak langsung mengalami peristiwa, tapi yang memperoleh penjelasan kejadian dari seseorang. Contohnya editorial suratkabar yang baru-baru ini mengomentari unjuk rasa guru. Contoh lain dari sumber sekunder adalah sebagai berikut :
· Ensikopledia menjelaskan beragam jenis penelitian pendidikan yang dilakukan selama periode 10 tahun
· Artikel majalah meringkas pandangan Aristoteles tentang pendidikan
· Tanggapan suratkabar terhadap pertemuan dewan sekolah berdasarkan wawancara lisan dengan anggota dewan sekolah
· Buku yang menjelaskan pendidikan di sekolah pada masa koloni Inggris Baru selama tahun 1700an
· Penjelasan orangtua mengenai percakapan anaknya dengan gurunya (orang tua tersebut tidak hadir saat percakapan terjadi)
· Laporan siswa pada walikelasnya tentang alasan dia dikeluarkan oleh gurunya dari sekolah
· Buku teks tentang penelitian pendidikan
Sebisa mungkin, sejarawan (seperti peneliti lain) ingin menggunakan sumber primer daripada sumber sekunder. Karena ketika seorang peneliti harus bergantung pada sumber data sekunder berarti dia menambah kesempatan data menjadi kurang akurat atau kurang rinci. Keakuratan data yang dilaporkan juga menjadi lebih sulit dicek kebenarannya. Sayangnya, sumber primer diakui lebih sulit diperoleh, terutama sumber kejadian yang masanya sangat lampau. Sumber sekunder merupakan suatu kebutuhan, oleh karena itu sumber sekunder digunakan cukup luas dalam penelitian histories. Namun demikian, jika semua sumber tersedia, penggunaan sumber primer lebih diprioritaskan.
MERINGKAS INFORMASI YANG DIPEROLEH DARI SUMBER-SUMBER HISTORIS
Proses mengulas kembali dan menyaring data dari sumber histories pada dasarnya dijelaskan pada Bab 5—menentukan relevansi materi tertentu dengan pertanyaan atau masalah yang diselidiki; mencatat data sumber bibliografi yang utuh; mengorganisasikan data yang dikumpulkan dalam kategori-kategori berkaitan dengan masalah yang diselidiki (untuk suatu studi mengenai aktifitas harian yang muncul pada abad ke 19 di kelas SD, seorang peneliti dapat mengorganisir fakta-fakta ke dalam kategori seperti “pelajaran yang diajarkan”, “aktifitas pembelajaran”, “aktifitas bermain”, dan “tata tertib kelas”); serta meringkas informasi yang berhubungan (fakta penting, kutipan, dan pertanyaan) pada kartu catatan.
Namun demikian, pembacaan dan ringkasan data histories itu jarang rapi dan teratur. Edward J. Carr, seorang sejarawan, memberikan penjelasan berikut ini bagaimana sejarawan terikat dalam penelitian :
“Asumsi umum (diantara orang-orang awam) muncul bahwa sejarawan membagi pekerjaannya ke dalam dua fase atau periode yang dapat dibedakan. Fase pertama, dia menghabiskan waktu persiapan untuk membaca sumber dan memenuhi catatannya dengan fakta-fakta; kemudian, ketika fase ini selesai dia menyimpan sumber-sumber, mengambil bukunya kemudian menulis dari awal sampai akhir. Hal ini bagi saya merupakan hal yang diragukan dan gambaran yang tidak masuk akal. Bagi saya sendiri, segera setelah saya membaca beberapa sumber-sumber utama, keinginan menjadi sangat kuat lalu saya mulai menulis—tidak perlu di fase awal persiapan, tapi kapan saja, dan dimana saja. Setelah itu, membaca dan menulis dilakukan secara serempak. Tulisan ditambah, dikurangi, dibentuk kembali dan dibatalkan saat saya membaca. Bacaan dipandu dan diarahkan oleh tulisan; semakin saya menulis, semakin tahu apa yang saya cari, dan semakin saya mengerti kebermaknaan dan relevansi apa yang saya temukan”
EVALUASI SUMBER-SUMBER HISTORIS
Peneliti histories harus mengadopsi sikap kritis terhadap setiap dan semua sumber yang dia review. Peneliti tidak akan pernah yakin tentang keaslian dan keakuratan sumber-sumber histories. Suatu catatan mungkin saja ditulis oleh seseorang yang berbeda dengan orang yang menandatangani catatan tersebut. Suatu surat mungkin saja merujuk pada kejadian yang tidak terjadi, atau terjadi pada waktu dan tempat yang berbeda. Suatu dokumen mungkin telah dipalsukan atau informasi dengan sengaja dipalsukan. Pertanyaan kunci bagi setiap peneliti histories adalah :
· Apakah dokumen ini benar-benar ditulis oleh penulis sebenarnya? (apakah dokumen ini asli?)
· Apakah informasi yang terdapat dalam dokumen ini benar ? (apakah dokumen ini akurat?)
Pertanyaan pertama merujuk pada apa yang disebut kritik eksternal; yang kedua disebut kritik internal.
Kritik Eksternal. Kritik eksternal merujuk pada keaslian setiap dan semua dokumen yang digunakan peneliti. Para peneliti yang terikat pada penelitian histories ingin mengetahui apakah dokumen yang mereka temukan benar-benar dipersiapkan oleh penulisnya yang asli. Jelas sekali, dokumen palsu dapat (dan kadang-kadang ya) mengarah pada kesimpulan yang keliru. Beberapa pertanyaan muncul dalam mengevaluasi keaslian sumber histories:
· Siapa yang menulis dokumen ini? Apakah penulis hidup pada masa tersebut? Beberapa dokumen histories telah terbukti dipalsukan. Sebuah artikel yang ditulis oleh Martin Luther King, Jr. sebenarnya mungkin saja dibuat oleh seseorang yang berusaha untuk menodai reputasi Martin Luther King Jr.
· Apa tujuan penulisan dokumen? Untuk siapa dokumen ditujukan? Dan mengapa?
· Kapan dokumen ditulis? Apakah tanggal yang tertera pada dokumen itu akurat? Apakah detil yang dijelaskan sebenarnya benar-benar terjadi pada saat itu?
· Dimana dokumen ditulis? Apakah detil yang dijelaskan terjadi di tempat tersebut?
· Di bawah kondisi apa dokumen ditulis? Apakah ada kemungkinan yang ditulis itu suatu paksaan?
· Apakah ada bentuk atau versi dokumen yang lain?
Hal yang penting untuk diingat berkaitan dengan kritik eksternal adalah peneliti sebaiknya memastikan bahwa mereka menggunakan dokumen asli. Pertanyaan-pertanyaan di atas diarahkan sampai disini.
Kritik Internal. Sekali peneliti merasa puas bahwa dokumen sumbernya asli, mereka perlu menentukan apakah isi dari dokumen tersebut akurat. Hal ini melibatkan apa yang disebut kritik internal. Baik keakuratan informasi yang terkandung dalam dokumen maupun kebenaran penulis perlu dievaluasi. Kritik eksternal berkaitan dengan sifat atau keotentikan dari dokumen itu sendiri, sedangkan kritik internal berkaitan dengan isi dari dokumen. Apakah yang ditulis penulis benar-benar terjadi? Apakah orang-orang yang hidup pada masa itu berperilaku seperti yang penulis gambarkan? Benarkah peristiwa terjadi dengan cara cara seperti yang tertulis pada dokumen? Apakah data yang ditampilkan masuk akal? Namun, harus dicatat, bahwa peneliti sebaiknya tidak menolak pernyataan dalam dokumen itu kurang akurat hanya karena dia tidak mempercayainya—tidak mempercayai bahwa peristiwa itu terjadi. Peneliti harus menentukan apakah kejadian tertentu itu mungkin terjadi, bahkan jika peristiwa itu tidak dipercayai. Seperti kritik eksternal, beberapa pertanyaan perlu dikemukakan dalam upaya mengevaluasi keakuratan suatu dokumen dan kebenaran penulis dokumen tersebut.
Dengan rasa hormat pada penulis dokumen :
· Apakah penulis ada pada saat kejadian yang dia jelaskan? Dengan kata lain, apakah dokumennya merupakan sumber primer atau sekunder? Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, sumber-sumber primer lebih dipilih daripada sumber sekunder karena dianggap lebih akurat.
· Apakah penulis merupakan partisipan di dalamnya atau sebagai pengamat dari kejadian? Secara umum, kita mungkin berharap pengamat menghadirkan pandangan yang terpisah dan komprehensif tentang suatu kejadian. Saksi mata jelas berbeda laporannya mengenai kejadian yang sama, sebab itu pernyataan pengamat tidak lebih akurat dibandingkan pernyataan partisipan.
· Apakah penulis berkompeten menjelaskan kejadian? Hal ini merujuk pada kualifikasi penulis. Apakah penulis merupakan ahlinya? Seorang pengamat yang tertarik? Atau hanya “orang yang lewat saja?”
· Apakah penulis terlibat secara emosional dalam kejadian? Isteri seorang guru yang dipecat, misalnya mungkin dapat memberikan pandangan yang menyimpang mengenai kontribusi guru terhadap profesinya
· Apakah penulis memiliki interes pribadi pada hasil dari kejadian? Seorang siswa yang selalu berbeda pendapat dengan gurunya, cenderung menggambarkan gurunya secara negative daripada kolega guru tersebut
Dengan rasa hormat terhadap isi dokumen :
· Apakah isi dokumen masuk akal (sifat dari kejadian yang dijelaskan, apakah tampak masuk akal sehingga kejadian terjadi seperti yang digambarkan)?
· Apakah kejadian yang dijelaskan telah muncul pada saat itu? Contohnya, seorang peneliti mencurigai dokumen Perang Dunia ke II pada tahun 1946
· Mungkinkah orang berperilaku seperti yang dijelaskan? Bahaya utama dalam hal ini disebut presentisme—menganggap tulisan itu berasal dari kepercayaan saat ini, nilai dan ide orang-orang yang hidup pada waktu yang berbeda. Masalah yang agak berhubungan adalah historical hindsight. Hanya karena kita mengetahui bagaimana suatu peristiwa terjadi, bukan berarti orang-orang yang hidup sebelum atau selama peristiwa tersebut percaya bahwa hasilnya seperti yang tertulis.
· Apakah bahasa dokumen memberi kesan bias? Apakah secara emosional merupakan melampaui batas atau sebaliknya cenderung miring? Mungkinkah etnis, gender, agama, partai politik, status social ekonomi atau posisi penulis memberi kesan orientasi tertentu? Contohnya, suatu laporan guru tentang pertemuan dewan sekolah mengenai pemilihan kenaikan gaji berbeda laporannya dengan salah satu anggota dewan sekolah.
· Apakah ada versi lain mengenai peristiwa tersebut? Apakah isi dokumen menghadirkan deksripsi atau interpretasi berbeda mengenai apa yang terjadi? Namun ingat bahwa hanya karena mayoritas pengamat peristiwa menyetujui apa yang terjadi, bukan berarti isi dokumen tersebut selalu benar. Pada lebih dari satu peristiwa, pandangan minoritas terbukti benar.
Generalisasi Penelitian Historis
Dapatkah peneliti-peneliti historis menggeneralisasikan penemuan-penemuannya? Tergantung. Mungkin tampak jelas bagi anda, peneliti historis jarang (kalaupun ada),mampu mengkaji keseluruhan populasi individu atau keseluruhan populasi peristiwa. Para peneliti selalu memiliki sedikit pilihan kecuali dalam mengkaji suatu sampel tentang fenomena minat (phenomena of interest). Dan sampel yang dikaji ditentukan oleh sumber-sumber historis yang tersisa dari masa lampau. Berikut ini merupakan masalah tertentu bagi sejarawan, ketika dokumen-dokumen nyata, peninggalan-peninggalan bersejarah, dan sumber-sumber lainnya hampir selalu hilang, telah dihilangkan, atau dengan cara-cara lainnya tidak dapat ditemukan. Sumber-sumber yang tersedia ini barangkali tidak mewakili seluruh sumber yang mungkin saja ada.
Perkiraan, contohnya, seorang peneliti tertarik dalam memahami bagaimana studi sosial diajarkan di sekolah menengah pada akhir tahun 1800. peneliti dibatasi untuk mengkaji sumber-sumber apa saja yang tersisa pada saat. Peneliti dapat menggunakan beberapa buku teks yang ada pada waktu itu, ditambah buku-buku tugas, rencana-rencana pelajaran, tes-tes, surat-surat, dan korespondensi yang ditulis oleh guru-guru dan catatan harian guru-guru selama periode tersebut. berdasarkan pada review yang seksama terhadap sumber materi, peneliti menggambarkan beberapa kesimpulan tentang sifat pengajaran studi sosial pada saat itu. Peneliti perlu mengingat bahwa seluruhnya merupakan sumber-sumber tulisan dan sumber-sumber tulisan tersebut mungkin merefleksikan suatu pandangan yang berbeda dari orang-orang yang cenderung tidak menuliskan pemikiran-pemikiran, ide-ide, atau tugas-tugas mereka. Apa yang mungkin dilakukan oleh peneliti? Seperti semua penelitian, validitas setiap generalisasi yang digambarkan dapat diperkuat dengan menambah ukuran dan diversitas sampel data dimana generalisasi didasarkan. Untuk studi-studi yang melibatkan catatan studi kuantitatif, komputer membuat generalisasi mungkin terjadi, contohnya, bagi seorang peneliti dapat menggambarkan sampel data yang representatif dari kelompok-kelompok besar siswa, guru, dan elemen-elemen lain dapat diwakili oleh dokumen-dokumen sekolah, skor tes, laporan sensus, dan dokumen lainnya.
Keunggulan dan Kelemahan Penelitian Historis
Keunggulan utama penelitian historis adalah penelitian ini mengijinkan penyelidikan tentang topik-topik dan pertanyaan-pertanyaan yang tidak dapat dikaji oleh penelitian lain. Penelitian historis merupakan satu-satunya penelitian yang dapat mengkaji bukti-bukti dari masa lampau dalam hubungannya dengan pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan di awal bab ini. Sebagai tambahan, penelitian historis menggunakan macam-macam bukti yang berbeda dibandingkan metode penelitian lainnya (dengan pengecualian penelitian studi kasus dan etnografi). Penelitian historis menyediakan suatu alternatif dan mungkin sumber informasi yang lebih kaya tentang topik-topik nyata yang juga dapat dikaji melalui metodologi lainnya. Seorang peneliti berharap menyelidiki hipotesis bahwa “perubahan kurikulum tidak melibatkan perencanaan luas dan partisipasi yang melibatkan guru-guru selalu gagal” dengan mengumpulkan data wawancara atau hasil observasi terhadap kelompok-kelompok guru yang (1) berpartisipasi dan (2) tidak berpartisipasi dalam pengembangan perubahan kurikulum (studi kausal komparatif) atau dengan mengatur partisipasi guru yang berbeda-beda (suatu studi eksperimental). Pertanyaan dapat juga dikaji dengan menguji dokumen-dokumen yang disiapkan 50 tahun kebelakang melalui penyebarluasan kurikula baru (laporan penyebarluasan); melalui guru-guru (catatan-catatan hariannya).
Kelemahan penelitian historis adalah tidak adanya kontrol yang mengendalikan gangguan terhadap validitas internal. Pembatasan dilakukan oleh sifat sampel dokumen dan proses instrumentasi (analisis dokumen) barangkali begitu ketat. Peneliti-peneliti tidak dapat menjamin keterwakilan sampel (representativeness of the sample), ataupun apakah mereka dapat memeriksa reliabitas dan validitas terhadap penafsiran yang dibuat dari data yang tersedia. Tergantung pada pertanyaan yang dikaji, seluruh atau beberapa gangguan terhadap validitas internal telah kita diskusikan di bab 12. Kemungkinan terjadinya bias disebabkan karakteristik peneliti (dalam pengumpulan dan analisis data) selalu muncul. Kemungkinan bahwa adanya hubungan yang diobservasi disebabkan karakteristik subjek (individu yang menyiapkan dokumen), implementasi, sejarah, kedewasaan, sikap, atau gangguan lokasi juga selalu terjadi. Walaupun setiap gangguan tergantung pada sifat studi tertentu, metode untuk mengontrol gangguan sayangnya tidak tersedia pada peneliti. Sebab banyak hal bergantung pada kemampuan dan integritas peneliti-ketika kontrol-kontrol metodologis tidak tersedia- kita percaya bahwa penelitian historis merupakan jenis penelitian yang paling sulit dilaksanakan.
CONTOH PENELITIAN HISTORIS
Diakhir bab ini dihadirkan contoh penelitian historis yang diikuti oleh kritik terhadap keunggulan dan kelemahannya.
ANALISIS TERHADAP STUDI
Tujuan / pembenaran
Tujuan dari studi ini sudah jelas, untuk menyelidiki pengajaran studi sosial dalam kampanye literasi dibagian selatan amerika selama tahun 1915-1930. pembenaran (justifikasi) dalam studi ini kurang jelas. Apakah penting mengklarifikasi hubungan antara studi sosial dan tujuan dasar dari gerakan, yang mana yang dapat meningkatkan literasi? Penulis percaya bahwa hasil analisisnya berdampak terhadap usaha-usaha yang ada untuk mengubah bentuk studi sosial, tapi penulis tidak secara langsung menjustifikasi studi mereka pada ranah ini.
Definisi
Tidak ada definisi yang diberikan. Yang penulis lakukan hanya menjelaskan kampanye literasi. Istilah umum lainnya, termasuk “studi sosial”, “kewarganegaraan”, dan “patriotisme” tidak dibatasi kecuali oleh implikasi dalam isi penelitian.
Penelitian yang Mendahului
Tidak ada kutipan mengenai penelitian terdahulu; agaknya tidak ada petunjuk secara khusus berkenaaan dengan topic pada studi ini. Seperti biasa dalam penelitian histories, yang berperan sebagai sumber informasi bukanlah penelitian terdahulu melainkan bukti-bukti.
Hipotesis
Hipotesis tidak dinyatakan atau tidak tercantum secara jelas. Tampaknya penulis tidak memiliki ekspektasi untuk apa data ditunjukkan, dengan memberitahukan hipotesis dapat memperbaiki studi yang dilakukan peneliti. Contoh hipotesis: “ Materi-materi kurikulum yang dikembangkan sebagai bagian dari kampanye literasi di bagian Selatan Amerika (Southern Literacy Campaign) menunjukkan suatu usaha yang dengan sengaja mengajarkan Amerika Serikat, dalam keadaan perang maupun damai, bertindak menggunakan prinsip-prinsip moral yang tinggi.”
Sampel
Persoalan pengambilan data (sampling) pada penelitian histories merupakan hal yang berbeda dibandingkan pada penelitian lainnya. Tidak ada populasi orang-orang yang dijadikan sample. Hal ini disebabkan bahwa suatu populasi dokumen-dokumen yang relevan (atau sumber informasi relevan lainnya) dapat menjadi sampel secara acak. Jarang, dan jika terjadi, bagaimanapun, ada alasan yang memaksa untuk tidak menggunakan seluruh dokumen. Tugas peneliti histories adalah menemukan dokumen-dokumen, menganalisis keaslian dokumen, dan, jika perlu, menilai manfaat relative dokumen-dokumen tersebut.Kita harus berasumsi bahwa tugas-tugas tersebut telah dilakukan pada studi ini.
Instrumentasi
Sekali lagi, tidak ada instrumentasi yang dibicarakan pada studi ini. Yang dimaksud dengan instrument di sini adalah pembawaan peneliti dalam menemukan, mengevaluasi, dan menganalisis sumber-sumber yang berkaitan. Konsep reliabilitas memiliki sedikit hubungan dengan data histories karena masing-masing data tidak secara bermakna mempertimbangkan sebuah sample yang melintasi isi ataupun waktu. Persoalan validitas, di sisi lain merupakan hal terpenting. Validitas ditujukan melalui evaluasi sumber-sumber dan melalui perbandingan sumber-sumber berkenaan dengan hal-hal yang sama (peristiwa, peristiwa, objek-objek, dan lainnya). Pada studi ini, penulis telah mempertahankan sumber-sumbernya-kita harus menerima kredibilitas penulis. Tidak ada satupun bukti-bukti langsung yang merupakan sumber-sumber berbeda telah mereka hadirkan sepakat dengan mematuhi hal-hal tersebut. PEnulis telah mengutip beberapa sumber dari materi-materi kurikulum mendukung kesimpulan penulis, yaitu bahwa patriotisme ditanamkan dalam mater-materi literasi. Kutipannya,bagaimanapun, seluruhnya merupakan karya seorang penulis (Cora Wilson Stewart), dengan tidak ada demonstrasi bahwa karyanya dominant atau khas dalam penggunaan bahan ajar. Dengan rasa hormat terhadap “kewarganegaraan”,dua penulis dikutip, tapi bukan mendukung hal yang sama, yaitu, kutipan dari Gray yang menekankan penerapan keadilan yang sederajat untuk semua warga negara, sementara kutipan dari Stewart yang mendukung pelayanan pemerintah.
Prosedur/ Validitas Internal
Laporan penelitian ini lemah dalam hal perencanaan sistematis. Tidak ada pembahasan tentang merencanakan jenis-jenis sumber yang diikuti, merencanakan criteria yang akan dianalisis secara rinci, atau bagaimana analisis akan dilaksanakan. Setelah bagian Pendahuluan, penulis dengan segera memberikan kutipan tanpa menyediakan alasan mengapa kutipan ini dipilih. Suatu bagian pada metode nampak diperlukan.
Secara keseluruhan, prosedur yang diikuti jelas-jelas dipotong (clear-cut). Penulis-penulis pada dasarnya melibatkan penemuan dan analisis berikutnya tentang sumber-sumber informasi yang berkaitan. Replikasi studi memerlukan hanya dokumen-dokumen yang sama (atau mungkin pilihan) yang diperoleh dan dianalisis. Sifat studi ini membuat banyak gangguan terhadap validitas internal yang telah kita diskusikan tidak berlaku di studi ini, karena tidak ada hubungan diantara variable yang dilaporkan. Pengecualian-pengecualian adalah mengenai bias kolektor data dan karakteristik kolektor data. Karena penelitian historis seluruhnya menyandarkan pada interpretasi dan informasi data pendukung dari peneliti, satu yang tidak akan pernah menjadi nyata bahwa suatu studi individual, seperti studi ini, bukan merupakan produk bias perseorangan dari peneliti ataupun karakteristik peneliti.
Analisis data
Prosedur analisis data, tidak digunakan pada studi ini, jugatidak sejelas dengan yang seharusnya terjadi. Beberapa pengolahan dari frekuensi keterjadian dari topic yang spesifik dapat memperkuat interpretasi penulis.
Hasil dan Pembahasan
Secara umum, hasil studi seharusnya dijaga terpisah dari pembahasan hasil, namun pemisahan ini sangat sulit diterapkan pada penelitian histories.Pertanyaan yang diajukan disini apakah data yang disediakan membenarkan kesimpulan penulis. Anggapan-anggapan penulis bahwa isi studi social dari kampanye literasi di bagian selatan Amerika menjadikan arus ekspektasi social tidak didokumentasikan, mensyaratkan agar pembaca membuat perbandingannya sendiri dalam hal ini. Pernyataan penulis bahwa kemampuan analitis dan kemampuan kritis tidak ditekankan, hal ini konsisten dengan contoh-contoh yang diberikan, namun tidak secara khusus didokumentasikan.
Kesimpulan penulis bahwa studi social tidak sama penting dengan tujuan lainnya dalam kampanye tampak diberikan sejak penekanan dasar, seperti yang penulis nyatakan pada permulaan, dalam membaca dan menulis. Tidaklah mengejutkanbahwa tujuan studi social tidaksama pentingnya dengan tujuan ekonomi dalam motivasi pembuat rencana kampanye. Kita menyetujui bahwa pola-pola ini saat ini masih ada, kita tidak memandang bahwa penulis telah mendokumentasikan pada kasus ini.
Akhirnya, tidak jelas bagi kita bagaimana studi ini membenarkan kesimpulan-kesimpulan, dinyatakan pada bagian pendahuluan, bahwa perubahan studi social terbukti sangat sulit. Bukti-bukti yang ditawarkan bahwa konsep-konsep baru tidak dicerminkan pada materi-materi literasi (yang diharapkan), namun di sini tidak ada bukti yang dapat kita lihat, bahwa usaha-usaha yang dilakukan melalui studi social untuk memajukan kewarganegaraan dan patriotisme tidak sepenhnya berhasil. Lalu, apakah hal ini berlaku saat sekarang?
Apa itu Penelitian Historis?
Seperti penelitiain etnografis, penelitian histories agak sedikit berbeda arahnya dari kebanyakan penelitian yang telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya. Yaitu, tentu saja, tidak ada manipulasi atau variable control seperti pada penelitian eksperimental, tapi terutama sekali, penelitian ini unik karena dengan keras focus pada masa lalu. Seperti yang telah disebutkan pada bab satu, beberapa aspek masa lalu dipelajari, dengan membaca secara teliti dokumen-dokumennya, dengan mempelajari barang-barang peninggalan, atau dengan cara mewawancarai individu-individu yang hidup selama waktu tersebut. Upaya kemudian dibuat untuk membangun kembali apa yang terjadi selama waktu tersebut selengkap dan seakurat mungkin, dan (biasanya) menjelaskan mengapa hal itu terjadi—meskipun hal ini tidak akan pernah bisa diselesaikan sepenuhnya karena informasi dari dan tentang masa lalu selalu tidak lengkap. Maka, penelitian histories adalah pengumpulan data yang sistematis dan evaluasi data untuk menjelaskan, menguraikan dan dengan cara demikian mengerti tindakan-tindakan atau kejadian-kejadian yang muncul beberapa waktu di masa lalu.
TUJUAN PENELITIAN HISTORIS
Peneliti pendidikan melakukan studi histories untuk berbagai alasan :
1. Agar orang mengetahui apa yang terjadi di masa lalu sehingga mereka bisa belajar dari kegagalan-kegagalan dan sukses-sukses yang diraih di masa lalu. Misalnya seorang peneliti mungkin tertarik ingin menyelidiki mengapa modifikasi kurikulum tertentu (seperti kurikulum bahasa Inggris yang baru “berorientasi-inkuiri”) berhasil di beberapa sekolah tapi tidak di sekolah lain.
2. Untuk mempelajari bagaimana sesuatu diselesaikan di masa lalu untuk melihat apakah mungkin bisa diaplikasikan pada masalah dan urusan-urusan saat ini. Daripada “membuat kembali roda” dari awal misalnya, lebih bijaksana melihat ke masa lalu untuk melihat jikalau inovasi yang diajukan belum pernah dicoba sebelumnya. Kadang-kadang suatu gagasan yang diusulkan berupa “inovasi radikal” bukan sama sekali baru. Lebih lanjut, “tinjauan literature” yang didiskusikan secara rinci di Bab 5, dimana hal tersebut dilakukan sebagai bagian dari jenis studi lainnya, merupakan penelitian histories. Seringkali tinjauan literature akan menunjukkan apa yang kita pikirkan sebagai hal baru sebenarnya telah dilakukan sebelumnya (bahkan berkali-kali!)
3. Membantu prediksi. Jika ide tertentu atau suatu pendekatan sebelumnya telah dicoba, bahkan dibawah keadaan yang agak sedikit berbeda, hasil di masa lalu bisa memberikan ide kepada para pembuat kebijakan akan menjadi apa suatu rencana yang ada saat ini. Jadi, jika “laboratorium bahasa” dianggap efektif (atau sebaliknya) di sekolah wilayah tertentu di masa lalu, wilayah lain memiliki bukti sebagai dasar petimbangan pengambilan keputusan berkaitan dengan pemanfaatan “lab bahasa”.
4. Untuk menguji hipotesis berkaitan dengan hubungan atau kecenderungan. Banyak peneliti yang kurang berpengalaman cenderung menganggap penelitian histories sifatnya deskriptif murni. Namun demikian jika dilakukan dengan hati-hati dan dirancang dengan baik, penelitian histories bisa mengarah pada penguatan atau penolakan hipotesis relasional. Di bawah ini beberapa contoh hipotesis penelitian histories:
a. Pada awal 1900an, kebanyakan guru wanita datang dari kelas menengah ke atas, tapi guru laki-laki tidak.
b. Perubahan kurikulum yang tidak melibatkan perencanaan luas dan tidak melibatkan guru biasanya gagal.
c. Teksbook ilmu social abad ke 19 menunjukkan referensi mengenai kontribusi wanita terhadap budaya Amerika dari tahun 1800 sampai 1900, meningkat.
d. Guru sekolah menengah memperoleh prestise lebih daripada guru sekolah dasar sejak tahun 1940.
Banyak hipotesis lainnya yang memungkinkan tentunya; hipotesis di atas dimaksudkan untuk menggambarkan bahwa penelitian histories bisa meminjam dari studi pengujian hipotesis.
5. Untuk memahami praktek-praktek pendidikan dan kebijakan-kebijakan masa kini secara utuh. Banyak praktek-praktek pendidikan saat ini bukan sesuatu yang baru. Pengajaran inkuiri, karakter pendidikan, kelas terbuka, dan penekanan pada “dasar”, pengajaran Sokrates, penggunaan studi kasus, instruksi individual, pengajaran kelompok, dan pengajaran “laboratorium” merupakan gagasan yang muncul kembali dari waktu ke waktu.
Pertanyaan seperti apa yang dikejar melalui penelitian histories?
Meskipun penelitian histories focus pada masa lalu, jenis pertanyaan cukup bervariasi. Beberapa contoh:
· Bagaimana siswa di bagian Selatan belajar selama Perang Saudara?
· Berapa banyak rancangan undang-undang pendidikan dikeluarkan selama kepemimpinan Lyndon B. Johnson, dan apa tujuan utama dari RUU tersebut?
· Instruksi bagi kelas empat SD 100 tahun yang lalu seperti apa?
· Bagaimana kondisi kerja guru berubah sejak 1900?
· Apa masalah utama di sekolah pada tahun 1940 dibandingkan hari ini?
· Isu pendidikan apa yang dirasa paling penting selama 20 tahun ke belakang oleh masyarakat umum?
· Bagaimana ide-ide John Dewey mempengaruhi praktek-praktek pendidikan masa kini?
· Bagaimana kontribusi wanita terhadap pendidikan?
· Bagaimana minoritas (atau yang cacat) telah diperlakukan di sekolah umum selama abad 20?
· Bagaimana politik dan praktek administrator sekolah pada awal abad ini berbeda pada tahun-tahun awal?
· Apa peran pemerintahan federal dalam pendidikan?
Langkah-langkah Penelitian Historis
Ada empat langkah dasar dalam melakukan studi histories. Langkah ini termasuk menjelaskan masalah atau pertanyaan yang harus diteliti (termasuk formulasii hipotesis jika cocok); menentukan sumber informasi histories yang relevan; meringkas dan mengevaluasi informasi yang diperoleh dari sumber-sumber ini; dan menampilkan serta menginterpretasikan informasi ini kaitannya dengan masalah atau pertanyaan studi.
Menjelaskan Masalah
Dalam bahasa paling sederhana, tujuan dari studi histories dalam pendidikan adalah menjelaskan dengan jelas dan akurat beberapa aspek dari masa lalu berkaitan dengan pendidikan dan atau sekolah. Seperti yang telah disebutkan di atas, para peneliti histories bermaksud lebih dari sekedar menjelaskan; mereka ingin lebih dari mengklarifikasi dan menjelaskan dan terkadang mengoreksi.
Oleh karena itu, masalah penelitian histories diidentifikasi sama seperti masalah-masalah yang dipelajari melalui jenis penelitian lainnya. Seperti setiap masalah penelitian, mereka harus dinyatakan secara jelas dan singkat, dapat dikendalikan, mempunyai dasar pemikiran yang bisa dipertahankan, dan (jika mungkin) menyelidiki hubungan antar variable. Hal yang agak unik pada penelitian histories adalah masalahnya bisa diseleksi jika data yang tersedia tidak cukup. Seringkali data penting (dokumen tertentu seperti catatan harian atau peta dari masa tertentu) tidak bisa ditemukan. Hal ini khususnya benar jika semakin peneliti semakin jauh melihat ke belakang. Hasilnya, lebih baik mempelajari secara mendalam masalah yang dijelaskan dengan baik serta mungkin tajam daripada mengejar masalah lebih luas yang tidak dapat dijelaskan dengan tajam, atau dipecahkan seutuhnya. Seperti penelitian lainnya, sifat masalah atau hipotesis menuntun studi; jika dijelaskan dengan baik, peneliti bisa memulai penelitian.
Beberapa contoh studi histories yang telah dipublikasikan :
· Proses pendidikan sekolah di kelas satu: Dua contoh seabac terpisah
· Tingkat kelangsungan hidup guru di St. Louis 1969-1982
· Guru-guru wanita di garis perbatasan
· Asal-usul studi social modern: 1900-1916
· Kehilangan Nilai: Pengujian intelegensi di sekolah umum Los Angeles , 1922-1932
· Respon anak-anak Indian Amerika di pendidikan sekolah Presbyterian abad ke 19: Suatu analisis melalui sumber misionaris
· Era 1960-an dan transformasi budaya kampus
· Emma Willard : Pelopor pendidikan studi social
· Inkuiri dalam administrasi pendidikan: 25 tahun ke belakang dan ke depan
· Bertrand Russell dan pendidikan di dunia kewarganegaraan
· Penurunan usia dalam meninggalkan rumah, 1920-1979
Menemukan Sumber-sumber Relevan
Kategori Sumber.
Setelah peneliti memutuskan masalah atau pertanyaan yang ingin diteliti, pencarian sumber dimulai. Segala sesuatu yang pernah ditulis dalam dokumen atau lainnya, dan sebenarnya setiap objek yang dikumpulkan merupakan sumber potensial bagi penelitian histories. Namun secara umum, materi sumber histories dapat dikelompokkan ke dalam empat kategori dasar: dokumen, catatan numeric, pernyataan oral serta barang peninggalan.
1. Dokumen : Dokumen adalah bahan tertulis atau tercetak yang telah dihasilkan dalam suatu bentuk –catatan tahunan, kerja seni, undang-undang, buku, kartun, surat edaran, catatan harian, diploma, catatan legal, surat kabar, majalah, catatan buku, buku almamater sekolah, memo, tes dan lain-lain. Mreka bisa tulis tangan, cetak, ketik, gambar atau sketsa; bisa terpublikasikan atau tidak; bisa ditujukan untuk konsumsi public atau pribadi; bisa orisinal atau kopian. Singkatnya, dokumen merujuk pada setiap informasi yang ada baik tertulis atau cetak.
2. Catatan Numerik: Catatan numerik atau quantitative bisa dianggap baik sebaik jenis sumber terpisah di dalam atau pada dirinya sendiri atau sebagai subkategori dari dokumen. Catatan seperti ini termasuk setiap jenis data numeric dalam bentuk tercetak: nilai tes, gambaran kehadiran, catatan sensus, pengeluaran sekolah, dan semacamnya. Pada tahun-tahun belakangan ini, terjadi peningkatan pemanfaatan computer oleh para peneliti histories untuk menganalisis sejumlah data numeric yang sangat banyak.
3. Pernyataan lisan : informasi berharga lainnya bagi peneliti histories ada pada orang-orang yang memberikan pernyataan secara lisan. Cerita, mitos, legenda, dongeng, nyanyian, lagu dan bentuk ekspresi lisan lainnya telah digunakan bertahun-tahun sebagai catatan bagi generasi selanjutnya. Tapi sejarawan juga bisa mengadakan wawancara lisan dengan orang-orang yang saksi dari kejadian-kejadian di masa lalu. Ini adalah bentuk khusus dari penelitian histories, yang disebut sejarah lisan, yang baru-baru ini sedikit mengalami renaisans.
4. Barang-barang peninggalan: Jenis keempat dari sumber histories adalah barang pustaka. Barang pustaka adalah setiap objek dimana karakteristik fisika atau visualnya bisa menyediakan beberapa informasi tentang masa lalu. Contohnya mebel, kerja seni, pakaian, bangunan, monument, atau peralatan.
Berikut ini adalah contoh-contoh sumber-sumber histories:
· Alat utama yang digunakan di kelas pada abad ke 17
· Catatan harian yang disimpan seorang guru wanita di perbatasan Ohio tahun 1800an
· Argumen-argumen tertulis melawan isu obligasi sekolah seperti yang terpublikasikan di surat kabar pada waktu tertentu
· Buku tahunan SMP tahun 1958
· Contoh pakaian yang dipakai siswa awal abad ke 19 di pedesaan Georgia
· Diploma kelulusan SMA dari tahun 1920an
· Memo tercatat dari pimpinan sekolah kepada staf pengajarnya
· Catatan kehadiran dari dua sekolah berbeda selama 40 tahun
· Tulisan esai oleh anak-anak SD selama Perang Saudara
· Nilai tes yang diperoleh siswa di berbagai negara bagian pada waktu yang berbeda
· Rekaman wawancara lisan dengan sekretaris pendidikan pada tiga masa kepresidenan yang berbeda
Sumber Primer vs Sekunder.
Seperti pada semua penelitian, penting untuk membedakan antara sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer adalah sumber yang disiapkan seorang saksi atau partisipan langsung kejadian di masa lalu. Laporan saksi tentang pembukaan sekolah baru bisa menjadi suatu contoh. Contoh sumber primer lainnya adalah :
· Lapran guru abad 19 mengenai bagaimana rasanya hidup dengan keluarga perbatasan
· Transkrip wawancara lisan dengan pimpinan sekolah tingkat atas di kota besar berkaitan dengan masalah yang dihadapi distriknya
· Tulisan essay siswa dalam menjawab, “Apa yang paling kalian suka dan tidak suka dari sekolah?”
· Lagu yang dibuat oleh anggota paduan suara sekolah tingkat atas
· Detik-detik pertemuan dewan sekolah yang dicatat oleh sekretaris dewan
· Evaluasi yang ditulis oleh konsultan dari kurikulum Prancis yang baru
· Foto lulusan kelas 8 tahun 1930
· Surat yang ditulis antara siswa Amerika dan siswa Jepang menjelaskan pengalaman sekolah mereka
Sumber sekunder, sebaliknya, adalah dokumen yang disiapkan oleh individu yang tidak langsung mengalami peristiwa, tapi yang memperoleh penjelasan kejadian dari seseorang. Contohnya editorial suratkabar yang baru-baru ini mengomentari unjuk rasa guru. Contoh lain dari sumber sekunder adalah sebagai berikut :
· Ensikopledia menjelaskan beragam jenis penelitian pendidikan yang dilakukan selama periode 10 tahun
· Artikel majalah meringkas pandangan Aristoteles tentang pendidikan
· Tanggapan suratkabar terhadap pertemuan dewan sekolah berdasarkan wawancara lisan dengan anggota dewan sekolah
· Buku yang menjelaskan pendidikan di sekolah pada masa koloni Inggris Baru selama tahun 1700an
· Penjelasan orangtua mengenai percakapan anaknya dengan gurunya (orang tua tersebut tidak hadir saat percakapan terjadi)
· Laporan siswa pada walikelasnya tentang alasan dia dikeluarkan oleh gurunya dari sekolah
· Buku teks tentang penelitian pendidikan
Sebisa mungkin, sejarawan (seperti peneliti lain) ingin menggunakan sumber primer daripada sumber sekunder. Karena ketika seorang peneliti harus bergantung pada sumber data sekunder berarti dia menambah kesempatan data menjadi kurang akurat atau kurang rinci. Keakuratan data yang dilaporkan juga menjadi lebih sulit dicek kebenarannya. Sayangnya, sumber primer diakui lebih sulit diperoleh, terutama sumber kejadian yang masanya sangat lampau. Sumber sekunder merupakan suatu kebutuhan, oleh karena itu sumber sekunder digunakan cukup luas dalam penelitian histories. Namun demikian, jika semua sumber tersedia, penggunaan sumber primer lebih diprioritaskan.
MERINGKAS INFORMASI YANG DIPEROLEH DARI SUMBER-SUMBER HISTORIS
Proses mengulas kembali dan menyaring data dari sumber histories pada dasarnya dijelaskan pada Bab 5—menentukan relevansi materi tertentu dengan pertanyaan atau masalah yang diselidiki; mencatat data sumber bibliografi yang utuh; mengorganisasikan data yang dikumpulkan dalam kategori-kategori berkaitan dengan masalah yang diselidiki (untuk suatu studi mengenai aktifitas harian yang muncul pada abad ke 19 di kelas SD, seorang peneliti dapat mengorganisir fakta-fakta ke dalam kategori seperti “pelajaran yang diajarkan”, “aktifitas pembelajaran”, “aktifitas bermain”, dan “tata tertib kelas”); serta meringkas informasi yang berhubungan (fakta penting, kutipan, dan pertanyaan) pada kartu catatan.
Namun demikian, pembacaan dan ringkasan data histories itu jarang rapi dan teratur. Edward J. Carr, seorang sejarawan, memberikan penjelasan berikut ini bagaimana sejarawan terikat dalam penelitian :
“Asumsi umum (diantara orang-orang awam) muncul bahwa sejarawan membagi pekerjaannya ke dalam dua fase atau periode yang dapat dibedakan. Fase pertama, dia menghabiskan waktu persiapan untuk membaca sumber dan memenuhi catatannya dengan fakta-fakta; kemudian, ketika fase ini selesai dia menyimpan sumber-sumber, mengambil bukunya kemudian menulis dari awal sampai akhir. Hal ini bagi saya merupakan hal yang diragukan dan gambaran yang tidak masuk akal. Bagi saya sendiri, segera setelah saya membaca beberapa sumber-sumber utama, keinginan menjadi sangat kuat lalu saya mulai menulis—tidak perlu di fase awal persiapan, tapi kapan saja, dan dimana saja. Setelah itu, membaca dan menulis dilakukan secara serempak. Tulisan ditambah, dikurangi, dibentuk kembali dan dibatalkan saat saya membaca. Bacaan dipandu dan diarahkan oleh tulisan; semakin saya menulis, semakin tahu apa yang saya cari, dan semakin saya mengerti kebermaknaan dan relevansi apa yang saya temukan”
EVALUASI SUMBER-SUMBER HISTORIS
Peneliti histories harus mengadopsi sikap kritis terhadap setiap dan semua sumber yang dia review. Peneliti tidak akan pernah yakin tentang keaslian dan keakuratan sumber-sumber histories. Suatu catatan mungkin saja ditulis oleh seseorang yang berbeda dengan orang yang menandatangani catatan tersebut. Suatu surat mungkin saja merujuk pada kejadian yang tidak terjadi, atau terjadi pada waktu dan tempat yang berbeda. Suatu dokumen mungkin telah dipalsukan atau informasi dengan sengaja dipalsukan. Pertanyaan kunci bagi setiap peneliti histories adalah :
· Apakah dokumen ini benar-benar ditulis oleh penulis sebenarnya? (apakah dokumen ini asli?)
· Apakah informasi yang terdapat dalam dokumen ini benar ? (apakah dokumen ini akurat?)
Pertanyaan pertama merujuk pada apa yang disebut kritik eksternal; yang kedua disebut kritik internal.
Kritik Eksternal. Kritik eksternal merujuk pada keaslian setiap dan semua dokumen yang digunakan peneliti. Para peneliti yang terikat pada penelitian histories ingin mengetahui apakah dokumen yang mereka temukan benar-benar dipersiapkan oleh penulisnya yang asli. Jelas sekali, dokumen palsu dapat (dan kadang-kadang ya) mengarah pada kesimpulan yang keliru. Beberapa pertanyaan muncul dalam mengevaluasi keaslian sumber histories:
· Siapa yang menulis dokumen ini? Apakah penulis hidup pada masa tersebut? Beberapa dokumen histories telah terbukti dipalsukan. Sebuah artikel yang ditulis oleh Martin Luther King, Jr. sebenarnya mungkin saja dibuat oleh seseorang yang berusaha untuk menodai reputasi Martin Luther King Jr.
· Apa tujuan penulisan dokumen? Untuk siapa dokumen ditujukan? Dan mengapa?
· Kapan dokumen ditulis? Apakah tanggal yang tertera pada dokumen itu akurat? Apakah detil yang dijelaskan sebenarnya benar-benar terjadi pada saat itu?
· Dimana dokumen ditulis? Apakah detil yang dijelaskan terjadi di tempat tersebut?
· Di bawah kondisi apa dokumen ditulis? Apakah ada kemungkinan yang ditulis itu suatu paksaan?
· Apakah ada bentuk atau versi dokumen yang lain?
Hal yang penting untuk diingat berkaitan dengan kritik eksternal adalah peneliti sebaiknya memastikan bahwa mereka menggunakan dokumen asli. Pertanyaan-pertanyaan di atas diarahkan sampai disini.
Kritik Internal. Sekali peneliti merasa puas bahwa dokumen sumbernya asli, mereka perlu menentukan apakah isi dari dokumen tersebut akurat. Hal ini melibatkan apa yang disebut kritik internal. Baik keakuratan informasi yang terkandung dalam dokumen maupun kebenaran penulis perlu dievaluasi. Kritik eksternal berkaitan dengan sifat atau keotentikan dari dokumen itu sendiri, sedangkan kritik internal berkaitan dengan isi dari dokumen. Apakah yang ditulis penulis benar-benar terjadi? Apakah orang-orang yang hidup pada masa itu berperilaku seperti yang penulis gambarkan? Benarkah peristiwa terjadi dengan cara cara seperti yang tertulis pada dokumen? Apakah data yang ditampilkan masuk akal? Namun, harus dicatat, bahwa peneliti sebaiknya tidak menolak pernyataan dalam dokumen itu kurang akurat hanya karena dia tidak mempercayainya—tidak mempercayai bahwa peristiwa itu terjadi. Peneliti harus menentukan apakah kejadian tertentu itu mungkin terjadi, bahkan jika peristiwa itu tidak dipercayai. Seperti kritik eksternal, beberapa pertanyaan perlu dikemukakan dalam upaya mengevaluasi keakuratan suatu dokumen dan kebenaran penulis dokumen tersebut.
Dengan rasa hormat pada penulis dokumen :
· Apakah penulis ada pada saat kejadian yang dia jelaskan? Dengan kata lain, apakah dokumennya merupakan sumber primer atau sekunder? Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, sumber-sumber primer lebih dipilih daripada sumber sekunder karena dianggap lebih akurat.
· Apakah penulis merupakan partisipan di dalamnya atau sebagai pengamat dari kejadian? Secara umum, kita mungkin berharap pengamat menghadirkan pandangan yang terpisah dan komprehensif tentang suatu kejadian. Saksi mata jelas berbeda laporannya mengenai kejadian yang sama, sebab itu pernyataan pengamat tidak lebih akurat dibandingkan pernyataan partisipan.
· Apakah penulis berkompeten menjelaskan kejadian? Hal ini merujuk pada kualifikasi penulis. Apakah penulis merupakan ahlinya? Seorang pengamat yang tertarik? Atau hanya “orang yang lewat saja?”
· Apakah penulis terlibat secara emosional dalam kejadian? Isteri seorang guru yang dipecat, misalnya mungkin dapat memberikan pandangan yang menyimpang mengenai kontribusi guru terhadap profesinya
· Apakah penulis memiliki interes pribadi pada hasil dari kejadian? Seorang siswa yang selalu berbeda pendapat dengan gurunya, cenderung menggambarkan gurunya secara negative daripada kolega guru tersebut
Dengan rasa hormat terhadap isi dokumen :
· Apakah isi dokumen masuk akal (sifat dari kejadian yang dijelaskan, apakah tampak masuk akal sehingga kejadian terjadi seperti yang digambarkan)?
· Apakah kejadian yang dijelaskan telah muncul pada saat itu? Contohnya, seorang peneliti mencurigai dokumen Perang Dunia ke II pada tahun 1946
· Mungkinkah orang berperilaku seperti yang dijelaskan? Bahaya utama dalam hal ini disebut presentisme—menganggap tulisan itu berasal dari kepercayaan saat ini, nilai dan ide orang-orang yang hidup pada waktu yang berbeda. Masalah yang agak berhubungan adalah historical hindsight. Hanya karena kita mengetahui bagaimana suatu peristiwa terjadi, bukan berarti orang-orang yang hidup sebelum atau selama peristiwa tersebut percaya bahwa hasilnya seperti yang tertulis.
· Apakah bahasa dokumen memberi kesan bias? Apakah secara emosional merupakan melampaui batas atau sebaliknya cenderung miring? Mungkinkah etnis, gender, agama, partai politik, status social ekonomi atau posisi penulis memberi kesan orientasi tertentu? Contohnya, suatu laporan guru tentang pertemuan dewan sekolah mengenai pemilihan kenaikan gaji berbeda laporannya dengan salah satu anggota dewan sekolah.
· Apakah ada versi lain mengenai peristiwa tersebut? Apakah isi dokumen menghadirkan deksripsi atau interpretasi berbeda mengenai apa yang terjadi? Namun ingat bahwa hanya karena mayoritas pengamat peristiwa menyetujui apa yang terjadi, bukan berarti isi dokumen tersebut selalu benar. Pada lebih dari satu peristiwa, pandangan minoritas terbukti benar.
Generalisasi Penelitian Historis
Dapatkah peneliti-peneliti historis menggeneralisasikan penemuan-penemuannya? Tergantung. Mungkin tampak jelas bagi anda, peneliti historis jarang (kalaupun ada),mampu mengkaji keseluruhan populasi individu atau keseluruhan populasi peristiwa. Para peneliti selalu memiliki sedikit pilihan kecuali dalam mengkaji suatu sampel tentang fenomena minat (phenomena of interest). Dan sampel yang dikaji ditentukan oleh sumber-sumber historis yang tersisa dari masa lampau. Berikut ini merupakan masalah tertentu bagi sejarawan, ketika dokumen-dokumen nyata, peninggalan-peninggalan bersejarah, dan sumber-sumber lainnya hampir selalu hilang, telah dihilangkan, atau dengan cara-cara lainnya tidak dapat ditemukan. Sumber-sumber yang tersedia ini barangkali tidak mewakili seluruh sumber yang mungkin saja ada.
Perkiraan, contohnya, seorang peneliti tertarik dalam memahami bagaimana studi sosial diajarkan di sekolah menengah pada akhir tahun 1800. peneliti dibatasi untuk mengkaji sumber-sumber apa saja yang tersisa pada saat. Peneliti dapat menggunakan beberapa buku teks yang ada pada waktu itu, ditambah buku-buku tugas, rencana-rencana pelajaran, tes-tes, surat-surat, dan korespondensi yang ditulis oleh guru-guru dan catatan harian guru-guru selama periode tersebut. berdasarkan pada review yang seksama terhadap sumber materi, peneliti menggambarkan beberapa kesimpulan tentang sifat pengajaran studi sosial pada saat itu. Peneliti perlu mengingat bahwa seluruhnya merupakan sumber-sumber tulisan dan sumber-sumber tulisan tersebut mungkin merefleksikan suatu pandangan yang berbeda dari orang-orang yang cenderung tidak menuliskan pemikiran-pemikiran, ide-ide, atau tugas-tugas mereka. Apa yang mungkin dilakukan oleh peneliti? Seperti semua penelitian, validitas setiap generalisasi yang digambarkan dapat diperkuat dengan menambah ukuran dan diversitas sampel data dimana generalisasi didasarkan. Untuk studi-studi yang melibatkan catatan studi kuantitatif, komputer membuat generalisasi mungkin terjadi, contohnya, bagi seorang peneliti dapat menggambarkan sampel data yang representatif dari kelompok-kelompok besar siswa, guru, dan elemen-elemen lain dapat diwakili oleh dokumen-dokumen sekolah, skor tes, laporan sensus, dan dokumen lainnya.
Keunggulan dan Kelemahan Penelitian Historis
Keunggulan utama penelitian historis adalah penelitian ini mengijinkan penyelidikan tentang topik-topik dan pertanyaan-pertanyaan yang tidak dapat dikaji oleh penelitian lain. Penelitian historis merupakan satu-satunya penelitian yang dapat mengkaji bukti-bukti dari masa lampau dalam hubungannya dengan pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan di awal bab ini. Sebagai tambahan, penelitian historis menggunakan macam-macam bukti yang berbeda dibandingkan metode penelitian lainnya (dengan pengecualian penelitian studi kasus dan etnografi). Penelitian historis menyediakan suatu alternatif dan mungkin sumber informasi yang lebih kaya tentang topik-topik nyata yang juga dapat dikaji melalui metodologi lainnya. Seorang peneliti berharap menyelidiki hipotesis bahwa “perubahan kurikulum tidak melibatkan perencanaan luas dan partisipasi yang melibatkan guru-guru selalu gagal” dengan mengumpulkan data wawancara atau hasil observasi terhadap kelompok-kelompok guru yang (1) berpartisipasi dan (2) tidak berpartisipasi dalam pengembangan perubahan kurikulum (studi kausal komparatif) atau dengan mengatur partisipasi guru yang berbeda-beda (suatu studi eksperimental). Pertanyaan dapat juga dikaji dengan menguji dokumen-dokumen yang disiapkan 50 tahun kebelakang melalui penyebarluasan kurikula baru (laporan penyebarluasan); melalui guru-guru (catatan-catatan hariannya).
Kelemahan penelitian historis adalah tidak adanya kontrol yang mengendalikan gangguan terhadap validitas internal. Pembatasan dilakukan oleh sifat sampel dokumen dan proses instrumentasi (analisis dokumen) barangkali begitu ketat. Peneliti-peneliti tidak dapat menjamin keterwakilan sampel (representativeness of the sample), ataupun apakah mereka dapat memeriksa reliabitas dan validitas terhadap penafsiran yang dibuat dari data yang tersedia. Tergantung pada pertanyaan yang dikaji, seluruh atau beberapa gangguan terhadap validitas internal telah kita diskusikan di bab 12. Kemungkinan terjadinya bias disebabkan karakteristik peneliti (dalam pengumpulan dan analisis data) selalu muncul. Kemungkinan bahwa adanya hubungan yang diobservasi disebabkan karakteristik subjek (individu yang menyiapkan dokumen), implementasi, sejarah, kedewasaan, sikap, atau gangguan lokasi juga selalu terjadi. Walaupun setiap gangguan tergantung pada sifat studi tertentu, metode untuk mengontrol gangguan sayangnya tidak tersedia pada peneliti. Sebab banyak hal bergantung pada kemampuan dan integritas peneliti-ketika kontrol-kontrol metodologis tidak tersedia- kita percaya bahwa penelitian historis merupakan jenis penelitian yang paling sulit dilaksanakan.
CONTOH PENELITIAN HISTORIS
Diakhir bab ini dihadirkan contoh penelitian historis yang diikuti oleh kritik terhadap keunggulan dan kelemahannya.
ANALISIS TERHADAP STUDI
Tujuan / pembenaran
Tujuan dari studi ini sudah jelas, untuk menyelidiki pengajaran studi sosial dalam kampanye literasi dibagian selatan amerika selama tahun 1915-1930. pembenaran (justifikasi) dalam studi ini kurang jelas. Apakah penting mengklarifikasi hubungan antara studi sosial dan tujuan dasar dari gerakan, yang mana yang dapat meningkatkan literasi? Penulis percaya bahwa hasil analisisnya berdampak terhadap usaha-usaha yang ada untuk mengubah bentuk studi sosial, tapi penulis tidak secara langsung menjustifikasi studi mereka pada ranah ini.
Definisi
Tidak ada definisi yang diberikan. Yang penulis lakukan hanya menjelaskan kampanye literasi. Istilah umum lainnya, termasuk “studi sosial”, “kewarganegaraan”, dan “patriotisme” tidak dibatasi kecuali oleh implikasi dalam isi penelitian.
Penelitian yang Mendahului
Tidak ada kutipan mengenai penelitian terdahulu; agaknya tidak ada petunjuk secara khusus berkenaaan dengan topic pada studi ini. Seperti biasa dalam penelitian histories, yang berperan sebagai sumber informasi bukanlah penelitian terdahulu melainkan bukti-bukti.
Hipotesis
Hipotesis tidak dinyatakan atau tidak tercantum secara jelas. Tampaknya penulis tidak memiliki ekspektasi untuk apa data ditunjukkan, dengan memberitahukan hipotesis dapat memperbaiki studi yang dilakukan peneliti. Contoh hipotesis: “ Materi-materi kurikulum yang dikembangkan sebagai bagian dari kampanye literasi di bagian Selatan Amerika (Southern Literacy Campaign) menunjukkan suatu usaha yang dengan sengaja mengajarkan Amerika Serikat, dalam keadaan perang maupun damai, bertindak menggunakan prinsip-prinsip moral yang tinggi.”
Sampel
Persoalan pengambilan data (sampling) pada penelitian histories merupakan hal yang berbeda dibandingkan pada penelitian lainnya. Tidak ada populasi orang-orang yang dijadikan sample. Hal ini disebabkan bahwa suatu populasi dokumen-dokumen yang relevan (atau sumber informasi relevan lainnya) dapat menjadi sampel secara acak. Jarang, dan jika terjadi, bagaimanapun, ada alasan yang memaksa untuk tidak menggunakan seluruh dokumen. Tugas peneliti histories adalah menemukan dokumen-dokumen, menganalisis keaslian dokumen, dan, jika perlu, menilai manfaat relative dokumen-dokumen tersebut.Kita harus berasumsi bahwa tugas-tugas tersebut telah dilakukan pada studi ini.
Instrumentasi
Sekali lagi, tidak ada instrumentasi yang dibicarakan pada studi ini. Yang dimaksud dengan instrument di sini adalah pembawaan peneliti dalam menemukan, mengevaluasi, dan menganalisis sumber-sumber yang berkaitan. Konsep reliabilitas memiliki sedikit hubungan dengan data histories karena masing-masing data tidak secara bermakna mempertimbangkan sebuah sample yang melintasi isi ataupun waktu. Persoalan validitas, di sisi lain merupakan hal terpenting. Validitas ditujukan melalui evaluasi sumber-sumber dan melalui perbandingan sumber-sumber berkenaan dengan hal-hal yang sama (peristiwa, peristiwa, objek-objek, dan lainnya). Pada studi ini, penulis telah mempertahankan sumber-sumbernya-kita harus menerima kredibilitas penulis. Tidak ada satupun bukti-bukti langsung yang merupakan sumber-sumber berbeda telah mereka hadirkan sepakat dengan mematuhi hal-hal tersebut. PEnulis telah mengutip beberapa sumber dari materi-materi kurikulum mendukung kesimpulan penulis, yaitu bahwa patriotisme ditanamkan dalam mater-materi literasi. Kutipannya,bagaimanapun, seluruhnya merupakan karya seorang penulis (Cora Wilson Stewart), dengan tidak ada demonstrasi bahwa karyanya dominant atau khas dalam penggunaan bahan ajar. Dengan rasa hormat terhadap “kewarganegaraan”,dua penulis dikutip, tapi bukan mendukung hal yang sama, yaitu, kutipan dari Gray yang menekankan penerapan keadilan yang sederajat untuk semua warga negara, sementara kutipan dari Stewart yang mendukung pelayanan pemerintah.
Prosedur/ Validitas Internal
Laporan penelitian ini lemah dalam hal perencanaan sistematis. Tidak ada pembahasan tentang merencanakan jenis-jenis sumber yang diikuti, merencanakan criteria yang akan dianalisis secara rinci, atau bagaimana analisis akan dilaksanakan. Setelah bagian Pendahuluan, penulis dengan segera memberikan kutipan tanpa menyediakan alasan mengapa kutipan ini dipilih. Suatu bagian pada metode nampak diperlukan.
Secara keseluruhan, prosedur yang diikuti jelas-jelas dipotong (clear-cut). Penulis-penulis pada dasarnya melibatkan penemuan dan analisis berikutnya tentang sumber-sumber informasi yang berkaitan. Replikasi studi memerlukan hanya dokumen-dokumen yang sama (atau mungkin pilihan) yang diperoleh dan dianalisis. Sifat studi ini membuat banyak gangguan terhadap validitas internal yang telah kita diskusikan tidak berlaku di studi ini, karena tidak ada hubungan diantara variable yang dilaporkan. Pengecualian-pengecualian adalah mengenai bias kolektor data dan karakteristik kolektor data. Karena penelitian historis seluruhnya menyandarkan pada interpretasi dan informasi data pendukung dari peneliti, satu yang tidak akan pernah menjadi nyata bahwa suatu studi individual, seperti studi ini, bukan merupakan produk bias perseorangan dari peneliti ataupun karakteristik peneliti.
Analisis data
Prosedur analisis data, tidak digunakan pada studi ini, jugatidak sejelas dengan yang seharusnya terjadi. Beberapa pengolahan dari frekuensi keterjadian dari topic yang spesifik dapat memperkuat interpretasi penulis.
Hasil dan Pembahasan
Secara umum, hasil studi seharusnya dijaga terpisah dari pembahasan hasil, namun pemisahan ini sangat sulit diterapkan pada penelitian histories.Pertanyaan yang diajukan disini apakah data yang disediakan membenarkan kesimpulan penulis. Anggapan-anggapan penulis bahwa isi studi social dari kampanye literasi di bagian selatan Amerika menjadikan arus ekspektasi social tidak didokumentasikan, mensyaratkan agar pembaca membuat perbandingannya sendiri dalam hal ini. Pernyataan penulis bahwa kemampuan analitis dan kemampuan kritis tidak ditekankan, hal ini konsisten dengan contoh-contoh yang diberikan, namun tidak secara khusus didokumentasikan.
Kesimpulan penulis bahwa studi social tidak sama penting dengan tujuan lainnya dalam kampanye tampak diberikan sejak penekanan dasar, seperti yang penulis nyatakan pada permulaan, dalam membaca dan menulis. Tidaklah mengejutkanbahwa tujuan studi social tidaksama pentingnya dengan tujuan ekonomi dalam motivasi pembuat rencana kampanye. Kita menyetujui bahwa pola-pola ini saat ini masih ada, kita tidak memandang bahwa penulis telah mendokumentasikan pada kasus ini.
Akhirnya, tidak jelas bagi kita bagaimana studi ini membenarkan kesimpulan-kesimpulan, dinyatakan pada bagian pendahuluan, bahwa perubahan studi social terbukti sangat sulit. Bukti-bukti yang ditawarkan bahwa konsep-konsep baru tidak dicerminkan pada materi-materi literasi (yang diharapkan), namun di sini tidak ada bukti yang dapat kita lihat, bahwa usaha-usaha yang dilakukan melalui studi social untuk memajukan kewarganegaraan dan patriotisme tidak sepenhnya berhasil. Lalu, apakah hal ini berlaku saat sekarang?
Penelitian Kualitatif
OBSERVASI NATURALISTIK
ü Aktivitas siswa pada even olahraga, interaksi antara siswa dan guru di lapangan bermain, atau aktivitas anak-anak di dalam kamar, sebagai contoh yang mungkin dimengerti dengan baik melalui observasi naturalistik.
ü Banyak hasil kerja psikolog anak yang terkenal Jean Piaget melibatkan observasi naturalistik. Banyak kesimpulannya mengenai perkembangan kognitif pertumbuhan anak dengan menyaksikan pertumbuhan anak mereka sendiri
ü Pengetahuan yang mendalam diperoleh sebagai hasil pengamatan yang naturalistik, sering sebagai dasar untuk eksperimen yang lebih formal.
SIMULASI
ü Sebagai contoh, individu diminta untuk melukiskan interaksi guru BP dengan orang tua yang sedang putus asa, guru mendisiplinkan seorang siswa, atau dua pegawai administrasi mendiskusikan pandangan mereka mengenai peningkatan moril guru.
ü Terdapat dua tipe utama dari simulasi bermain peran di bidang pendidikan, bermain peran secara individual dan bermain peran secara tim.
ü Bermain peran individu, seseorang diminta untuk bermain peran bagaimana dia berpikir tindakan yang mungkin dilakukan individu tertentu dalam situasi yang diberikan. Peneliti kemudian mengamati dan merekam apa yang terjadi. Seperti sebuah contoh berikut:
Anda adalah guru BP sebuah sekolah dasar. Anda mempunyai janji dengan siswa yang sering menghina guru. Siswa baru saja tiba jam 9.00 untuk janjinya dengan Anda dan sedang duduk sebelum Anda di kantor Anda. Apa yang Anda katakan pada siswa ini?
ü Dalam bermain peran tim, sekelompok individu diminta untuk berperan pada situasi tertentu, dengan peneliti mengamati dan merekam apa yang sedang terjadi. Perhatian khusus pada bagaimana anggota kelompok berinteraksi. Dibawah ini adalah sebuah contoh:
Anda dan 5 rekan sefakultas Anda telah bersepakat sebagai kelompok khusus untuk mendiskusikan dan mencari solusi dari masalah menyangkut siswa di kelas, yang tengah ditingkatkan semester ini. Banyak masyarakat sekolah mendukung kebijakan dan telah secara terbuka mendukung siswa yang sering dibagi dalam kelompok. Tugas Anda adalah mengajukan alternatif lain yang akan diterima masyarakat sekolah. Apa yang Anda usulkan?
ü Kerugian utama simulasi adalah kepalsuan subyek. Situasi diperankan, dan tidak ada jaminan bahwa apa yang peneliti saksikan adalah apa yang terjadi secara normal dalam situasi kehidupan nyata. Hasil dari suatu simulasi yang sering disajikan sebagai hipotesis dalam jenis investigasi penelitian lainnya.
Studi kasus
ü Kasus sama sekali tidak mewakili populasi dan tidak dimaksudkan untuk memperoleh kesimpulan dari populasi.
ü Kesimpulan studi kasus hanya berlaku untuk kasus tersebut
ü Digunakan beberapa teknik pengumpulan data seperti wawancara, observasi, dan studi dokumenter yang diarahkan mendapatkan data dan kesimpulan.
PENELITIAN ETNOGRAFI
CIRI-CIRI :
· Penelitian etnografi menggabungkan observasi partisipatif dan beberapa karakteristik dari penelitian observasi non partisipatif untuk memperoleh gambaran yang mungkin secara menyeluruh dari masyarakat tertentu, kelompok, institusi, rancangan (seting), atau situasi
· Penekanan dalam penelitian etnografi adalah mendokumentasi atau menggambarkan pengalaman sehari-hari dari individu dengan mengobservasi dan mewawancarai mereka secara alamiah
· Kata kunci, dalam semua penelitian etnografi adalah wawancara yang mendalam (indepth) dan berkelanjutan, observasi partisipatif yang terus menerus dari suatu situasi.
· Peneliti etnografi jarang memulai penelitian mereka dengan hipotesis tepat yang dirumuskan diawal. Peneliti berusaha untuk mengerti situasi yang terus menerus atau sejumlah aktivitas yang tidak dapat diprediksi kemajuannya
· H.R. Bernard menjelaskan prosesnya secara singkat
Melibatkan hubungan dengan masyarakat baru dan mengubah diri anda tiap hari dengan pencampuran budaya sehingga Anda dapat mengintelektualisasi apa yang Anda telah pelajari, mengubahnyanya ke dalam pandangan Anda, dan menulis tentangnya dengan meyakinkan. Jika Anda adalah pengamat partisipatif yang sukses Anda akan mengetahui kapan untuk menertawakan tentang apa yang informan Anda pikir adalah lucu; dan ketika informan tertawa tentang apa yang Anda katakan, itu disebabkan Anda mengerti hal tersebut bisa jadi suatu lelucon
· Tujuan peneliti yang menarik dalam penelitian etnografi adalah untuk melukiskan gambaran sebuah sekolah atau sebuah kelas (atau semua rancangan pendidikan lainnya) dengan cara yang teliti, cermat dan segamblang mungkin sehingga orang lain juga dapat sungguh-sungguh menyaksikan bahwa sekolah atau kelas dan partisipannya dan apa yang mereka lakukan.
CONTOH
Satu contoh pertanyaan yang mungkin dapat diselidiki melalui penelitian etnografi sebagai berikut : ”Bagaimanakah kehidupan dalam sekolah menengah di pusat kota?
Tujuan peneliti akan mendokumentasikan atau menggambarkan kesehariannya, pengalaman yang terus menerus dari guru, siswa, pegawai administrasi dan staf di sebuah sekolah.
KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN DARI PENELITIAN ETNOGRAFI
KEUNTUNGAN
· Memberikan peneliti pandangan komprehensif daripada bentuk penelitian pendidikan lain
· Dengan mengamati tingkah laku individu dalam rancangan natural mereka, dapat diperoleh pemahaman yang mendalam dan kaya dari tingkah laku tersebut
· Gagasan dari guru dan siswa, ide-ide, dan nuansa lain dari tingkah laku yang mungkin luput oleh penelitii yang menggunakan metode lain sering dapat dideteksi oleh peneliti etnografi
· Penelitian etnografi secara khusus cocok untuk meneliti kelompok perilaku dari waktu ke waktu
KERUGIAN
· Ketika data secara angka jarang diberikan, biasanya tidak ada cara untuk mengecek validitas dari kesimpulan peneliti. Sebagi hasilnya, penyimpangan pengamat hampir mustahil untuk dihilangkan
· Ketika hanya situasi tunggal (seperti satu kelas atau satu sekolah) diobservasi, kemampuan generalisasi hampir tidak ada
· Saat peneliti memulai pengamatannya tanpa hipotesis yang spesifik untuk menegaskan atau menyangkal, tujuan akhir tidak dapat didefinisikan, dan karena itu variabel spesifik atau hubungan yang sedang diselidiki (bila ada) tetap belum jelas
NILAI KEUNIKAN DARI PENELITIN ETNOGRAFI
Penelitian etnografi mempunyai kekuatan istimewa yang membuatnya secara khusus menarik banyak peneliti. Yaitu dapat mengungkapkan nuansa dan seluk beluk yang luput dari metodologi lain
Dengan masuk kedalam dunia subyek dan mengamati sesuatu yang terjadi pada mereka, biasanya dapat diperoleh gambaran yang lebih akurat. Peneliti etnografi mencoba meneliti orang-orang dalam habitat alami mereka atau dengan kata lain untuk ”melihat” sesuatu yang mungkin sebaliknya tidak diharapkan. Ini adalah keuntungan utama dari penelitian etnografi.
Beberapa contoh jenis penelitian ahli etnografi yang telah dilaksanakan, sebagai berikut
· Guru kota kecil
· Tanya jawab di rumah dan di sekolah: suatu studi komparatif
· Organisasi budaya tentang struktur keikutsertaan di dua kelas siswa Indian
· Etnografi mengenai permainan spontanitas anak
· Hempies dan Squeaks, Truckers dan cruisers: pengamat partisipan meneliti di sekolah menengah kota
· Perencanaan guru sekolah dasar untuk ilmu sosial dan mata pelajaran yang lain.
SAMPLING DALAM PENELITIAN ETNOGRAFI
· Tidak semuanya menggunakan sampel
· Tidak ada peneliti yang dapat mengamati segalanya. Keluasan apa yang bisa diamati adalah hanya sebagian dari apa yang bisa diamati peneliti, apa yang peneliti amati, oleh karena itu, sampel de facto dari semua pengamatan yang mungkin dapat dibuat.
· Sampel penelitian tentang seseorang oleh ahli etnografi secara khas (seringkali hanya dengan sedikit individu, atau kelas tunggal) dan tidak dibolehkan digeneralisasikan pada populasi yang lebih besar.
Dibawah ini sebuah contoh beberapa halaman dari diari seorang penulis yang ditulis selama pengamatan satu semester mengenai kelas ilmu sosial di sekolah menengah pinggir kota.
Senin, 11/5. Hari yang dingin, hujan yang sangat lebat. Membuat aku merasa tertekan. Phil, Felix, Alicia, Robert, dan Susan datang ke kelas lebih awal hari ini untuk mendiskusikan tugas kemarin. Susan terlihat lebih kusut dibanding hari biasa, terlihat asyik ketika yang lain mendiskusikan cara untuk menyiapkan laporan kelompok. Dia tidak berbicara padaku, walaupun yang lain mengatakan salam. Saya menyesali kegagalanku mendukung idenya selama diskusi kemarin ketika dia meminta pendapatku. Berharap bahwa hal itu tidak akan mengakibatkannya menolak untuk diwawancarai.
Selasa, 11/13. Susan dan anggota kelompok lain berharap bertemu aku di perpustakaan sebelum sekolah hari ini untuk membantu laporan mereka. Tidak ada seorangpun yang datang. Perasaanku mengatakan bahwa aku telah melakukan sesuatu yang membuat berubah anak-anak ini, terutama Susan. Membuat aku marah padanya, sampai dengan sekarang kali ketiga dia mengabaikan janji denganku. Hanya pertama kali untuk yang lain. Mungkin dia lebih berpengaruh pada mereka dibanding yang aku pikir? Aku tidak merasa aku sedang mencoba segala cara untuk memahaminya, atau mengapa dia mempunyai pengaruh seperti itu pada anak yang lain.
Kamis, 11/29. Suatu yang hebat sekali! Ibu R (guru) melakukan diskusi dengan sangat baik hari ini. Nampak seisi kelas ikut berpartisipasi (catatan: periksa jumlah lembar diskusi untuk membenarkan). Saya pikir rahasia untuk memulai sesuatu yaitu mereka merasa tertarik. Apa sebabnya kadang-kadang mereka merasa biasa saja! Jadi mempunyai gagasan dan pemikiran dan lain waktu bersikap sangat masa bodoh? Saya tidak bisa menggambarkannya....
Bernard memberi suatu contoh bagaimana buku lapangan seperti itu digunakan.
Anda sedang meneliti sistem pendidikan lokal. Hari ini adalah 5 April dan Anda sedang berbicara dengan informan yang disebut MJR. Dia mengatakan pada Anda bahwa sejak pemerintah militer mengambil alih, anak-anak harus belajar politik selama dua jam tiap hari, dan dia tidak suka itu. Menulis catatan Anda dalam buku lapangan untuk menanyakan para ibu lain tentang isu ini, dan untuk mewawancarai pemimpin sekolah itu.
Kemudian, ketika Anda sedang melengkapi catatan, Anda dapat memutuskan untuk tidak mewawancarai pemimpin sekolah sampai Anda sudah mengumpulkan data lebih tentang bagaimana para ibu di masyarakat merasakan kurikulum baru itu. Pada halaman 23 April Anda mencatat: " Tanggal target untuk wawancara dengan pemimpin sekolah." Pada halaman 10 April Anda mencatat "membuat janji untuk wawancara pada 23 April dengan pemimpin sekolah." Untuk 6 April Anda mencatat "Membutuhkan wawancara yang lebih dengan para ibu tentang kurikulum yang baru.”
Nilai kegunaan dari buku lapangan adalah mempercepat peneliti untuk berpikir tentang pertanyaan yang ingin dijawab, prosedur-prosedur yang akan diikuti, dan data yang benar-benar diperlukan.
Bogdan dan Biklen menyatakan bahwa catatan lapangan terdiri dari dua macam materi; deskriptif dan reflektif. Bidang deskriptif mencatat usaha untuk menjelaskan rancangan, orang dan apa yang mereka lakukan menurut apa yang peneliti amati. Termasuk
§ Gambaran dari subyek, penampilannya secara fisik, perangai, sikap, bagaimana mereka bertindak, berbicara, dan seterusnya
§ Rekonstruksi dari dialog, percakapan antar subyek, seperti halnya apa yang mereka katakan pada peneliti. Keunikan atau pernyataan tertentu harus dikutip
§ Deskripsi mengenai rancangan secara fisik, sketsa cepat dari pengaturan ruang, penempatan dari materi, dan seterusnya
§ Melaporkan even-even tertentu yang meliputi, kapan, di mana, dan bagaimana
§ Deskripsi aktivitas, deskripsi terperinci apa yang terjadi, dengan urutan di mana itu terjadi
§ Tingkah laku peneliti, tindakan peneliti, pakaian, percakapan dengan peserta, reaksi, dan seterusnya
Catatan lapangan reflektif menyajikan lebih banyak apa yang peneliti atau dirinya sedang pikir tentang yang dia amati. Sebagai berikut :
§ Refleksi atas analisis spekulasi peneliti tentang apa yang ia sedang pelajari, gagasan yang dikembangkan, pola atau hubungan yang dilihat, dan seterusnya
§ Refleksi atas prosedur metode dan bahan yang peneliti gunakan di penelitian, komentar tentang desain penelitian, permasalahan yang sedang timbul, dan seterusnya
§ Refleksi atas dilema secara etis dan konflik seperti semua hubungan yang timbul atas tanggung-jawab pada subyek atau konflik nilai
§ Refleksi pada kerangka pikiran pengamat, seperti pada apa yang peneliti pikir sebagai kemajuan penelitian, sikapnya, pendapat, dan kepercayaan, dan bagaimana ini dapat mempengaruhi penelitian tersebut
§ Poin-Poin klarifikasi, catatan peneliti tentang berbagai hal yang perlu untuk diperjelas, dicek kemudian, dan lain lain.
ü Aktivitas siswa pada even olahraga, interaksi antara siswa dan guru di lapangan bermain, atau aktivitas anak-anak di dalam kamar, sebagai contoh yang mungkin dimengerti dengan baik melalui observasi naturalistik.
ü Banyak hasil kerja psikolog anak yang terkenal Jean Piaget melibatkan observasi naturalistik. Banyak kesimpulannya mengenai perkembangan kognitif pertumbuhan anak dengan menyaksikan pertumbuhan anak mereka sendiri
ü Pengetahuan yang mendalam diperoleh sebagai hasil pengamatan yang naturalistik, sering sebagai dasar untuk eksperimen yang lebih formal.
SIMULASI
ü Sebagai contoh, individu diminta untuk melukiskan interaksi guru BP dengan orang tua yang sedang putus asa, guru mendisiplinkan seorang siswa, atau dua pegawai administrasi mendiskusikan pandangan mereka mengenai peningkatan moril guru.
ü Terdapat dua tipe utama dari simulasi bermain peran di bidang pendidikan, bermain peran secara individual dan bermain peran secara tim.
ü Bermain peran individu, seseorang diminta untuk bermain peran bagaimana dia berpikir tindakan yang mungkin dilakukan individu tertentu dalam situasi yang diberikan. Peneliti kemudian mengamati dan merekam apa yang terjadi. Seperti sebuah contoh berikut:
Anda adalah guru BP sebuah sekolah dasar. Anda mempunyai janji dengan siswa yang sering menghina guru. Siswa baru saja tiba jam 9.00 untuk janjinya dengan Anda dan sedang duduk sebelum Anda di kantor Anda. Apa yang Anda katakan pada siswa ini?
ü Dalam bermain peran tim, sekelompok individu diminta untuk berperan pada situasi tertentu, dengan peneliti mengamati dan merekam apa yang sedang terjadi. Perhatian khusus pada bagaimana anggota kelompok berinteraksi. Dibawah ini adalah sebuah contoh:
Anda dan 5 rekan sefakultas Anda telah bersepakat sebagai kelompok khusus untuk mendiskusikan dan mencari solusi dari masalah menyangkut siswa di kelas, yang tengah ditingkatkan semester ini. Banyak masyarakat sekolah mendukung kebijakan dan telah secara terbuka mendukung siswa yang sering dibagi dalam kelompok. Tugas Anda adalah mengajukan alternatif lain yang akan diterima masyarakat sekolah. Apa yang Anda usulkan?
ü Kerugian utama simulasi adalah kepalsuan subyek. Situasi diperankan, dan tidak ada jaminan bahwa apa yang peneliti saksikan adalah apa yang terjadi secara normal dalam situasi kehidupan nyata. Hasil dari suatu simulasi yang sering disajikan sebagai hipotesis dalam jenis investigasi penelitian lainnya.
Studi kasus
ü Kasus sama sekali tidak mewakili populasi dan tidak dimaksudkan untuk memperoleh kesimpulan dari populasi.
ü Kesimpulan studi kasus hanya berlaku untuk kasus tersebut
ü Digunakan beberapa teknik pengumpulan data seperti wawancara, observasi, dan studi dokumenter yang diarahkan mendapatkan data dan kesimpulan.
PENELITIAN ETNOGRAFI
CIRI-CIRI :
· Penelitian etnografi menggabungkan observasi partisipatif dan beberapa karakteristik dari penelitian observasi non partisipatif untuk memperoleh gambaran yang mungkin secara menyeluruh dari masyarakat tertentu, kelompok, institusi, rancangan (seting), atau situasi
· Penekanan dalam penelitian etnografi adalah mendokumentasi atau menggambarkan pengalaman sehari-hari dari individu dengan mengobservasi dan mewawancarai mereka secara alamiah
· Kata kunci, dalam semua penelitian etnografi adalah wawancara yang mendalam (indepth) dan berkelanjutan, observasi partisipatif yang terus menerus dari suatu situasi.
· Peneliti etnografi jarang memulai penelitian mereka dengan hipotesis tepat yang dirumuskan diawal. Peneliti berusaha untuk mengerti situasi yang terus menerus atau sejumlah aktivitas yang tidak dapat diprediksi kemajuannya
· H.R. Bernard menjelaskan prosesnya secara singkat
Melibatkan hubungan dengan masyarakat baru dan mengubah diri anda tiap hari dengan pencampuran budaya sehingga Anda dapat mengintelektualisasi apa yang Anda telah pelajari, mengubahnyanya ke dalam pandangan Anda, dan menulis tentangnya dengan meyakinkan. Jika Anda adalah pengamat partisipatif yang sukses Anda akan mengetahui kapan untuk menertawakan tentang apa yang informan Anda pikir adalah lucu; dan ketika informan tertawa tentang apa yang Anda katakan, itu disebabkan Anda mengerti hal tersebut bisa jadi suatu lelucon
· Tujuan peneliti yang menarik dalam penelitian etnografi adalah untuk melukiskan gambaran sebuah sekolah atau sebuah kelas (atau semua rancangan pendidikan lainnya) dengan cara yang teliti, cermat dan segamblang mungkin sehingga orang lain juga dapat sungguh-sungguh menyaksikan bahwa sekolah atau kelas dan partisipannya dan apa yang mereka lakukan.
CONTOH
Satu contoh pertanyaan yang mungkin dapat diselidiki melalui penelitian etnografi sebagai berikut : ”Bagaimanakah kehidupan dalam sekolah menengah di pusat kota?
Tujuan peneliti akan mendokumentasikan atau menggambarkan kesehariannya, pengalaman yang terus menerus dari guru, siswa, pegawai administrasi dan staf di sebuah sekolah.
KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN DARI PENELITIAN ETNOGRAFI
KEUNTUNGAN
· Memberikan peneliti pandangan komprehensif daripada bentuk penelitian pendidikan lain
· Dengan mengamati tingkah laku individu dalam rancangan natural mereka, dapat diperoleh pemahaman yang mendalam dan kaya dari tingkah laku tersebut
· Gagasan dari guru dan siswa, ide-ide, dan nuansa lain dari tingkah laku yang mungkin luput oleh penelitii yang menggunakan metode lain sering dapat dideteksi oleh peneliti etnografi
· Penelitian etnografi secara khusus cocok untuk meneliti kelompok perilaku dari waktu ke waktu
KERUGIAN
· Ketika data secara angka jarang diberikan, biasanya tidak ada cara untuk mengecek validitas dari kesimpulan peneliti. Sebagi hasilnya, penyimpangan pengamat hampir mustahil untuk dihilangkan
· Ketika hanya situasi tunggal (seperti satu kelas atau satu sekolah) diobservasi, kemampuan generalisasi hampir tidak ada
· Saat peneliti memulai pengamatannya tanpa hipotesis yang spesifik untuk menegaskan atau menyangkal, tujuan akhir tidak dapat didefinisikan, dan karena itu variabel spesifik atau hubungan yang sedang diselidiki (bila ada) tetap belum jelas
NILAI KEUNIKAN DARI PENELITIN ETNOGRAFI
Penelitian etnografi mempunyai kekuatan istimewa yang membuatnya secara khusus menarik banyak peneliti. Yaitu dapat mengungkapkan nuansa dan seluk beluk yang luput dari metodologi lain
Dengan masuk kedalam dunia subyek dan mengamati sesuatu yang terjadi pada mereka, biasanya dapat diperoleh gambaran yang lebih akurat. Peneliti etnografi mencoba meneliti orang-orang dalam habitat alami mereka atau dengan kata lain untuk ”melihat” sesuatu yang mungkin sebaliknya tidak diharapkan. Ini adalah keuntungan utama dari penelitian etnografi.
Beberapa contoh jenis penelitian ahli etnografi yang telah dilaksanakan, sebagai berikut
· Guru kota kecil
· Tanya jawab di rumah dan di sekolah: suatu studi komparatif
· Organisasi budaya tentang struktur keikutsertaan di dua kelas siswa Indian
· Etnografi mengenai permainan spontanitas anak
· Hempies dan Squeaks, Truckers dan cruisers: pengamat partisipan meneliti di sekolah menengah kota
· Perencanaan guru sekolah dasar untuk ilmu sosial dan mata pelajaran yang lain.
SAMPLING DALAM PENELITIAN ETNOGRAFI
· Tidak semuanya menggunakan sampel
· Tidak ada peneliti yang dapat mengamati segalanya. Keluasan apa yang bisa diamati adalah hanya sebagian dari apa yang bisa diamati peneliti, apa yang peneliti amati, oleh karena itu, sampel de facto dari semua pengamatan yang mungkin dapat dibuat.
· Sampel penelitian tentang seseorang oleh ahli etnografi secara khas (seringkali hanya dengan sedikit individu, atau kelas tunggal) dan tidak dibolehkan digeneralisasikan pada populasi yang lebih besar.
Dibawah ini sebuah contoh beberapa halaman dari diari seorang penulis yang ditulis selama pengamatan satu semester mengenai kelas ilmu sosial di sekolah menengah pinggir kota.
Senin, 11/5. Hari yang dingin, hujan yang sangat lebat. Membuat aku merasa tertekan. Phil, Felix, Alicia, Robert, dan Susan datang ke kelas lebih awal hari ini untuk mendiskusikan tugas kemarin. Susan terlihat lebih kusut dibanding hari biasa, terlihat asyik ketika yang lain mendiskusikan cara untuk menyiapkan laporan kelompok. Dia tidak berbicara padaku, walaupun yang lain mengatakan salam. Saya menyesali kegagalanku mendukung idenya selama diskusi kemarin ketika dia meminta pendapatku. Berharap bahwa hal itu tidak akan mengakibatkannya menolak untuk diwawancarai.
Selasa, 11/13. Susan dan anggota kelompok lain berharap bertemu aku di perpustakaan sebelum sekolah hari ini untuk membantu laporan mereka. Tidak ada seorangpun yang datang. Perasaanku mengatakan bahwa aku telah melakukan sesuatu yang membuat berubah anak-anak ini, terutama Susan. Membuat aku marah padanya, sampai dengan sekarang kali ketiga dia mengabaikan janji denganku. Hanya pertama kali untuk yang lain. Mungkin dia lebih berpengaruh pada mereka dibanding yang aku pikir? Aku tidak merasa aku sedang mencoba segala cara untuk memahaminya, atau mengapa dia mempunyai pengaruh seperti itu pada anak yang lain.
Kamis, 11/29. Suatu yang hebat sekali! Ibu R (guru) melakukan diskusi dengan sangat baik hari ini. Nampak seisi kelas ikut berpartisipasi (catatan: periksa jumlah lembar diskusi untuk membenarkan). Saya pikir rahasia untuk memulai sesuatu yaitu mereka merasa tertarik. Apa sebabnya kadang-kadang mereka merasa biasa saja! Jadi mempunyai gagasan dan pemikiran dan lain waktu bersikap sangat masa bodoh? Saya tidak bisa menggambarkannya....
Bernard memberi suatu contoh bagaimana buku lapangan seperti itu digunakan.
Anda sedang meneliti sistem pendidikan lokal. Hari ini adalah 5 April dan Anda sedang berbicara dengan informan yang disebut MJR. Dia mengatakan pada Anda bahwa sejak pemerintah militer mengambil alih, anak-anak harus belajar politik selama dua jam tiap hari, dan dia tidak suka itu. Menulis catatan Anda dalam buku lapangan untuk menanyakan para ibu lain tentang isu ini, dan untuk mewawancarai pemimpin sekolah itu.
Kemudian, ketika Anda sedang melengkapi catatan, Anda dapat memutuskan untuk tidak mewawancarai pemimpin sekolah sampai Anda sudah mengumpulkan data lebih tentang bagaimana para ibu di masyarakat merasakan kurikulum baru itu. Pada halaman 23 April Anda mencatat: " Tanggal target untuk wawancara dengan pemimpin sekolah." Pada halaman 10 April Anda mencatat "membuat janji untuk wawancara pada 23 April dengan pemimpin sekolah." Untuk 6 April Anda mencatat "Membutuhkan wawancara yang lebih dengan para ibu tentang kurikulum yang baru.”
Nilai kegunaan dari buku lapangan adalah mempercepat peneliti untuk berpikir tentang pertanyaan yang ingin dijawab, prosedur-prosedur yang akan diikuti, dan data yang benar-benar diperlukan.
Bogdan dan Biklen menyatakan bahwa catatan lapangan terdiri dari dua macam materi; deskriptif dan reflektif. Bidang deskriptif mencatat usaha untuk menjelaskan rancangan, orang dan apa yang mereka lakukan menurut apa yang peneliti amati. Termasuk
§ Gambaran dari subyek, penampilannya secara fisik, perangai, sikap, bagaimana mereka bertindak, berbicara, dan seterusnya
§ Rekonstruksi dari dialog, percakapan antar subyek, seperti halnya apa yang mereka katakan pada peneliti. Keunikan atau pernyataan tertentu harus dikutip
§ Deskripsi mengenai rancangan secara fisik, sketsa cepat dari pengaturan ruang, penempatan dari materi, dan seterusnya
§ Melaporkan even-even tertentu yang meliputi, kapan, di mana, dan bagaimana
§ Deskripsi aktivitas, deskripsi terperinci apa yang terjadi, dengan urutan di mana itu terjadi
§ Tingkah laku peneliti, tindakan peneliti, pakaian, percakapan dengan peserta, reaksi, dan seterusnya
Catatan lapangan reflektif menyajikan lebih banyak apa yang peneliti atau dirinya sedang pikir tentang yang dia amati. Sebagai berikut :
§ Refleksi atas analisis spekulasi peneliti tentang apa yang ia sedang pelajari, gagasan yang dikembangkan, pola atau hubungan yang dilihat, dan seterusnya
§ Refleksi atas prosedur metode dan bahan yang peneliti gunakan di penelitian, komentar tentang desain penelitian, permasalahan yang sedang timbul, dan seterusnya
§ Refleksi atas dilema secara etis dan konflik seperti semua hubungan yang timbul atas tanggung-jawab pada subyek atau konflik nilai
§ Refleksi pada kerangka pikiran pengamat, seperti pada apa yang peneliti pikir sebagai kemajuan penelitian, sikapnya, pendapat, dan kepercayaan, dan bagaimana ini dapat mempengaruhi penelitian tersebut
§ Poin-Poin klarifikasi, catatan peneliti tentang berbagai hal yang perlu untuk diperjelas, dicek kemudian, dan lain lain.
SURVEY RESEARCH
by Syam, Ading, Hidayati
Tujuan :
Setelah mempelajari bab ini,diharapkan dapat :
· Menjelaskan apa yang dimaksud dengan survey
· Menyebutkan dua tipe survey yang dikenalkan dalam penelitian pendidikan
· Menjelaskan tujuan survey
· Menjelaskan perbedaaan antara cross sectional survey dengan longitudinal survey
· Menguraikan bagaimana perbedaan survey research dengan penelitian tipe lain
· Menguraikan secara mendalam bagaimana survey dijalankan
· Menguraikan dengan jelas bagaimana survey melalui surat, survey melalui telepon, dan survey melalui interview face-to-face dapat dibedakan, dan menyatakan masing-masing dua keunggulan dan kelemahan dari masing-masing tipe survey tadi
· Menguraikan secara umum taktik-tehnik dalam mengembangkan pertanyaan survey
· Menjelaskan perbedaan antara pertanyaan close ended dengan pertanyaan open ended, dapat memberikan contohnya masing-masing dua dan dapat menyatakan dua keunggulan dan kelemahan dari masing-masing tipe pertanyaan tadi
· Menjelaskan mengapa nonresponse (responden yang tidak merespon) merupakan masalah dalam survey reseach dan menyebutkan dua cara meningkatkan rating response dalam survey
· Menyebutkan dua perlakuan validasi yang mempengaruhi hasil survey, dan menjelaskan tindakan-tindakan yang ada yang dapat dikontrol
· Mengenal suatu contoh survey research ketika anda menjumpai dalam literatur pendidikan
APA YANG DIMAKSUD SURVEY ?
Para peneliti biasanya tertarik pada opini kelompok besar dari manusia tentang topik tertentu atau issu. Mereka mengajukan beberapa pertanyaan yang semuanya berhubungan dengan issu, untuk menemukan jawabannya. Sebagai contoh, bayangkan bahwa seorang pejabat suatu departemen konsultan pada suatu universitas besar, merasa tertarik dalam menentukan bagaimana perasaaan mahasiswa yang sedang mengambil jenjang master tentang programnya. Dia (pejabat itu) memutuskan untuk memberlakukan suatu survey untuk menemukan jawabannya. Dia memilih 50 orang mahasiswa sebagai sample dari keseluruhan mahasiswa yang ada pada jenjang master tersebut. Kemudian menyusun desain pertanyaan untuk menggali sikap mereka (mahasiswa) terhadap program. Dia mengelola pertanyaan kepada tiap mahasiswa dari 50 sampel dengan melakukan wawancara dalam waktu dua minggu lebih. Tanggapan yang diberikan oleh tiap-tiap mahasiswa dalam sample selanjutnya di lakukan pengkodean menjadi kategori-kategori terstandar untuk tujuan analisis. Kemudian rekaman/data tadi dianalisis untuk medeskripsikan posisi siswa dalam sampel. Kemudian dia menggambarkan beberapa kesimpulan tentang pendapat sample tadi. Kesimpulan ini sebagai bahan generalisasi untuk populasi yang diwakili oleh sample tadi.
Contoh di atas mengilustrasikan bahwa terdapat tiga karakeristik utama yang dimiliki oleh seluruh jenis survey, diantaranya :
1. Seluruh informasi dikumpulkan dari kelompok orang secara berurutan untuk menjelaskan beberapa aspek atau karakter (seperti: kebiasaaan, opini, sikap, kepercayaan dan/atau pengetahuan) dari suatu populasi di mana kelompok ini merupakan bagian dari populasi itu.
2. Cara utama untuk mengumpulkan seluruh informasi adalah melalui pengajuan beberapa pertanyaan, jawaban dari pertanyaan itu merupakan data dari kegiatan studi ini.
3. Seluruh informasi dikumpulkan berasal dari sample, dari pada diperoleh dari setiap anggota populasi
MENGAPA SURVEY DIPERKENALKAN ?
Tujuan dari survey adalah untuk menjelaskan karakteristik suatu populasi. Pada hakikatnya, apa yang ingin peneliti temukan adalah bagaimana anggota suatu populasi disebar dengan sendirinya pada suatu variable atau lebih (sebagai contoh : Usia, etnik, agama, sikap terhadap sekolah). Sebagai tipe lain dari penelitian, tentunya populasi sebagai satu keseluruhan telah dipelajari. Dari pada itu, pemilihan sample yang hati-hati dari responden telah disurvey, dan deskripsi tentang populasi ditarik berdasarkan apa yang ditemukan dari sample.
Para peneliti mungkin tertarik dalam menjelaskan bagaimana pastinya karakteristik para guru di sekolah menengah atas (seperti Usia, gender, etnik, keterlibatan politik dsb) tersebar di dalam kelompok. Penelioti akan memilih guru-guru sebagai sample dari sekolah menengah atas inner-city untuk disurvey. Secara umum dalams\deskripsi survey seperti itu, peneliti tidak banyak konsern dengan alasan mengapa distribusi yang diobservasi berada seperti dengan apa yang diobservasi.
TIPE-TIPE SURVEY
Terdapat dua tipe utama dari survey yang dikenalkan, yaitu Cross sectional survey dan Longitudinal survey.
a. Cross-Sectional Survey
Pada tipe Cross-sectional survey, seluruh informasi dikumpulkan dari sample yang menggambarkan dari populasi yang telah ditentukan sebelumnya. Lebih jauh lagi, informasi dikumpulkan hanya satu kali saja, meskipun waktu yang diberikan untuk mengumpulkan seluruh data yang diinginkan dialokasikan dimanapun mulai dari satu hari sampai kurang dari seminggu atau bahkan lebih.
Contoh:
Seorang professor matematika bermaksud mengumpulkan data dari sample seluruh guru matematika sekolah menengah atas dalam keadaan particular tentang ketertarikan mereka (para guru) untuk mengikuti jenjang Master dalam bidang matematika di Universitasnya.
Atau contoh lain:
Peneliti lain mungkin mengambil survey tentang beberapa bagain masalah pribadi yang dialami oleh siswa ketika usia 10, 13 dan 16 tahun. Seluruh kelompok ini harus disurvey kira-kira dalam waktu yang sama.
Ketika seluruh populasi disurvey, hal ini dinamakan sensus.
b. Longitudinal Survey
Dalam longitudinal survey, data dikumpulkan pada waktu-katu yang berbeda secara berurutan untuk mempelajari perubahan sepanjang waktu. Terdapat tiga desain longitudinal survey yaitu Trend studies, cohort studies dan panel studies.
b.1. in a Trend Studies
Dalam desain trend studies, sample yang berbeda dari populasi yang sama disurvey pada waktu-waktu berbeda. Sebagai contoh peneliti yang tertarik pada sikap petinggi sekolah menengah atas terhadap penggunaan penjadwalan yang fleksibel. Dia harus memilih sampel tiap tahun dari daftar petinggi sekolah menengah atas yang ada. Meskipun populasi akan berubah-ubah dan beberapa individual mungkin tidak bisa dijadikan sampel tiap tahun, jika pemilihan secara random telah digunakan untuk mendapatkan sampel, respon-respon yang didapatkan tiap tahun dapat dipertimbangkan representativ dari populasi petinggi sekolah menengah atas. Peneliti kemudian menguji dan membandingkan respon-respon dari tahun ke tahun untuk melihat jika beberapa trend terlihat.
b.2. in a Cohort Studies
Populasi yang spesifik diikuti sepanjang periode waktu tertentu. Berbeda dari desain trend studi, sampel populasi sebagai anggota, berubah sepanjang waktu, dalam cohort studi sampel sebagai bagian populasi tidak berubaha sepanjang waktu pemberlakukan survey. Contoh, seorang peneliti mungkin ingin mengkaji pertumbuhan keefektifan mengajar di tahun pertama mengajar dari seorang guru yang baru lulus dari Sanfrancisco State University. Nama-nama seluruh guru ini dibuat daftarnya dan kemudian sampel yang berbesa akan dipilih dari daftar itu pada waktu-waktu yang berbeda.
b.3. in a Panel Studies
Dalam desain ini, peneliti memilih sample langsung di awal penelitiannya. Dia kemudian melakukan survey individu yang sama pada waktu yang berbeda selama survey dilakukan. Sejak peneliti mempelajari individu yang sama, dia dapat menuliskan perubahan-perubahan karakter atau tingkah lakunya dan menggali alasan untuk setiap perubahan tersebut. Contoh, pada penelitian yang sebelumnya, peneliti harus memilih sample lulusan di akhir tahun dari San Francisco State University yaitu guru yang mengajar pada tahun pertama dan melakukan survey kepada individu yang sama beberapa waktu selama tahun pembelajaran. Kehilangan individu adalah masalah yang sering dalam desain panel studi, bagaimanapun juga, khususnya jika penelitian dilaksanakan selama waktu yang panjang.
Berikut adalah judul-judul bebrapa laporan survey yang dipublikasikan yang telah dilaksanakan oleh peneliti pendidikan.
· Status pernyataan pembelajaran sejarah (the status of state history instruction)
· Dimensi-dimensi kepemimpinan sekolah yang efektif : Pandangan guru (Dimensions of effective school leadership: The Teacher’s Perspective)
· Pandangan guru tentang masalah disiplin di sekolah menengah Virginia pusat (Teacher perceptions of discipline problems in a central Virginia middle school)
· Dua ribu guru memandang profesinya (Two thousand teachers view their profession)
· Peringkat masalah : tentang komunikasi (Gradding problem: A matter of communication)
· Pemerintah atau orang tua: siapakah yang paling berpengaruh pada penggunaan Cannabis (Peer or parents: who has the most influence on cannabis use)
· Pengaruh jenjang karir pada kariri guru dan sikap kerja (A career ladder’s effect on teacher career and working attitudes)
· Praktek etika perijinan konselor professional: Suatu survey dari komisi perijinan. (Ethical practices of licensed Profesional counselors: A survey of state licensing boards)
SURVEY RESEARCH DAN CORRELATIONAL RESEARCH
Hal ini belum tidak biasa untuk menemukan pengujian peneliti tentang hubungan dari respon pada suatu pertanyaan dalam survey terhadap yang lainnya, atau skor yang didasarkan pada satu set pertanyaan survey terhadap skor yang didasarkan pada set lain. Dalam beberapa contoh, tehnik dari correlational research dijelaskan dalam Bab 15.
Diduga seorang peneliti tertarik pada penyelidikan hubungan antara sikap siswa-siswa sekolah menengah atas terhadap sekolahnya dan ketertarikannya pada sekolah luar. Kuesioner yang berisi item-item yang dicocokkan dengan dua variable tersebut harus disiapkan dan dikelola pada sample siswa sekolah menengah atas, dan kemudian hubungan kedua variable itu dapat ditentukan dengan menghitung koefisien korelasi atau menyiapkan tabel kontingensi. Peneliti mungkin menemukan kesimpulan bahwa siswa yang memiliki sikap positif terhadap sekolahnya akan memiliki banyak interes luar, sementara itu, siswa yang memilki sikap negative terhadap sekolahnya memiliki interes luar yang sangat sedikit.
TAHAP-TAHAP DALAM SURVEY RESEARCH
Definisi Masalah
Masalah yang diinvestigasi secara berarti dengan survey harus sangat menarik dan penting untuk memotivasi setiap individu yang disurvey untuk memberikan responnya. Pertanyaan basi yang biasa mereka dapatkan, mereka akan lemparkannya ke dekat keranjang sampah. Kita mungkin tidak akan terkejut untuk mempelajari bahwa anda telah bekerja baik pada kuesioner survey yang anda pikirkan tidak penting atau jenuh.
Peneliti perlu mendefinisikan dengan jelas tujuannya dalam melaksanakan survey. Setiap pertanyaan yang diajukan harus berhubungan dengan satu tujuan survey atau lebih. Satu strategi untuk mendefinisikan pertanyaan survey adalah dengan menggunakan pendekatan hierarki, dimulai dengan pertanyaan tentang hal-hal yang luas (beginning with the broadest), kemudian pada pertanyaan lebih umum (most general question) dan diakhiri dengan pertanyaan yang lebih spesifik (ending with the most specific).
Richard Jaeger memberikan contoh detail dari beberapa survey pada pertanyaan, mengapa banyak guru sekolah umum keluar dan meninggalkan profesinya dalam beberapa tahun. Dia menyarankan tiga factor umum -ekonomi, kondisi lingkungan kerja, dan persepsi status sosial-, sekitar struktur pertanyaan yang mungkin untuk survey. Berikut adalah beberapa pertanyaan yang dikembangkannya yang memperhatikan faktor ekonomi :
Apakah faktor ekonomi menyebabkan guru meninggalkan profesinya lebih awal ?
A. Apakah guru-guru meninggalkan profesinya lebih awal karena ketidakcukupan income pertahun?
1. Apakah guru-guru meninggalkan profesinya lebih awal karena penghasilan bulanannya selama di sekolah tersebut terlalu kecil?
2. Apakah guru-guru meninggalkan profesinya lebih awal karena mereka tidak mendapat tambahan selama musim semi?
3. Apakah guru-guru meninggalkan profesinya lebih awal karena kekuatan gajinya untuk mencari pekerjaan kedua selama tahun sekolah?
4. Apakah guru-guru meninggalkan profesinya lebih awal karena kekurangan kekuatan gajinya untuk mencari pekerjaan berbeda selama musim semi?
B. Apakah guru-guru meninggalkan profesinya lebih awal karena struktur skala pembayaran ?
1. Apakah guru-guru meninggalkan profesinya lebih awal karena batas atas skala pembayaran gajinya tertalu rendah?
2. Apakah guru-guru meninggalkan profesinya lebih awal karena rata-rata peningkatan skala pembayaran gajinya terlalu lambat?
C. Apakah guru-guru meninggalkan profesinya karena ketidakcukupan keuntungan?
1. Apakah guru-guru meninggalkan profesinya lebih awal karena keuntungan asuransi kesehatannya tidak cukup ?
2. Apakah guru-guru meninggalkan profesinya lebih awal karena keuntungan asuransi hidupnya tidak cukup?
3. Apakah guru-guru meninggalkan profesinya lebih awal karena keuntungan jabatannya tidak mencukupi?
Seting hirarki dari pertanyaan penelitian seperti ini dapat membantu peneliti untuk mengidentifikasi isu dari kategori yang besar, mengusulkan banyak isu yang spesifik dari tiap kategori, dan menggambarkan kemungkinan pertanyaan. Dengan menentukan apakah pertanyaan yang diusulkan sesuai dengan tujuan survey, peneliti dapat mengeliminasinya bahwa hal tersebut tidak dikerjakan. Hal ini sangat penting karena lamanya quesioner survey atau jadwal interview merupakan faktor krusial (penting) dalam menentukan kesuksesan survey.
Identifikasi Populasi Target
Hampir setiap sesuatu dapat dijelaskan secara berarti dengan survey. Segala sesuatu yang dipelajari dalam survey dinamakan unit analisis. Meskipun secara tipikal, manusia, unit dari analisis dapat juga berupa objek, perkumpulan, perusahaan ruang kelas, sekolah, agen pemerintahan, dan lain-lain. Sebagai contoh, dalam kegiatan survey opini pihak pakultas tentang kebijakan disiplin baru, yang baru diberlakukan di distrik sekolah utama, tiap anggota fakultas dijadikan sampel dan disurvey sehingga menjadi unit dari analisis. Dalam survey sekolah distrik urban, sekolah distrik akan menjadi unit dari analisis.
Data survey dikumpulkan dari beberapa individu unit analisis untuk menjelaskan unit secara keseluruhan. Penjelasan ini kemudian disimpulkan untuk menjelaskan populasi dimana unit-unit analisis tersebut bersifat representativ. Pada contoh di atas, data yang dikumpulkan dari sampel anggota fakultas (unit analisis) akan disimpulkan untuk menjelaskan populasi dimana sampel ini representativ (seluruh anggota fakultas pada sekolah distrik utama).
Seperti pada penelitian tipe lainnya, suatu kelompok manusia (objek, institusi dan sebagainya) yang jadi fokus pada suatu kegiatan penelitian dinamakan populasi target. Untuk membuat pernyataan lebih meyakinkan lagi tentang populasi target, hal ini (populasi target) harus didefinisikan dengan baik. Dalam faktanya, populasi target harus segera di definisikan dengan baik yang memungkinkan untuk menyatakan dengan pasti apakah unit analisis utama merupakan anggota populasi atau bukan.
Diperkirakan, sebagai contoh, bahwa populasi target didefinisikan sebagai ” seluruh anggota fakultas di dalam sekolah distrik utama”. Apakah definisi tersebut cukup jelas sehingga segala sesuatunya dapat dinyatakan terhadap populasi. Pada tahap pertama, anda mungkin merasa tergoda untuk menyatakan ya, tetapi bagaimana dengan administrator yang juga mengajar? Bagaimana dengan guru tambahan/cadangan atau siapa yang mengajar hanya mengajar part time? Bagaimana hubungan siswa dengan guru-guru? Bagaimana dengan konselor? Populasi target yang didefinisikan cukup detail dan jelas sehingga secara makna kata (vocabulary) dapat ditentukan apakah sesuatu itu dapat dikategorikan populasi target atau bukan.
Tujuan :
Setelah mempelajari bab ini,diharapkan dapat :
· Menjelaskan apa yang dimaksud dengan survey
· Menyebutkan dua tipe survey yang dikenalkan dalam penelitian pendidikan
· Menjelaskan tujuan survey
· Menjelaskan perbedaaan antara cross sectional survey dengan longitudinal survey
· Menguraikan bagaimana perbedaan survey research dengan penelitian tipe lain
· Menguraikan secara mendalam bagaimana survey dijalankan
· Menguraikan dengan jelas bagaimana survey melalui surat, survey melalui telepon, dan survey melalui interview face-to-face dapat dibedakan, dan menyatakan masing-masing dua keunggulan dan kelemahan dari masing-masing tipe survey tadi
· Menguraikan secara umum taktik-tehnik dalam mengembangkan pertanyaan survey
· Menjelaskan perbedaan antara pertanyaan close ended dengan pertanyaan open ended, dapat memberikan contohnya masing-masing dua dan dapat menyatakan dua keunggulan dan kelemahan dari masing-masing tipe pertanyaan tadi
· Menjelaskan mengapa nonresponse (responden yang tidak merespon) merupakan masalah dalam survey reseach dan menyebutkan dua cara meningkatkan rating response dalam survey
· Menyebutkan dua perlakuan validasi yang mempengaruhi hasil survey, dan menjelaskan tindakan-tindakan yang ada yang dapat dikontrol
· Mengenal suatu contoh survey research ketika anda menjumpai dalam literatur pendidikan
APA YANG DIMAKSUD SURVEY ?
Para peneliti biasanya tertarik pada opini kelompok besar dari manusia tentang topik tertentu atau issu. Mereka mengajukan beberapa pertanyaan yang semuanya berhubungan dengan issu, untuk menemukan jawabannya. Sebagai contoh, bayangkan bahwa seorang pejabat suatu departemen konsultan pada suatu universitas besar, merasa tertarik dalam menentukan bagaimana perasaaan mahasiswa yang sedang mengambil jenjang master tentang programnya. Dia (pejabat itu) memutuskan untuk memberlakukan suatu survey untuk menemukan jawabannya. Dia memilih 50 orang mahasiswa sebagai sample dari keseluruhan mahasiswa yang ada pada jenjang master tersebut. Kemudian menyusun desain pertanyaan untuk menggali sikap mereka (mahasiswa) terhadap program. Dia mengelola pertanyaan kepada tiap mahasiswa dari 50 sampel dengan melakukan wawancara dalam waktu dua minggu lebih. Tanggapan yang diberikan oleh tiap-tiap mahasiswa dalam sample selanjutnya di lakukan pengkodean menjadi kategori-kategori terstandar untuk tujuan analisis. Kemudian rekaman/data tadi dianalisis untuk medeskripsikan posisi siswa dalam sampel. Kemudian dia menggambarkan beberapa kesimpulan tentang pendapat sample tadi. Kesimpulan ini sebagai bahan generalisasi untuk populasi yang diwakili oleh sample tadi.
Contoh di atas mengilustrasikan bahwa terdapat tiga karakeristik utama yang dimiliki oleh seluruh jenis survey, diantaranya :
1. Seluruh informasi dikumpulkan dari kelompok orang secara berurutan untuk menjelaskan beberapa aspek atau karakter (seperti: kebiasaaan, opini, sikap, kepercayaan dan/atau pengetahuan) dari suatu populasi di mana kelompok ini merupakan bagian dari populasi itu.
2. Cara utama untuk mengumpulkan seluruh informasi adalah melalui pengajuan beberapa pertanyaan, jawaban dari pertanyaan itu merupakan data dari kegiatan studi ini.
3. Seluruh informasi dikumpulkan berasal dari sample, dari pada diperoleh dari setiap anggota populasi
MENGAPA SURVEY DIPERKENALKAN ?
Tujuan dari survey adalah untuk menjelaskan karakteristik suatu populasi. Pada hakikatnya, apa yang ingin peneliti temukan adalah bagaimana anggota suatu populasi disebar dengan sendirinya pada suatu variable atau lebih (sebagai contoh : Usia, etnik, agama, sikap terhadap sekolah). Sebagai tipe lain dari penelitian, tentunya populasi sebagai satu keseluruhan telah dipelajari. Dari pada itu, pemilihan sample yang hati-hati dari responden telah disurvey, dan deskripsi tentang populasi ditarik berdasarkan apa yang ditemukan dari sample.
Para peneliti mungkin tertarik dalam menjelaskan bagaimana pastinya karakteristik para guru di sekolah menengah atas (seperti Usia, gender, etnik, keterlibatan politik dsb) tersebar di dalam kelompok. Penelioti akan memilih guru-guru sebagai sample dari sekolah menengah atas inner-city untuk disurvey. Secara umum dalams\deskripsi survey seperti itu, peneliti tidak banyak konsern dengan alasan mengapa distribusi yang diobservasi berada seperti dengan apa yang diobservasi.
TIPE-TIPE SURVEY
Terdapat dua tipe utama dari survey yang dikenalkan, yaitu Cross sectional survey dan Longitudinal survey.
a. Cross-Sectional Survey
Pada tipe Cross-sectional survey, seluruh informasi dikumpulkan dari sample yang menggambarkan dari populasi yang telah ditentukan sebelumnya. Lebih jauh lagi, informasi dikumpulkan hanya satu kali saja, meskipun waktu yang diberikan untuk mengumpulkan seluruh data yang diinginkan dialokasikan dimanapun mulai dari satu hari sampai kurang dari seminggu atau bahkan lebih.
Contoh:
Seorang professor matematika bermaksud mengumpulkan data dari sample seluruh guru matematika sekolah menengah atas dalam keadaan particular tentang ketertarikan mereka (para guru) untuk mengikuti jenjang Master dalam bidang matematika di Universitasnya.
Atau contoh lain:
Peneliti lain mungkin mengambil survey tentang beberapa bagain masalah pribadi yang dialami oleh siswa ketika usia 10, 13 dan 16 tahun. Seluruh kelompok ini harus disurvey kira-kira dalam waktu yang sama.
Ketika seluruh populasi disurvey, hal ini dinamakan sensus.
b. Longitudinal Survey
Dalam longitudinal survey, data dikumpulkan pada waktu-katu yang berbeda secara berurutan untuk mempelajari perubahan sepanjang waktu. Terdapat tiga desain longitudinal survey yaitu Trend studies, cohort studies dan panel studies.
b.1. in a Trend Studies
Dalam desain trend studies, sample yang berbeda dari populasi yang sama disurvey pada waktu-waktu berbeda. Sebagai contoh peneliti yang tertarik pada sikap petinggi sekolah menengah atas terhadap penggunaan penjadwalan yang fleksibel. Dia harus memilih sampel tiap tahun dari daftar petinggi sekolah menengah atas yang ada. Meskipun populasi akan berubah-ubah dan beberapa individual mungkin tidak bisa dijadikan sampel tiap tahun, jika pemilihan secara random telah digunakan untuk mendapatkan sampel, respon-respon yang didapatkan tiap tahun dapat dipertimbangkan representativ dari populasi petinggi sekolah menengah atas. Peneliti kemudian menguji dan membandingkan respon-respon dari tahun ke tahun untuk melihat jika beberapa trend terlihat.
b.2. in a Cohort Studies
Populasi yang spesifik diikuti sepanjang periode waktu tertentu. Berbeda dari desain trend studi, sampel populasi sebagai anggota, berubah sepanjang waktu, dalam cohort studi sampel sebagai bagian populasi tidak berubaha sepanjang waktu pemberlakukan survey. Contoh, seorang peneliti mungkin ingin mengkaji pertumbuhan keefektifan mengajar di tahun pertama mengajar dari seorang guru yang baru lulus dari Sanfrancisco State University. Nama-nama seluruh guru ini dibuat daftarnya dan kemudian sampel yang berbesa akan dipilih dari daftar itu pada waktu-waktu yang berbeda.
b.3. in a Panel Studies
Dalam desain ini, peneliti memilih sample langsung di awal penelitiannya. Dia kemudian melakukan survey individu yang sama pada waktu yang berbeda selama survey dilakukan. Sejak peneliti mempelajari individu yang sama, dia dapat menuliskan perubahan-perubahan karakter atau tingkah lakunya dan menggali alasan untuk setiap perubahan tersebut. Contoh, pada penelitian yang sebelumnya, peneliti harus memilih sample lulusan di akhir tahun dari San Francisco State University yaitu guru yang mengajar pada tahun pertama dan melakukan survey kepada individu yang sama beberapa waktu selama tahun pembelajaran. Kehilangan individu adalah masalah yang sering dalam desain panel studi, bagaimanapun juga, khususnya jika penelitian dilaksanakan selama waktu yang panjang.
Berikut adalah judul-judul bebrapa laporan survey yang dipublikasikan yang telah dilaksanakan oleh peneliti pendidikan.
· Status pernyataan pembelajaran sejarah (the status of state history instruction)
· Dimensi-dimensi kepemimpinan sekolah yang efektif : Pandangan guru (Dimensions of effective school leadership: The Teacher’s Perspective)
· Pandangan guru tentang masalah disiplin di sekolah menengah Virginia pusat (Teacher perceptions of discipline problems in a central Virginia middle school)
· Dua ribu guru memandang profesinya (Two thousand teachers view their profession)
· Peringkat masalah : tentang komunikasi (Gradding problem: A matter of communication)
· Pemerintah atau orang tua: siapakah yang paling berpengaruh pada penggunaan Cannabis (Peer or parents: who has the most influence on cannabis use)
· Pengaruh jenjang karir pada kariri guru dan sikap kerja (A career ladder’s effect on teacher career and working attitudes)
· Praktek etika perijinan konselor professional: Suatu survey dari komisi perijinan. (Ethical practices of licensed Profesional counselors: A survey of state licensing boards)
SURVEY RESEARCH DAN CORRELATIONAL RESEARCH
Hal ini belum tidak biasa untuk menemukan pengujian peneliti tentang hubungan dari respon pada suatu pertanyaan dalam survey terhadap yang lainnya, atau skor yang didasarkan pada satu set pertanyaan survey terhadap skor yang didasarkan pada set lain. Dalam beberapa contoh, tehnik dari correlational research dijelaskan dalam Bab 15.
Diduga seorang peneliti tertarik pada penyelidikan hubungan antara sikap siswa-siswa sekolah menengah atas terhadap sekolahnya dan ketertarikannya pada sekolah luar. Kuesioner yang berisi item-item yang dicocokkan dengan dua variable tersebut harus disiapkan dan dikelola pada sample siswa sekolah menengah atas, dan kemudian hubungan kedua variable itu dapat ditentukan dengan menghitung koefisien korelasi atau menyiapkan tabel kontingensi. Peneliti mungkin menemukan kesimpulan bahwa siswa yang memiliki sikap positif terhadap sekolahnya akan memiliki banyak interes luar, sementara itu, siswa yang memilki sikap negative terhadap sekolahnya memiliki interes luar yang sangat sedikit.
TAHAP-TAHAP DALAM SURVEY RESEARCH
Definisi Masalah
Masalah yang diinvestigasi secara berarti dengan survey harus sangat menarik dan penting untuk memotivasi setiap individu yang disurvey untuk memberikan responnya. Pertanyaan basi yang biasa mereka dapatkan, mereka akan lemparkannya ke dekat keranjang sampah. Kita mungkin tidak akan terkejut untuk mempelajari bahwa anda telah bekerja baik pada kuesioner survey yang anda pikirkan tidak penting atau jenuh.
Peneliti perlu mendefinisikan dengan jelas tujuannya dalam melaksanakan survey. Setiap pertanyaan yang diajukan harus berhubungan dengan satu tujuan survey atau lebih. Satu strategi untuk mendefinisikan pertanyaan survey adalah dengan menggunakan pendekatan hierarki, dimulai dengan pertanyaan tentang hal-hal yang luas (beginning with the broadest), kemudian pada pertanyaan lebih umum (most general question) dan diakhiri dengan pertanyaan yang lebih spesifik (ending with the most specific).
Richard Jaeger memberikan contoh detail dari beberapa survey pada pertanyaan, mengapa banyak guru sekolah umum keluar dan meninggalkan profesinya dalam beberapa tahun. Dia menyarankan tiga factor umum -ekonomi, kondisi lingkungan kerja, dan persepsi status sosial-, sekitar struktur pertanyaan yang mungkin untuk survey. Berikut adalah beberapa pertanyaan yang dikembangkannya yang memperhatikan faktor ekonomi :
Apakah faktor ekonomi menyebabkan guru meninggalkan profesinya lebih awal ?
A. Apakah guru-guru meninggalkan profesinya lebih awal karena ketidakcukupan income pertahun?
1. Apakah guru-guru meninggalkan profesinya lebih awal karena penghasilan bulanannya selama di sekolah tersebut terlalu kecil?
2. Apakah guru-guru meninggalkan profesinya lebih awal karena mereka tidak mendapat tambahan selama musim semi?
3. Apakah guru-guru meninggalkan profesinya lebih awal karena kekuatan gajinya untuk mencari pekerjaan kedua selama tahun sekolah?
4. Apakah guru-guru meninggalkan profesinya lebih awal karena kekurangan kekuatan gajinya untuk mencari pekerjaan berbeda selama musim semi?
B. Apakah guru-guru meninggalkan profesinya lebih awal karena struktur skala pembayaran ?
1. Apakah guru-guru meninggalkan profesinya lebih awal karena batas atas skala pembayaran gajinya tertalu rendah?
2. Apakah guru-guru meninggalkan profesinya lebih awal karena rata-rata peningkatan skala pembayaran gajinya terlalu lambat?
C. Apakah guru-guru meninggalkan profesinya karena ketidakcukupan keuntungan?
1. Apakah guru-guru meninggalkan profesinya lebih awal karena keuntungan asuransi kesehatannya tidak cukup ?
2. Apakah guru-guru meninggalkan profesinya lebih awal karena keuntungan asuransi hidupnya tidak cukup?
3. Apakah guru-guru meninggalkan profesinya lebih awal karena keuntungan jabatannya tidak mencukupi?
Seting hirarki dari pertanyaan penelitian seperti ini dapat membantu peneliti untuk mengidentifikasi isu dari kategori yang besar, mengusulkan banyak isu yang spesifik dari tiap kategori, dan menggambarkan kemungkinan pertanyaan. Dengan menentukan apakah pertanyaan yang diusulkan sesuai dengan tujuan survey, peneliti dapat mengeliminasinya bahwa hal tersebut tidak dikerjakan. Hal ini sangat penting karena lamanya quesioner survey atau jadwal interview merupakan faktor krusial (penting) dalam menentukan kesuksesan survey.
Identifikasi Populasi Target
Hampir setiap sesuatu dapat dijelaskan secara berarti dengan survey. Segala sesuatu yang dipelajari dalam survey dinamakan unit analisis. Meskipun secara tipikal, manusia, unit dari analisis dapat juga berupa objek, perkumpulan, perusahaan ruang kelas, sekolah, agen pemerintahan, dan lain-lain. Sebagai contoh, dalam kegiatan survey opini pihak pakultas tentang kebijakan disiplin baru, yang baru diberlakukan di distrik sekolah utama, tiap anggota fakultas dijadikan sampel dan disurvey sehingga menjadi unit dari analisis. Dalam survey sekolah distrik urban, sekolah distrik akan menjadi unit dari analisis.
Data survey dikumpulkan dari beberapa individu unit analisis untuk menjelaskan unit secara keseluruhan. Penjelasan ini kemudian disimpulkan untuk menjelaskan populasi dimana unit-unit analisis tersebut bersifat representativ. Pada contoh di atas, data yang dikumpulkan dari sampel anggota fakultas (unit analisis) akan disimpulkan untuk menjelaskan populasi dimana sampel ini representativ (seluruh anggota fakultas pada sekolah distrik utama).
Seperti pada penelitian tipe lainnya, suatu kelompok manusia (objek, institusi dan sebagainya) yang jadi fokus pada suatu kegiatan penelitian dinamakan populasi target. Untuk membuat pernyataan lebih meyakinkan lagi tentang populasi target, hal ini (populasi target) harus didefinisikan dengan baik. Dalam faktanya, populasi target harus segera di definisikan dengan baik yang memungkinkan untuk menyatakan dengan pasti apakah unit analisis utama merupakan anggota populasi atau bukan.
Diperkirakan, sebagai contoh, bahwa populasi target didefinisikan sebagai ” seluruh anggota fakultas di dalam sekolah distrik utama”. Apakah definisi tersebut cukup jelas sehingga segala sesuatunya dapat dinyatakan terhadap populasi. Pada tahap pertama, anda mungkin merasa tergoda untuk menyatakan ya, tetapi bagaimana dengan administrator yang juga mengajar? Bagaimana dengan guru tambahan/cadangan atau siapa yang mengajar hanya mengajar part time? Bagaimana hubungan siswa dengan guru-guru? Bagaimana dengan konselor? Populasi target yang didefinisikan cukup detail dan jelas sehingga secara makna kata (vocabulary) dapat ditentukan apakah sesuatu itu dapat dikategorikan populasi target atau bukan.
Selasa, 04 November 2008
E-Learning
Oleh: Yoshi SMUNIC*
Abstrak
Produksi materi ajar berbasis teknologi informasi merupakan elemen penting dalam upaya untuk mensukseskan implementasi e-learning di Indonesia. Terdapat dua pendekatan produksi yaitu pendekatan monilitik (Computer Based Instruction, CBI) yang menggabung materi ajar dengan sekeun kendalinya atau dengan pendekatan sharable (Intelligent Tutoring System, ITS) yang memisahkan materi ajar dengan sekuen kendalinya. Kedua pendekatan produksi tersebut mendefinisikan pemakaian teknologi yang berbeda yang harus dipahami dengan baik oleh e-developer.
Agar dapat memproduksi materi ajar secara industrial, keterlibatan pihak swasta (software house) sangat penting. Pada kondisi saat ini, pemerintah dapat mengambil menjalankan strategi institutional-policy driven yang akan menumbuhkan demand terhadap pemakaian materi ajar e-larning di sekolah-sekolah. Kebijakan tersebut haruslah diikuti dengan membentuk E-Learning Consortium yang secara khusus menangani
integrasi teknologi informasi dalam proses pendidikan di Indonesia, mendefinsikan
standar produksi serta menentukan kompetensi yang diperlukan untuk dapat menerapkan
e-learning di sekolah. Pada tahap berikutnya, strategi market driven akan berlaku dimana hukum supply-demand akan terjadi. Pihak swasta yang pada mulanya tidak masuk dalam segmen ini akan ikut terlibat. Pada tahap ini, pembuatan materi ajar yang sharable, dapat direkomposisi dan dijalankan pada berbagai sistem lingkungan belajar sudah menjadi keharusan.
Pengantar
Salah satu aspek yang memainkan peranan penting dalam kesuksesan implementasi elearning adalah tersedianya materi ajar elektronik yang dirancang sesuai dengan
kebutuhan. Dengan tersedianya materi ajar tersebut pada berbagai topik dan juga
tingkatan akan sangat membantu guru dalam proses belajar mengajar. Bentuk bantuan
tersebut dapat berupa penelusuran topik dengan cepat, kelengkapan sumber belajar,
penyimpanan yang kompak serta dapat memvisualisasikan penjelasan secara interaktif.
Secara umum materi ajar elektronik dapat dikelompokkan menjadi beberapa bagian
sebagai berikut [Bitter] :
• Drill-and-Practice Software
Digunakan untuk melatih konsep dan keahlian yang telah diajarkan melalui metode
biasa. Perangkat ajar dengan bantuan teknologi informasi telah banyak dimanfaatkan
saat ini. Untuk menjelaskan konsep dasar aljabar misalnya, terdapat banyak aplikasi
yang telah ditulis untuk menerangkan prinsip penjumlahan, bilangan, himpunan dan
sebagainya.
• Tutorial Software
Digunakan untuk menjelaskan konsep melalui ilustrasi dan deskripsi. Berperan
sebagai sumber belajar bagi siswa. Melalui perangkat lunak ini siswa dapat
mempelajari konsep baru dalam bidang pelajaran tertentu.
• Simulation Software
Manusia melakukan simulasi untuk memprediksi kemungkinan hasil dari sejumlah
kombinasi parameter yang ada. Seringkali simulasi juga dilakukan karena alasanalasan
lainnya seperti kelangkaan kombinasi parameter di dunia nyata, mahalnya
biaya atau pun karena faktor keamanan bagi manusia. Simulasi tabrakan antar benda-benda langit misalnya, tidak mungkin dilakukan oleh manusia untuk menunjukkan
efeknya bagi bumi. Simulasi reaksi berantai dalam reaktor nuklir, menjadi lebih
efisien dengan menggunakan komputer.
• Problem-Solving Software
Digunakan untuk melatih siswa dalam pengambilan keputusan. Dapat diwujudkan
dalam bentuk game. Saat ini telah cukup banyak perangkat lunak yang dikemas
dalam bentuk permainan. Permainan catur misalnya, adalah salah satu bentuk
perangkat lunak yang telah lama dimanfaatkan untuk melatih siswa dalam bidang
tersebut.
Dalam implementasinya, seringkali dilakukan kombinasi dari berbagai kelompok di atas
untuk menghasilkan satu topik pelajaran terintegrasi. Pada bentuk tersebut, biasanya
diawali dengan penjelasan konsep yang dikombinasi dengan simulasi. Pada tahap akhir
diberikan sejumlah pertanyaan terkait.
Teknologi Produksi Materi Ajar Elektronik
Sejak awal ditemukannya teknologi komputer, para pendidik sudah meyakini bahwa
komputer sangat potensial untuk dimanfaatkan dalam bidang pendidikan. Keyakinan ini
dibuktikan dengan berkembangnya produk-produk teknologi komputer untuk bidang
pendidikan. Perkembangan tersebut digambarkan sebagai berikut [ADL,2001]:
Pada tahap awal, pengembangan materi ajar menggunakan pendekatan Computer-Based
Instruction (CBI). Tahapan belajar dipandu secara instruksional melalui program yang
dirancang khusus pada media mainframe dengan menggunakan bahasa mesin. Dengan
perkembangan teknologi komputer, CBI mulai dimanfaatkan pada mesin-mesin
minicomputer, workstation sampai ke PC. Pergeseran ini mengurangi biaya
pengembangan materi ajar.
Pada tahap berikutnya sekitar tahun 1960-an, dikembangkan pendekatan baru yang lebih
menitikberatkan proses pembelajaran berbasis komputer yang berorientasi pada struktur
informasi untuk merepresentasi cara belajar manusia. Pendekatan ini disebut Intelligent Tutoring System (ITS). Pendekatan ini di tahap awal tidak berkembang dengan baik karena beberapa sebab. Pertama, ilmu pengetahuan tentang kognisi manusia masih relatif belum matang sejalan dengan tahap awal ilmu komputer. Kedua, pemodelan yang kompleks dan sistem berbasis aturan ternyata membutuhkan computing power yang
tinggi yang belum available saat itu.
Kedua pendekatan tersebut di atas berkembang sejalan dengan semakin matangnya
teknologi komputasi. Di tahun 1980-an, teknologi CBI lebih menitikberatkan pada
penyempurnaan instruksional komputer menjadi bentuk template yang menghindarkan
perancang materi ajar dari kerumitan pemrograman komputer. Pendekatan ini
menggabungkan isi dan kendali ke dalam satu bundel untuk memperoleh materi ajar yang
diharapkan. Sedangkan kelompok kedua terus mengembangkan pendekatan Intelligent
Tutoring System (ITS) yang memisahkan materi ajar dengan kendalinya. Konsep ini
memungkinkan materi ajar dikomposisi secara fleksibel untuk mencapai sasaran belajar
yang diharapkan.
Perkembangan teknologi internet di tahun 1990-an telah mengubah banyak kedua
pendekatan di atas. Internet memungkinkan diaksesnya beragam informasi dengan mudah
dengan memanfaatkan struktur komunikasi yang dibangun pada common standard.
Materi ajar berbasis web adalah antitesis dari pendekatan CBI karena materi ajar tersebut bebas platform dan dapat disimpan pada remote-server. Generasi berikutnya dari materi ajar berbasis web ini mulai memisahkan secara jelas isi (content) dengan kendali (control). Pada konteks ini, konsep reusable, sharable learning object dan adaptive learning strategy menjadi acuan bagi pengembangan materi ajar elektronik.
Pada saat ini telah banyak berkembang perangkat lunak yang dapat digunakan untuk
mengembangkan materi ajar elektronik, baik dengan pendekatan CBI atau pun ITS. Di
bawah ini diberikan beberapa tool yang banyak dijumpai di pasaran.
Tabel 2. Tool pengembangan materi ajar elektoronik
Perkembangan selanjutnya dari e-learning adalah pemanfaatan materi ajar elektronik
pada satu lingkungan belajar yang memungkinkan diadministrasikannya proses belajar,
catatan aktifitas belajar siswa serta penilaiannya. Konsep ini membawa lebih dari sekedar belajar menggunakan VCD atau CD Interaktif secara mandiri. Proses belajar e-learning harus dieksekusi pada lingkungan belajar yang lebih luas yang diselenggarakan di sekolah.
Produksi Materi Ajar Elektronik di Indonesia
Materi ajar elektronik yang saat ini beredar di Indonesia kebanyakan berasal dari luar negeri. Meskipun demikian, terdapat sejumlah kecil perusahaan yang telah memproduksi materi ajar elektronik seperti Pustekom dari Depdiknas (dalam bentuk VCD), atau program monolitik keluaran ElexMedia untuk berbagai bidang studi dan juga versi interaktif buatan software house lokal lainnya. Meskipun perkembangannya sangat
lambat, upaya untuk memproduksi materi ajar elektronik tetap dilakukan.. Kelambatan
ini tidak bisa dilepaskan oleh kondisi global industri software di Indonesia yang masih belum banyak menaruh perhatian secara serius pada pengembangan perangkat lunak
pendidikan.
Asosiasi Perangkat Lunak Indonesia (ASPILUKI) yang merupakan asosiasi perusahaan
software house mencatat data sekitar 60-an perusahaan software house di Indonesia,
termasuk di dalamnya software house asing [Warta,2002]. Penyebaran lokasi software
house meluas pada kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Batam dan Bali.
Di Bandung ada sekitar 50-an software house yang diharapkan menjadi cikal bakal
pembentukan Bandung High Tech Valley (BHTV).
Software merupakan salah satu bagian kecil dari pasar di bidang teknologi informasi
yang meliputi hardware, software, services (after sales and implementation) dan
consultation. Pasar software sendiri terbagi lagi menjadi operating system, database dan aplikasi. Pada kategori aplikasi, terdapat banyak penerapan, termasuk salah satunya materi ajar elektronik pada bidang pendidikan. Berdasarkan data yang dikumpulkan [Warta, 2002] dari 60 software house lokal, pada umumnya memusatkan layanannya pada aplikasi bisnis dan hanya satu software house yang fokus pada bidang pendidikan.
Peta ini tentunya menjelaskan kondisi yang dipaparkan di atas tentang lambatnya
perkembangan produksi materi ajar di Indonesia. Pada kondisi ini, muncul pertanyaan,
apakah mungkin bagi kita untuk memproduksi materi ajar secara industrial ?
Berdasarkan kategori teknologi yang digunakan, materi ajar elektronik di Indonesia
masih banyak dikembangkan dengan pendekatan Computer-Based Instruction (CBI).
Dengan pendekatan tersebut, materi ajar berikut kendalinya (learning sequence) dibundel menjadi satu kesatuan yang dijalankan melalui CD ataupun diinstal pada hard disk. Pada satu sisi pendekatan ini memungkinkan siswa belajar secara mandiri tanpa harus tersambung ke jaringan komputer. Di sisi lain, pendekatan ini tidak memungkinkan materi ajar di-dekomposisi dan kemudian di-komposisi ulang menjadi materi lain.
Sebagai akibatnya, materi ajar tersebut sangat vendor oriented dan tidak dapat
dikombinasikan dengan materi ajar dari vendor lain. Problem ini harus dipecahkan untuk dapat mencapai kondisi ideal jika ingin memproduksi materi ajar secara industrial. Menggunakan pendekatan teknologi yang sesuai dan pendefinisian standar materi ajar menjadi keharusan bagi Indonesia jika ingin mencapai kondisi ideal tersebut.
Anatomi Lingkungan Materi Ajar
Lingkungan materi ajar yang digunakan oleh siswa, sebenarnya dikomposisi oleh banyak
komponen. Pada pendekatan CBI, semua komponen tersebut dibundel menjadi satu.
Sedangkan pada pendekatan ITS, komponen-komponen tersebut dipisahkan sehingga
memudahkan dalam pemanfaatan kembali materi ajar untuk tujuan dan sasaran
pengajaran yang berbeda. Berdasar pada pendekatan ITS, lingkungan belajar e-learning
dibangun oleh komponen-komponen lingkungan materi ajar sebagai berikut.
Kompetensi Pengembang Materi Ajar Elektronik.
Untuk mengembangkan materi ajar (Learning Object), diperlukan sejumlah kompetensi tertentu. Di bawah ini adalah rumusan kompetensi yang dibutuhkan [Training].
• Kemampuan mengembangkan strategi untuk memenuhi kebutuhan belajar
Untuk tiap sasaran belajar yang ditentukan dalam dokumen desain, tentukan apakah
proses belajar melibatkan domain yang ada (kognitif, afektif dan psikomotorik).
Tentukan pula strategi yang sesuai untuk tiap domain belajar yang terkait.
• Kemampuan menyiapkan dokumen desain
Sebagai hasil konsultasi dengan ahli di bidang terkait, instruktur elektronik, spesialis media atau spesialis teknis, siapkan dokumen yang mengandung detil informasi analisis peserta didik, sasaran belajar, strategi belajar, metode dan media yang digunakan, prasyarat e-tutoring, kebutuhan perangkat keras dan perangkat lunak serta aspek administratif yang diperlukan dalam proses belajar.
• Kemampuan mengembangkan spesifikasi teknis
Bersama dengan spesialis teknis, perlu dikembangkan karakteristik teknis materi ajar
sehingga memenuhi persyaratan pemakaian hardware dan software yang digunakan.
Termasuk didalamnya seperti penentuan sisten operasi, browser, resolusi layar, warna
yang digunakan, tool pemrograman, basis data, authoring tool, dan interoperabilitas
dengan produk yang sudah ada.
• Kemampuan menyiapkan materi ajar
Menyiapkan materi ajar yang sesuai dengan target peserta, merancang tes, simulasi
atau penugasan yang diperlukan untuk meyakinkan materi dapat diterima dengan
baik.
• Kemampuan mengembangkan antar muka dengan user
Antar muka perlu dikembangkan dengan baik sehingga mudah dibaca dan dipahami,
layout yang konsisten dengan sistem navigasi yang baik yang memudahkan pemakai
berpindah dari satu topik ke topik lain.
• Kemampuan menyiapkan elemen-elemen media yang digunakan
Menyiapkan elemen media yang digunakan dan memastikan elemen tersebut bekerja
dengan baik.
• Kemampuan mengintegrasikan semua komponen materi ajar
Semua komponen materi ajar harus dapat diintegrasikan melalui penggunaan tool
tertentu. Komponen tersebut dapat berupa teks, suara, video dan modul program yang
menyertainya.
• Kemampuan memahami prinsip dasar e-learning
Pemahaman yang baik tentang e-learning, internet, proses belajar orang dewasa (adult
learning), fase pengembangan proyek e-learning dan peran masing-masing pihak
dalam proyek pengembangan materi ajar.
• Kemampuan mengembangkan strategi belajar secara menyeluruh
Mengembangkan strategi belajar secara menyeluruh dengan memperhatikan sasaran
belajar, karakteristik peserta belajar dan prinsip pengajaran orang dewasa. Jika
memungkinkan, kembangkan materi ajar yang reusable sehingga dapat dikomposisi
ulang untuk membangun materi ajar lain. Tentukan juga kombinasi metode belajar
(studi mandiri, game, simulasi, tes, riset web, aktifitas off-line, penugasan, kerja sama kelompok dan dukungan instruktur). Tentukan media yang digunakan untuk materi
ajar (teks, audio, animasi, video, dsb) yang diperlukan. Di samping itu juga perlu
ditentukan perangkat lunak dan perangkat keras yang nantinya akan dipakai.
Kompetensi di atas lebih banyak merujuk pada kemampuan untuk memproduksi learning
object. Pada konteks ini, persinggungan antara engineer teknologi informasi dengan
subject master harus dilakukan untuk mendapatkan gambaran yang utuh tentang
bagaimana sasaran belajar berserta metode ditetapkan untuk kebutuhan tertentu. Dengan
cara kolaborasi, produksi materi ajar akan memberikan hasil yang lebih bermakna.
Abstrak
Produksi materi ajar berbasis teknologi informasi merupakan elemen penting dalam upaya untuk mensukseskan implementasi e-learning di Indonesia. Terdapat dua pendekatan produksi yaitu pendekatan monilitik (Computer Based Instruction, CBI) yang menggabung materi ajar dengan sekeun kendalinya atau dengan pendekatan sharable (Intelligent Tutoring System, ITS) yang memisahkan materi ajar dengan sekuen kendalinya. Kedua pendekatan produksi tersebut mendefinisikan pemakaian teknologi yang berbeda yang harus dipahami dengan baik oleh e-developer.
Agar dapat memproduksi materi ajar secara industrial, keterlibatan pihak swasta (software house) sangat penting. Pada kondisi saat ini, pemerintah dapat mengambil menjalankan strategi institutional-policy driven yang akan menumbuhkan demand terhadap pemakaian materi ajar e-larning di sekolah-sekolah. Kebijakan tersebut haruslah diikuti dengan membentuk E-Learning Consortium yang secara khusus menangani
integrasi teknologi informasi dalam proses pendidikan di Indonesia, mendefinsikan
standar produksi serta menentukan kompetensi yang diperlukan untuk dapat menerapkan
e-learning di sekolah. Pada tahap berikutnya, strategi market driven akan berlaku dimana hukum supply-demand akan terjadi. Pihak swasta yang pada mulanya tidak masuk dalam segmen ini akan ikut terlibat. Pada tahap ini, pembuatan materi ajar yang sharable, dapat direkomposisi dan dijalankan pada berbagai sistem lingkungan belajar sudah menjadi keharusan.
Pengantar
Salah satu aspek yang memainkan peranan penting dalam kesuksesan implementasi elearning adalah tersedianya materi ajar elektronik yang dirancang sesuai dengan
kebutuhan. Dengan tersedianya materi ajar tersebut pada berbagai topik dan juga
tingkatan akan sangat membantu guru dalam proses belajar mengajar. Bentuk bantuan
tersebut dapat berupa penelusuran topik dengan cepat, kelengkapan sumber belajar,
penyimpanan yang kompak serta dapat memvisualisasikan penjelasan secara interaktif.
Secara umum materi ajar elektronik dapat dikelompokkan menjadi beberapa bagian
sebagai berikut [Bitter] :
• Drill-and-Practice Software
Digunakan untuk melatih konsep dan keahlian yang telah diajarkan melalui metode
biasa. Perangkat ajar dengan bantuan teknologi informasi telah banyak dimanfaatkan
saat ini. Untuk menjelaskan konsep dasar aljabar misalnya, terdapat banyak aplikasi
yang telah ditulis untuk menerangkan prinsip penjumlahan, bilangan, himpunan dan
sebagainya.
• Tutorial Software
Digunakan untuk menjelaskan konsep melalui ilustrasi dan deskripsi. Berperan
sebagai sumber belajar bagi siswa. Melalui perangkat lunak ini siswa dapat
mempelajari konsep baru dalam bidang pelajaran tertentu.
• Simulation Software
Manusia melakukan simulasi untuk memprediksi kemungkinan hasil dari sejumlah
kombinasi parameter yang ada. Seringkali simulasi juga dilakukan karena alasanalasan
lainnya seperti kelangkaan kombinasi parameter di dunia nyata, mahalnya
biaya atau pun karena faktor keamanan bagi manusia. Simulasi tabrakan antar benda-benda langit misalnya, tidak mungkin dilakukan oleh manusia untuk menunjukkan
efeknya bagi bumi. Simulasi reaksi berantai dalam reaktor nuklir, menjadi lebih
efisien dengan menggunakan komputer.
• Problem-Solving Software
Digunakan untuk melatih siswa dalam pengambilan keputusan. Dapat diwujudkan
dalam bentuk game. Saat ini telah cukup banyak perangkat lunak yang dikemas
dalam bentuk permainan. Permainan catur misalnya, adalah salah satu bentuk
perangkat lunak yang telah lama dimanfaatkan untuk melatih siswa dalam bidang
tersebut.
Dalam implementasinya, seringkali dilakukan kombinasi dari berbagai kelompok di atas
untuk menghasilkan satu topik pelajaran terintegrasi. Pada bentuk tersebut, biasanya
diawali dengan penjelasan konsep yang dikombinasi dengan simulasi. Pada tahap akhir
diberikan sejumlah pertanyaan terkait.
Teknologi Produksi Materi Ajar Elektronik
Sejak awal ditemukannya teknologi komputer, para pendidik sudah meyakini bahwa
komputer sangat potensial untuk dimanfaatkan dalam bidang pendidikan. Keyakinan ini
dibuktikan dengan berkembangnya produk-produk teknologi komputer untuk bidang
pendidikan. Perkembangan tersebut digambarkan sebagai berikut [ADL,2001]:
Pada tahap awal, pengembangan materi ajar menggunakan pendekatan Computer-Based
Instruction (CBI). Tahapan belajar dipandu secara instruksional melalui program yang
dirancang khusus pada media mainframe dengan menggunakan bahasa mesin. Dengan
perkembangan teknologi komputer, CBI mulai dimanfaatkan pada mesin-mesin
minicomputer, workstation sampai ke PC. Pergeseran ini mengurangi biaya
pengembangan materi ajar.
Pada tahap berikutnya sekitar tahun 1960-an, dikembangkan pendekatan baru yang lebih
menitikberatkan proses pembelajaran berbasis komputer yang berorientasi pada struktur
informasi untuk merepresentasi cara belajar manusia. Pendekatan ini disebut Intelligent Tutoring System (ITS). Pendekatan ini di tahap awal tidak berkembang dengan baik karena beberapa sebab. Pertama, ilmu pengetahuan tentang kognisi manusia masih relatif belum matang sejalan dengan tahap awal ilmu komputer. Kedua, pemodelan yang kompleks dan sistem berbasis aturan ternyata membutuhkan computing power yang
tinggi yang belum available saat itu.
Kedua pendekatan tersebut di atas berkembang sejalan dengan semakin matangnya
teknologi komputasi. Di tahun 1980-an, teknologi CBI lebih menitikberatkan pada
penyempurnaan instruksional komputer menjadi bentuk template yang menghindarkan
perancang materi ajar dari kerumitan pemrograman komputer. Pendekatan ini
menggabungkan isi dan kendali ke dalam satu bundel untuk memperoleh materi ajar yang
diharapkan. Sedangkan kelompok kedua terus mengembangkan pendekatan Intelligent
Tutoring System (ITS) yang memisahkan materi ajar dengan kendalinya. Konsep ini
memungkinkan materi ajar dikomposisi secara fleksibel untuk mencapai sasaran belajar
yang diharapkan.
Perkembangan teknologi internet di tahun 1990-an telah mengubah banyak kedua
pendekatan di atas. Internet memungkinkan diaksesnya beragam informasi dengan mudah
dengan memanfaatkan struktur komunikasi yang dibangun pada common standard.
Materi ajar berbasis web adalah antitesis dari pendekatan CBI karena materi ajar tersebut bebas platform dan dapat disimpan pada remote-server. Generasi berikutnya dari materi ajar berbasis web ini mulai memisahkan secara jelas isi (content) dengan kendali (control). Pada konteks ini, konsep reusable, sharable learning object dan adaptive learning strategy menjadi acuan bagi pengembangan materi ajar elektronik.
Pada saat ini telah banyak berkembang perangkat lunak yang dapat digunakan untuk
mengembangkan materi ajar elektronik, baik dengan pendekatan CBI atau pun ITS. Di
bawah ini diberikan beberapa tool yang banyak dijumpai di pasaran.
Tabel 2. Tool pengembangan materi ajar elektoronik
Perkembangan selanjutnya dari e-learning adalah pemanfaatan materi ajar elektronik
pada satu lingkungan belajar yang memungkinkan diadministrasikannya proses belajar,
catatan aktifitas belajar siswa serta penilaiannya. Konsep ini membawa lebih dari sekedar belajar menggunakan VCD atau CD Interaktif secara mandiri. Proses belajar e-learning harus dieksekusi pada lingkungan belajar yang lebih luas yang diselenggarakan di sekolah.
Produksi Materi Ajar Elektronik di Indonesia
Materi ajar elektronik yang saat ini beredar di Indonesia kebanyakan berasal dari luar negeri. Meskipun demikian, terdapat sejumlah kecil perusahaan yang telah memproduksi materi ajar elektronik seperti Pustekom dari Depdiknas (dalam bentuk VCD), atau program monolitik keluaran ElexMedia untuk berbagai bidang studi dan juga versi interaktif buatan software house lokal lainnya. Meskipun perkembangannya sangat
lambat, upaya untuk memproduksi materi ajar elektronik tetap dilakukan.. Kelambatan
ini tidak bisa dilepaskan oleh kondisi global industri software di Indonesia yang masih belum banyak menaruh perhatian secara serius pada pengembangan perangkat lunak
pendidikan.
Asosiasi Perangkat Lunak Indonesia (ASPILUKI) yang merupakan asosiasi perusahaan
software house mencatat data sekitar 60-an perusahaan software house di Indonesia,
termasuk di dalamnya software house asing [Warta,2002]. Penyebaran lokasi software
house meluas pada kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Batam dan Bali.
Di Bandung ada sekitar 50-an software house yang diharapkan menjadi cikal bakal
pembentukan Bandung High Tech Valley (BHTV).
Software merupakan salah satu bagian kecil dari pasar di bidang teknologi informasi
yang meliputi hardware, software, services (after sales and implementation) dan
consultation. Pasar software sendiri terbagi lagi menjadi operating system, database dan aplikasi. Pada kategori aplikasi, terdapat banyak penerapan, termasuk salah satunya materi ajar elektronik pada bidang pendidikan. Berdasarkan data yang dikumpulkan [Warta, 2002] dari 60 software house lokal, pada umumnya memusatkan layanannya pada aplikasi bisnis dan hanya satu software house yang fokus pada bidang pendidikan.
Peta ini tentunya menjelaskan kondisi yang dipaparkan di atas tentang lambatnya
perkembangan produksi materi ajar di Indonesia. Pada kondisi ini, muncul pertanyaan,
apakah mungkin bagi kita untuk memproduksi materi ajar secara industrial ?
Berdasarkan kategori teknologi yang digunakan, materi ajar elektronik di Indonesia
masih banyak dikembangkan dengan pendekatan Computer-Based Instruction (CBI).
Dengan pendekatan tersebut, materi ajar berikut kendalinya (learning sequence) dibundel menjadi satu kesatuan yang dijalankan melalui CD ataupun diinstal pada hard disk. Pada satu sisi pendekatan ini memungkinkan siswa belajar secara mandiri tanpa harus tersambung ke jaringan komputer. Di sisi lain, pendekatan ini tidak memungkinkan materi ajar di-dekomposisi dan kemudian di-komposisi ulang menjadi materi lain.
Sebagai akibatnya, materi ajar tersebut sangat vendor oriented dan tidak dapat
dikombinasikan dengan materi ajar dari vendor lain. Problem ini harus dipecahkan untuk dapat mencapai kondisi ideal jika ingin memproduksi materi ajar secara industrial. Menggunakan pendekatan teknologi yang sesuai dan pendefinisian standar materi ajar menjadi keharusan bagi Indonesia jika ingin mencapai kondisi ideal tersebut.
Anatomi Lingkungan Materi Ajar
Lingkungan materi ajar yang digunakan oleh siswa, sebenarnya dikomposisi oleh banyak
komponen. Pada pendekatan CBI, semua komponen tersebut dibundel menjadi satu.
Sedangkan pada pendekatan ITS, komponen-komponen tersebut dipisahkan sehingga
memudahkan dalam pemanfaatan kembali materi ajar untuk tujuan dan sasaran
pengajaran yang berbeda. Berdasar pada pendekatan ITS, lingkungan belajar e-learning
dibangun oleh komponen-komponen lingkungan materi ajar sebagai berikut.
Kompetensi Pengembang Materi Ajar Elektronik.
Untuk mengembangkan materi ajar (Learning Object), diperlukan sejumlah kompetensi tertentu. Di bawah ini adalah rumusan kompetensi yang dibutuhkan [Training].
• Kemampuan mengembangkan strategi untuk memenuhi kebutuhan belajar
Untuk tiap sasaran belajar yang ditentukan dalam dokumen desain, tentukan apakah
proses belajar melibatkan domain yang ada (kognitif, afektif dan psikomotorik).
Tentukan pula strategi yang sesuai untuk tiap domain belajar yang terkait.
• Kemampuan menyiapkan dokumen desain
Sebagai hasil konsultasi dengan ahli di bidang terkait, instruktur elektronik, spesialis media atau spesialis teknis, siapkan dokumen yang mengandung detil informasi analisis peserta didik, sasaran belajar, strategi belajar, metode dan media yang digunakan, prasyarat e-tutoring, kebutuhan perangkat keras dan perangkat lunak serta aspek administratif yang diperlukan dalam proses belajar.
• Kemampuan mengembangkan spesifikasi teknis
Bersama dengan spesialis teknis, perlu dikembangkan karakteristik teknis materi ajar
sehingga memenuhi persyaratan pemakaian hardware dan software yang digunakan.
Termasuk didalamnya seperti penentuan sisten operasi, browser, resolusi layar, warna
yang digunakan, tool pemrograman, basis data, authoring tool, dan interoperabilitas
dengan produk yang sudah ada.
• Kemampuan menyiapkan materi ajar
Menyiapkan materi ajar yang sesuai dengan target peserta, merancang tes, simulasi
atau penugasan yang diperlukan untuk meyakinkan materi dapat diterima dengan
baik.
• Kemampuan mengembangkan antar muka dengan user
Antar muka perlu dikembangkan dengan baik sehingga mudah dibaca dan dipahami,
layout yang konsisten dengan sistem navigasi yang baik yang memudahkan pemakai
berpindah dari satu topik ke topik lain.
• Kemampuan menyiapkan elemen-elemen media yang digunakan
Menyiapkan elemen media yang digunakan dan memastikan elemen tersebut bekerja
dengan baik.
• Kemampuan mengintegrasikan semua komponen materi ajar
Semua komponen materi ajar harus dapat diintegrasikan melalui penggunaan tool
tertentu. Komponen tersebut dapat berupa teks, suara, video dan modul program yang
menyertainya.
• Kemampuan memahami prinsip dasar e-learning
Pemahaman yang baik tentang e-learning, internet, proses belajar orang dewasa (adult
learning), fase pengembangan proyek e-learning dan peran masing-masing pihak
dalam proyek pengembangan materi ajar.
• Kemampuan mengembangkan strategi belajar secara menyeluruh
Mengembangkan strategi belajar secara menyeluruh dengan memperhatikan sasaran
belajar, karakteristik peserta belajar dan prinsip pengajaran orang dewasa. Jika
memungkinkan, kembangkan materi ajar yang reusable sehingga dapat dikomposisi
ulang untuk membangun materi ajar lain. Tentukan juga kombinasi metode belajar
(studi mandiri, game, simulasi, tes, riset web, aktifitas off-line, penugasan, kerja sama kelompok dan dukungan instruktur). Tentukan media yang digunakan untuk materi
ajar (teks, audio, animasi, video, dsb) yang diperlukan. Di samping itu juga perlu
ditentukan perangkat lunak dan perangkat keras yang nantinya akan dipakai.
Kompetensi di atas lebih banyak merujuk pada kemampuan untuk memproduksi learning
object. Pada konteks ini, persinggungan antara engineer teknologi informasi dengan
subject master harus dilakukan untuk mendapatkan gambaran yang utuh tentang
bagaimana sasaran belajar berserta metode ditetapkan untuk kebutuhan tertentu. Dengan
cara kolaborasi, produksi materi ajar akan memberikan hasil yang lebih bermakna.
Planetary (Art Hobson)
How do we know that Earth is round? Science is based on
observable evidence. So scientists are always skeptical, always asking, "How do we know?" We will frequently ask this question.
How do we know that Earth is spherical rather than flat? The evidence is fairly direct today (Figure 1.7), but what evidence might the ancient Greeks have had? Take a minute, to think about this.
(This is a minute, for thinking.)
The Greek philosopher Aristotle, living two centuries after Pythagoras, stressed the importance of evidence. He gave many good observational reasons to believe that Earth is spherical rather than flat. For one thing, ships sink little by little below the horizon as they go out to sea (Figure 1.8). For a second thing, Greek travelers reported that in northern lands, the noontime sun is lower in the sky. For a third, the shadow cast by Earth on the moon, as observed during an eclipse of the moon, is the shape that would be expected if both Earth and the moon were spherical. -0
But there was a problem. Because the spheres rotated uniformly, the transparent spheres theory predicted that each planet moved at a uniform rate around Earth. But careful observation showed that they do not. Instead, their rate of rotation, as seen from Earth, changes. Figure 1.9 diagrams this effect for a single planet such as Mars. The diagram is drawn relative to the background stars, and so it does not show the nightly rotation of Mars and the stars. Relative to the stars, Mars generally moves from west to east, but at a variable rate. Occasionally, Mars even changes directions and moves east to west relative to the stars, a phenomenon known as retrograde motion.
The Greek philosopher Plato, convinced that an elegant mathematical reality lay behind the heavenly motions, challenged his students with the problem of finding a geometric scheme that would explain the observed motions. They constructed a theory similar to Pythagoras's but far more elaborate, involving multiple transparent spheres for each planet.
One Greek thinker, Aristarchus, proposed that the sun and not Earth was at rest at the center of the universe, that Earth and the five planets circled the sun, and that Earth spun on its axis. It was a radical idea, and few astronomers took it seriously because it seemed absurd for several reasons: Earth seems nothing like the heavens, so how could Earth be a planet like the heavenly planets? It seems
absurd to believe that Earth moves. It's too big! What immense force could be pushing it to keep it moving? If it does move, it seems that objects such as birds and clouds that are not attached to the ground should be left behind. If Earth spins on its axis, objects should be hurled off, just as a stone is hurled from a rotating sling. These things were not observed, and so for reasons that made sense at the time, Greeks rejected Aristarchus's theory. It would be 2000 years before a sun-centered theory would again be considered.
Another problem arose. The Greeks noticed that during a planet's retrograde motion, it appeared brighter than at other times, as though it were closer to Earth during this time. Yet Plato's theory, with each planet on an Earth-centered sphere, implied that each planet maintained a fixed distance from Earth.
To explain the varying brightness of the planets, the Greeks tried something rather different. Instead of moving on multiple spheres, each planet now moved around Earth in a circle within a circle. As shown in Figure 1.10, a planet such as Mars moved uniformly around a circle whose center was on another circle that was centered on Earth. The small outer circle was called the planet's "epicycle," and the inner circle centered on Earth was called the planet's "deferent." The center of the epicycle moved uniformly along the deferent, so that Mars moved in two circles at the same time. This produced a loop-the-loop orbit for each planet (Figure 1.10). In agreement with observation, the theory predicted that there would be occasional periods of retrograde motion (on the inside of the loops) and that the planet would be closest to Earth during retrograde motion and so should appear brightest. It was a satisfying picture, and it explained the observations. It was a good theory.
Figure 1.11 pictures this theory, greatly simplified. This theory was finally refined and summarized around A.D. 100 by Ptolemy, antiquity's greatest astronomer (Figure 1.12). In order to agree with the known observations, Ptolemy introduced two new ideas: the displacement or "eccentricity" of the centers and
the "equant point" from which the motion appears uniform. s The details of these are not crucial here. To agree with the observations, each planet needed lots of epicycles-more than 80. T'hirteenth-century Spanish King Alfonso X commented that "if the Lord Almighty had consulted me before embarking upon the creation, I should have recommended something simpler."
observable evidence. So scientists are always skeptical, always asking, "How do we know?" We will frequently ask this question.
How do we know that Earth is spherical rather than flat? The evidence is fairly direct today (Figure 1.7), but what evidence might the ancient Greeks have had? Take a minute, to think about this.
(This is a minute, for thinking.)
The Greek philosopher Aristotle, living two centuries after Pythagoras, stressed the importance of evidence. He gave many good observational reasons to believe that Earth is spherical rather than flat. For one thing, ships sink little by little below the horizon as they go out to sea (Figure 1.8). For a second thing, Greek travelers reported that in northern lands, the noontime sun is lower in the sky. For a third, the shadow cast by Earth on the moon, as observed during an eclipse of the moon, is the shape that would be expected if both Earth and the moon were spherical. -0
But there was a problem. Because the spheres rotated uniformly, the transparent spheres theory predicted that each planet moved at a uniform rate around Earth. But careful observation showed that they do not. Instead, their rate of rotation, as seen from Earth, changes. Figure 1.9 diagrams this effect for a single planet such as Mars. The diagram is drawn relative to the background stars, and so it does not show the nightly rotation of Mars and the stars. Relative to the stars, Mars generally moves from west to east, but at a variable rate. Occasionally, Mars even changes directions and moves east to west relative to the stars, a phenomenon known as retrograde motion.
The Greek philosopher Plato, convinced that an elegant mathematical reality lay behind the heavenly motions, challenged his students with the problem of finding a geometric scheme that would explain the observed motions. They constructed a theory similar to Pythagoras's but far more elaborate, involving multiple transparent spheres for each planet.
One Greek thinker, Aristarchus, proposed that the sun and not Earth was at rest at the center of the universe, that Earth and the five planets circled the sun, and that Earth spun on its axis. It was a radical idea, and few astronomers took it seriously because it seemed absurd for several reasons: Earth seems nothing like the heavens, so how could Earth be a planet like the heavenly planets? It seems
absurd to believe that Earth moves. It's too big! What immense force could be pushing it to keep it moving? If it does move, it seems that objects such as birds and clouds that are not attached to the ground should be left behind. If Earth spins on its axis, objects should be hurled off, just as a stone is hurled from a rotating sling. These things were not observed, and so for reasons that made sense at the time, Greeks rejected Aristarchus's theory. It would be 2000 years before a sun-centered theory would again be considered.
Another problem arose. The Greeks noticed that during a planet's retrograde motion, it appeared brighter than at other times, as though it were closer to Earth during this time. Yet Plato's theory, with each planet on an Earth-centered sphere, implied that each planet maintained a fixed distance from Earth.
To explain the varying brightness of the planets, the Greeks tried something rather different. Instead of moving on multiple spheres, each planet now moved around Earth in a circle within a circle. As shown in Figure 1.10, a planet such as Mars moved uniformly around a circle whose center was on another circle that was centered on Earth. The small outer circle was called the planet's "epicycle," and the inner circle centered on Earth was called the planet's "deferent." The center of the epicycle moved uniformly along the deferent, so that Mars moved in two circles at the same time. This produced a loop-the-loop orbit for each planet (Figure 1.10). In agreement with observation, the theory predicted that there would be occasional periods of retrograde motion (on the inside of the loops) and that the planet would be closest to Earth during retrograde motion and so should appear brightest. It was a satisfying picture, and it explained the observations. It was a good theory.
Figure 1.11 pictures this theory, greatly simplified. This theory was finally refined and summarized around A.D. 100 by Ptolemy, antiquity's greatest astronomer (Figure 1.12). In order to agree with the known observations, Ptolemy introduced two new ideas: the displacement or "eccentricity" of the centers and
the "equant point" from which the motion appears uniform. s The details of these are not crucial here. To agree with the observations, each planet needed lots of epicycles-more than 80. T'hirteenth-century Spanish King Alfonso X commented that "if the Lord Almighty had consulted me before embarking upon the creation, I should have recommended something simpler."
RAMBU-RAMBU PENYUSUNAN PROPOSAL
PROPOSAL PENELlTIAN KUANTlTATlF
FORMAT UMUM
PERUMUSAN MASALAH YANG AKAN DITELITI (JUDUL PROPOSAL)
A. PENDAHULUAN
B. MASALAH UMUM YANG AKAN DITELITI
1. Masalah khusus: submasalah
Pertanyaan penelitian
dan/atau Hipotesis Penelitian
2. Tujuan Penelitlan
3. Manfaat penelitian
C. KAJIAN PUSTAKA
D. Metodologi Penelitian
1. Metode dan desain penelitian
2. Subjek penelitian
3. Instrumen penelitian
4. Prosedur penelitian
5. Analisis data dan penyajiannya
6. Keterbatasan penelitian
7. Alur penelitian (gambar)
E. Jadwal pelaksanaan
F. DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RAMBU-RAMBU PROPOSAL PENELITIAN KUANTITATIF
PERUMUSAN MASALAH YANG AKAN DITELITI (JUDUL PROPOSAL)
Rumuskan masalah secara jelas, terfokus pada apa yang akan diteliti, sehingga orang lain dapat memahami arah penelitian berdasarkan judulnya.
PENDAHULUAN
Kemukakan latar belakang dari masalah yang akan diteliti secara jelas dan terarah. Jangan terlalu luas, tetapi fokuskan pada area dan hal-hal yang berkaitan dengan "apa", dan "mengapa" masalah pendidikan tersebut perlu diteliti.
MASALAH UMUM YANG AKAN DITELITI
Perumusan masalah umum, ada baiknya dalam bentuk pertanyaan. Agar masalah ini dapat dipahami dengan baik dan memudahkan peneliti untuk menentukan arah penelitian, maka masalah umum dijabarkan menjadi masalah khusus (submasalah) berupa pertanyaan penelitian. Pertanyaan penelitian dapat digunakan untuk penelitian survey, deskriptif, penelitian eksperimental dan non eksperimental.
Hipotesis penelitian juga dapat digunakan untuk rancangan penelitian eksperimental maupun non eksperimental. Hipotesis harus jelas dan menunjukkan sifat empiris penelitian, sesuaikan dengan rancangan penelitian. Peneliti sebaiknya menentukan batasan masalah yang akan diteliti, dan definisi operasional variabel yang akan diteliti.
Tujuan Penelitian: sesuaikan dengan masalah penelitian
Manfaat penelitian; merupakan penjelasan tentang pentingnya penelitian bagi
(1) perkembangan keilmuan (2) implikasinya terhadap praksis pendidikan atau penelitian selanjutnya.
KAJIAN PUSTAKA
Menyajikan segala sesuatu yang perlu diketahui tentang masalah yang akan diteliti dari sudut pandang teoretis dan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Kajian pustaka juga memuat kesimpulan dari landasan teori berdasarkan wawasan peneliti yang menengarai adanya kesenjangan antara teori dengan kondisi dilapangan.
METODOLOGI PENELITIAN
Desain dan metodologi dalam penelitian kuantitatif juga meliputi subjek penelitian dan cara pengambilan sampelnya, penjelasan tentang instrumen yang digunakan, prosedur pengumpulan data, analisis data dan penyajian data,serta keterbatasan rancangan
Subjek penelitian diidentifikasi melalui populasi yang sesuai, bagaimana penarikan sampel dari populasi , ukuran sampel, dan rasional penarikan sampel tersebut. Sampel perlu dilindungi kerahasiaannya.
Instrumen penelitian disesuaikan dengan hipotesis atau pertanyaan penelitian dan variabel penelitian. Instrumen perlu diuji validitas dan reliabilitasnya.
Prosedur penelitian merupakan bagian yang menjelaskan bagaimana langkah-langkah penelitian dan hubungannya dengan variabel yang akan diteliti.
Analisis data dan penyajian data menunjukkan bagaimana penggunaan teknik statistika dalam penelitian serta penafsirannya, pengujian hipotesis, pemilihan rumus yang tepat untuk uji hipotesis dan penarikan kesimpulannya.
JADWAL PELAKSANAAN Dibuat dalam bentuk tabel
DAFTAR PUSTAKA
Merupakan daftar referensi yang digunakan oleh peneliti sebagai landasan teori dari masalah yang diteliti, baik dari buku teks, jurnal, internet yang sungguh-sungguh digunakan untuk kajian pustaka (bukan sekedar ditampilkan sebagai daftar buku)
LAMPIRAN
Merupakan bahan suplemen yang melengkapi proposal, misalnya: Silabus dan Rencana pembelajaran
Instrument dan angket
Surat izin penelitian dll.
PROPOSAL PENELITIAN KUALITATtF
FORMAT UMUM
PERUMUSAN MASALAH YANG AKAN DITELITI (JUDUL PROPOSAL)
A. PENDAHULUAN
B. REVIEW STUDI PENDAHULUAN
C. MASALAH YANG AKAN DIHADAPI (foreshadowed problem)
D. MANFAAT PENELITIAN
E. DESAIN DAN METODOLOGI PENELITIAN
1. Pemilihan jejaring sosial atau situs (lokasi penelitian
2. Peran penelitian
3. Strategi pengambilan sample yang diperlukan
4. Stategi Pengumpulan Data
5. Analisis Data Induktif
6. Keterbatasan Desain
F. DAFTAR PUSTAKA
G. LAMPIRAN
RAMBU-RAMBU PROPOSAL KUALITATIF
PENDAHULUAN
Pendahuluan memuat rumusan masalah umum, kajian pustaka, masalah yang akan dihadapi, dan signifikansi masalah yang akan diteliti a. Rumusan masalah umum
a. Rumuskan masalah secara jelas sehingga pembaca atau penilai memahami pentingnya masalah dan area pendidikan yang akan diteliti. Rumusan masalah dipaparkan di bagian awal dari pendahuluan yang kemudian diikuti dengan deskripsi latar belakang masalah. Rumusan masalah dirumuskan dalam bentuk frase seperti "mendeskripsikan dan menganalisis..." masalah yang akan diteliti agar arah penelitian menjadi jelas
b. Review studi pendahuluan menyajikan kerangka konseptual awal dari penelitian yang menggambarkan kesenjangan keilmuan. Review ini merupakan kajian pustaka dalam bidang akademis- sosiologis, psikologis, antropologis, atau politik yang relevan secara akademis. Kajian pustaka singkat dan mencerminkan penelitian, dan akan dikaji secara yang lebih mendalam melalui prosedur kualitatif.
c. Masalah yang akan dihadapi (foreshadowed problem) dinyatakan sebagai gambaran umum, antisipasi terhadap reformulasi pertanyaan penelitian, situs atau partisipan yang diperoleh secara tentatif atau formal untuk melakukan penelitian. Dengan kata lain peneliti telah memperoleh informasi awal.
MANFAAT PENELITIAN
Dideskripsikan sejauhmana penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk (1) perkembangan keilmuan (2) implikasi penelitian selanjutnya dan praksis pendidikan. Penelitian kualitatif dapat mengembangkan keilmuan karena menyajikan secara rina deskripsi dan peristiwa alamiah yang tidak terdeskripsi dalam kajian pustaka.. Di samping itu, penelitian kualitatif dapat mengembangkan konsep dan eksplanasi teoretis berdasarkan pengamatan yang rinci.
DESAIN DAN METODOLOGI
Dalam proposal kualitatif, pedu dijelaskan mengenai situs-situs atau jejaring sosial yang dipilih, strategi pengumpulan data, analisis data secara induktif dan keterbatasan desain.
a. Situs yang dipilih, menggambarkan kemungkinan untuk menginvestigasi fenomena dan proses masalah yang akan dihadapi. Karakteristik situs perlu digambarkan agar dapat diperoleh gambaran tentang pembelajaran atau kelas, kondisi sosial setempat, aktivitas khusus, proses, partisipan dsb.
b. Jejaring sosial yang dipilih dideskripsikan sebagai pertimbangan untuk memperoleh gambaran tentang masalah yang akan dihadapi, misalnya asosiasi profesi atau orangtua siswa yang akan menunjang oenelitian. kelompok siswa; dan funasi masinn-masing kelompok dalampenelitian
c. Strategi penentuan sampel penelitian, harus ditentukan dalam proposal. Sampel kecil tetapi dapat dijasikan kasus individual, social atau proses.
d. Strategi pengumpulan data. Meskipun pengumpulan data secara spesifik dapat muncul di lapangan, namun peneliti perlu menampilkan berbagai metode, seperti participant observation, interview secara mendalam, dan artefak yang diharapkan dapat ditemukan di lapangan.
e. Analisis data secara induktif. Strategi untuk memfasilitasi temuan di lapangan melaiui analisis yang rinci, koding topik-topik khusus, pengembangan kategori, teknik penemuan pola yang bermanfaat untuk penelitian. Bila memungkinkan, peneliti dapat menggunakan software programs untuk mengelola data.
f. Keterbatasan desain. Sama dengan penelitian kuantitatif, keterbatasan situs, ruang lingkup penelitian, fokus penelitian, dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Ø Surat izin penelitian
Ø Kerahasiaan partisipan
Ø Aturan protokoler dalam jejaring penelitian
Ø Catatan lapangan singkat, simpulan pengamatan, wawancara, dan transkrip
Ø Deskripsi partisipan yang menjadi sampel penelitian
Ø Transkrip
Ø Jadwal penelitian dll
Pasal 4
Proposal Penelitian
I . Setelah judul penelitian disetujui oleh Ketua Program Studi/Jurusan, mahasiswa menyusun proposal penelitian dibawah bimbingan dosen pembimbing.
2. Setelah proposal penelitian disetujui oleh pembimbing, mahasiswa melaksanakan penelitian.
3. Setelah menyelesaikan penelitian, selanjutnya mahasiswa melaporkan dalam bentuk tulisan yang berupa skripsi.
4. Proposal penelitian skripsi kuantitatif sekurang-kurangnya memuat :
A. Judul
B. Latar belakang masalah
C. Rumusan masalah
D. Tujuan Penelitian
E. Kajian Pustaka
F. Rumusan Hipotesis
G. Metode Penelitian
1. Variabel dan Inclikator
2. Teknik Pengambilan Sampel
3. Teknik Pengumpulan Data
4. Teknik Analisis Data
H. Sistematika
I. Daftar Pustaka
5. Proposal penelitian skripsi kualitatif sekurang-kurangnya memuat :
A. Judul
B. Latar belakang masalah
C. Rumusan masalah
D. Tujuan Penelitian
E. Kajian Pustaka
F. Metode Penelitian
1. Fokus Penelitian
2. Pendekatan Penelitian
3. Teknik Pengumpulan Data
4. Teknik Analisis Data
G. Sistematika
H. Daftar Pustaka
BAB III
BIDANG KAJIAN SKRIPSI
Pasal 5
Ruang Lingkup dan Bentuk Kajian Skripsi
1. Tema skripsi diangkat dari permasalahan yang relevan dengan kompetensi program studi/jurusan mahasiswa;
Z. Bentuk kajian skripsi antara lain berupa: (1) Survei, (2) Eksperimen, (3) Penelitian Teoritik/Kepustakaan, (4) Analisis Isi (content analysis), (5) Expost Facto, (6) Penelitian Historis, (7) Penelitian Tindakan (action research) balk dalam proses belajar mengajar di kelas maupun intervensi kelembagaan dalam bentuk proyek, dan (8) Penelitian lainnya yang mengacu pada epistemologi keilmuan.
FORMAT UMUM
PERUMUSAN MASALAH YANG AKAN DITELITI (JUDUL PROPOSAL)
A. PENDAHULUAN
B. MASALAH UMUM YANG AKAN DITELITI
1. Masalah khusus: submasalah
Pertanyaan penelitian
dan/atau Hipotesis Penelitian
2. Tujuan Penelitlan
3. Manfaat penelitian
C. KAJIAN PUSTAKA
D. Metodologi Penelitian
1. Metode dan desain penelitian
2. Subjek penelitian
3. Instrumen penelitian
4. Prosedur penelitian
5. Analisis data dan penyajiannya
6. Keterbatasan penelitian
7. Alur penelitian (gambar)
E. Jadwal pelaksanaan
F. DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RAMBU-RAMBU PROPOSAL PENELITIAN KUANTITATIF
PERUMUSAN MASALAH YANG AKAN DITELITI (JUDUL PROPOSAL)
Rumuskan masalah secara jelas, terfokus pada apa yang akan diteliti, sehingga orang lain dapat memahami arah penelitian berdasarkan judulnya.
PENDAHULUAN
Kemukakan latar belakang dari masalah yang akan diteliti secara jelas dan terarah. Jangan terlalu luas, tetapi fokuskan pada area dan hal-hal yang berkaitan dengan "apa", dan "mengapa" masalah pendidikan tersebut perlu diteliti.
MASALAH UMUM YANG AKAN DITELITI
Perumusan masalah umum, ada baiknya dalam bentuk pertanyaan. Agar masalah ini dapat dipahami dengan baik dan memudahkan peneliti untuk menentukan arah penelitian, maka masalah umum dijabarkan menjadi masalah khusus (submasalah) berupa pertanyaan penelitian. Pertanyaan penelitian dapat digunakan untuk penelitian survey, deskriptif, penelitian eksperimental dan non eksperimental.
Hipotesis penelitian juga dapat digunakan untuk rancangan penelitian eksperimental maupun non eksperimental. Hipotesis harus jelas dan menunjukkan sifat empiris penelitian, sesuaikan dengan rancangan penelitian. Peneliti sebaiknya menentukan batasan masalah yang akan diteliti, dan definisi operasional variabel yang akan diteliti.
Tujuan Penelitian: sesuaikan dengan masalah penelitian
Manfaat penelitian; merupakan penjelasan tentang pentingnya penelitian bagi
(1) perkembangan keilmuan (2) implikasinya terhadap praksis pendidikan atau penelitian selanjutnya.
KAJIAN PUSTAKA
Menyajikan segala sesuatu yang perlu diketahui tentang masalah yang akan diteliti dari sudut pandang teoretis dan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Kajian pustaka juga memuat kesimpulan dari landasan teori berdasarkan wawasan peneliti yang menengarai adanya kesenjangan antara teori dengan kondisi dilapangan.
METODOLOGI PENELITIAN
Desain dan metodologi dalam penelitian kuantitatif juga meliputi subjek penelitian dan cara pengambilan sampelnya, penjelasan tentang instrumen yang digunakan, prosedur pengumpulan data, analisis data dan penyajian data,serta keterbatasan rancangan
Subjek penelitian diidentifikasi melalui populasi yang sesuai, bagaimana penarikan sampel dari populasi , ukuran sampel, dan rasional penarikan sampel tersebut. Sampel perlu dilindungi kerahasiaannya.
Instrumen penelitian disesuaikan dengan hipotesis atau pertanyaan penelitian dan variabel penelitian. Instrumen perlu diuji validitas dan reliabilitasnya.
Prosedur penelitian merupakan bagian yang menjelaskan bagaimana langkah-langkah penelitian dan hubungannya dengan variabel yang akan diteliti.
Analisis data dan penyajian data menunjukkan bagaimana penggunaan teknik statistika dalam penelitian serta penafsirannya, pengujian hipotesis, pemilihan rumus yang tepat untuk uji hipotesis dan penarikan kesimpulannya.
JADWAL PELAKSANAAN Dibuat dalam bentuk tabel
DAFTAR PUSTAKA
Merupakan daftar referensi yang digunakan oleh peneliti sebagai landasan teori dari masalah yang diteliti, baik dari buku teks, jurnal, internet yang sungguh-sungguh digunakan untuk kajian pustaka (bukan sekedar ditampilkan sebagai daftar buku)
LAMPIRAN
Merupakan bahan suplemen yang melengkapi proposal, misalnya: Silabus dan Rencana pembelajaran
Instrument dan angket
Surat izin penelitian dll.
PROPOSAL PENELITIAN KUALITATtF
FORMAT UMUM
PERUMUSAN MASALAH YANG AKAN DITELITI (JUDUL PROPOSAL)
A. PENDAHULUAN
B. REVIEW STUDI PENDAHULUAN
C. MASALAH YANG AKAN DIHADAPI (foreshadowed problem)
D. MANFAAT PENELITIAN
E. DESAIN DAN METODOLOGI PENELITIAN
1. Pemilihan jejaring sosial atau situs (lokasi penelitian
2. Peran penelitian
3. Strategi pengambilan sample yang diperlukan
4. Stategi Pengumpulan Data
5. Analisis Data Induktif
6. Keterbatasan Desain
F. DAFTAR PUSTAKA
G. LAMPIRAN
RAMBU-RAMBU PROPOSAL KUALITATIF
PENDAHULUAN
Pendahuluan memuat rumusan masalah umum, kajian pustaka, masalah yang akan dihadapi, dan signifikansi masalah yang akan diteliti a. Rumusan masalah umum
a. Rumuskan masalah secara jelas sehingga pembaca atau penilai memahami pentingnya masalah dan area pendidikan yang akan diteliti. Rumusan masalah dipaparkan di bagian awal dari pendahuluan yang kemudian diikuti dengan deskripsi latar belakang masalah. Rumusan masalah dirumuskan dalam bentuk frase seperti "mendeskripsikan dan menganalisis..." masalah yang akan diteliti agar arah penelitian menjadi jelas
b. Review studi pendahuluan menyajikan kerangka konseptual awal dari penelitian yang menggambarkan kesenjangan keilmuan. Review ini merupakan kajian pustaka dalam bidang akademis- sosiologis, psikologis, antropologis, atau politik yang relevan secara akademis. Kajian pustaka singkat dan mencerminkan penelitian, dan akan dikaji secara yang lebih mendalam melalui prosedur kualitatif.
c. Masalah yang akan dihadapi (foreshadowed problem) dinyatakan sebagai gambaran umum, antisipasi terhadap reformulasi pertanyaan penelitian, situs atau partisipan yang diperoleh secara tentatif atau formal untuk melakukan penelitian. Dengan kata lain peneliti telah memperoleh informasi awal.
MANFAAT PENELITIAN
Dideskripsikan sejauhmana penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk (1) perkembangan keilmuan (2) implikasi penelitian selanjutnya dan praksis pendidikan. Penelitian kualitatif dapat mengembangkan keilmuan karena menyajikan secara rina deskripsi dan peristiwa alamiah yang tidak terdeskripsi dalam kajian pustaka.. Di samping itu, penelitian kualitatif dapat mengembangkan konsep dan eksplanasi teoretis berdasarkan pengamatan yang rinci.
DESAIN DAN METODOLOGI
Dalam proposal kualitatif, pedu dijelaskan mengenai situs-situs atau jejaring sosial yang dipilih, strategi pengumpulan data, analisis data secara induktif dan keterbatasan desain.
a. Situs yang dipilih, menggambarkan kemungkinan untuk menginvestigasi fenomena dan proses masalah yang akan dihadapi. Karakteristik situs perlu digambarkan agar dapat diperoleh gambaran tentang pembelajaran atau kelas, kondisi sosial setempat, aktivitas khusus, proses, partisipan dsb.
b. Jejaring sosial yang dipilih dideskripsikan sebagai pertimbangan untuk memperoleh gambaran tentang masalah yang akan dihadapi, misalnya asosiasi profesi atau orangtua siswa yang akan menunjang oenelitian. kelompok siswa; dan funasi masinn-masing kelompok dalampenelitian
c. Strategi penentuan sampel penelitian, harus ditentukan dalam proposal. Sampel kecil tetapi dapat dijasikan kasus individual, social atau proses.
d. Strategi pengumpulan data. Meskipun pengumpulan data secara spesifik dapat muncul di lapangan, namun peneliti perlu menampilkan berbagai metode, seperti participant observation, interview secara mendalam, dan artefak yang diharapkan dapat ditemukan di lapangan.
e. Analisis data secara induktif. Strategi untuk memfasilitasi temuan di lapangan melaiui analisis yang rinci, koding topik-topik khusus, pengembangan kategori, teknik penemuan pola yang bermanfaat untuk penelitian. Bila memungkinkan, peneliti dapat menggunakan software programs untuk mengelola data.
f. Keterbatasan desain. Sama dengan penelitian kuantitatif, keterbatasan situs, ruang lingkup penelitian, fokus penelitian, dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Ø Surat izin penelitian
Ø Kerahasiaan partisipan
Ø Aturan protokoler dalam jejaring penelitian
Ø Catatan lapangan singkat, simpulan pengamatan, wawancara, dan transkrip
Ø Deskripsi partisipan yang menjadi sampel penelitian
Ø Transkrip
Ø Jadwal penelitian dll
Pasal 4
Proposal Penelitian
I . Setelah judul penelitian disetujui oleh Ketua Program Studi/Jurusan, mahasiswa menyusun proposal penelitian dibawah bimbingan dosen pembimbing.
2. Setelah proposal penelitian disetujui oleh pembimbing, mahasiswa melaksanakan penelitian.
3. Setelah menyelesaikan penelitian, selanjutnya mahasiswa melaporkan dalam bentuk tulisan yang berupa skripsi.
4. Proposal penelitian skripsi kuantitatif sekurang-kurangnya memuat :
A. Judul
B. Latar belakang masalah
C. Rumusan masalah
D. Tujuan Penelitian
E. Kajian Pustaka
F. Rumusan Hipotesis
G. Metode Penelitian
1. Variabel dan Inclikator
2. Teknik Pengambilan Sampel
3. Teknik Pengumpulan Data
4. Teknik Analisis Data
H. Sistematika
I. Daftar Pustaka
5. Proposal penelitian skripsi kualitatif sekurang-kurangnya memuat :
A. Judul
B. Latar belakang masalah
C. Rumusan masalah
D. Tujuan Penelitian
E. Kajian Pustaka
F. Metode Penelitian
1. Fokus Penelitian
2. Pendekatan Penelitian
3. Teknik Pengumpulan Data
4. Teknik Analisis Data
G. Sistematika
H. Daftar Pustaka
BAB III
BIDANG KAJIAN SKRIPSI
Pasal 5
Ruang Lingkup dan Bentuk Kajian Skripsi
1. Tema skripsi diangkat dari permasalahan yang relevan dengan kompetensi program studi/jurusan mahasiswa;
Z. Bentuk kajian skripsi antara lain berupa: (1) Survei, (2) Eksperimen, (3) Penelitian Teoritik/Kepustakaan, (4) Analisis Isi (content analysis), (5) Expost Facto, (6) Penelitian Historis, (7) Penelitian Tindakan (action research) balk dalam proses belajar mengajar di kelas maupun intervensi kelembagaan dalam bentuk proyek, dan (8) Penelitian lainnya yang mengacu pada epistemologi keilmuan.
Langganan:
Postingan (Atom)