tag:blogger.com,1999:blog-67791799640890186462024-03-12T18:23:24.997-07:00Pendidikan SainsHarapan Penulis: Semoga Blog Pendidikan Sains ini membuka cakrawala baru mengenai dunia Pendidikan Sains umumnya dan Pendidikan Fisika khususnya.
"Ilmu tanpa nurani adalah kehampaan,nurani tanpa ilmu adalah keniscayaan yang tak akan terwujud".
"Kecerdasan seseorang bukan diukur hanya dari seberapa hebat dia menguasai ilmu, melainkan lebih pada bagaimana seseorang tersebut dapat memanfaatkan ilmunya"Syamhttp://www.blogger.com/profile/03154960360749382192noreply@blogger.comBlogger82125tag:blogger.com,1999:blog-6779179964089018646.post-45438925640463883652011-02-23T03:03:00.000-08:002011-02-23T03:06:55.174-08:00Individuals cannot do anything to develop societyNowadays, individuals cannot do anything to develop society. The role of administrators and big institutions can change and advance a new development in a civilization. I entirely agree with this statement because a person only encourages himself or herself. On the other hand, governments and huge institutions have a lot of role which change many sectors of people such as politics, economics, social and art.<br />There are several reasons why a group of people are much better than a person in order to boom and change their society. First of all, people cannot life without other people because humans are social creature. They need help somebody when they obtain some problems. For example, they want to go up roof of their house, definitely they need a person who can take and hold the ladder. Furthermore, in politics sector, a governor is not able to struggle inanity without the role of teachers and students in his or her province especially in education atmosphere.<br />Secondly, people only aware to others in their civilization. Awareness is the main factor for people to advance their life and society. Today, awareness decrease sharply due to in fact that civilizes comfort and neglect role of others. Moreover, development in society that is hopped by all of socializes do not happen. For instance, the president hope that he or she plans his or her program to grow national economics, unfortunately the president is not supported by his or her citizens. Indeed, the president hard struggles the poverty in his or her country.<br />Finally, togetherness is the other effects to boom every society much more develop. For example in art case, the artists cannot be proud without the audiences who appreciate their acts. Role of amenity (civilization/society) is very important in developing art aspect because art is one of the vital aspects in educating people in the world. If everyone knows and realizes about art and apply the art in their amenity, she or he will change and advance their socialization to become educated people.<br />In conclusion, role of togetherness, socialize and awareness are extremely needed by civilization to change and boom their amenity to earn or gain a new development. In addition, individuals cannot change anything because people are not able to life in personal mindset and amenity.Syamhttp://www.blogger.com/profile/03154960360749382192noreply@blogger.com5tag:blogger.com,1999:blog-6779179964089018646.post-45529666310607702512011-01-05T15:06:00.000-08:002011-01-05T15:09:35.825-08:00English Training in Bali for writingWriting Practice<br /><br />Exercise 1 (Unit 6)<br />Task 1: Presenting and Comparing Data<br />Guide Practice<br />Look at the following question and table.<br /> <br /> <br />Leisure activities % of age group<br /> 16 - 19 25 - 29 60 – 69<br />Watching TV/video 99 99 99<br />Visiting/Entertaining friends or relations 98 98 95<br />Listening to tapes/CDs 98 93 65<br />Listening to the radio 95 94 83<br />Reading books 63 64 66<br />DIY (Do It Yourself) 25 50 38<br />Gardening 15 35 61<br />Dressmaking/needlework/knitting 9 14 27<br />Source: Social Trends<br /><br /><br /><br /><br />Answering from the data:<br /><br />The table shows the percentages of people taking part in certain leisure activities. According/base on the figure, the single most wanted/prefer/popular leisure activity in the UK is watching television and radio, which has a 99% participant rate across all selections of the population. Visiting friends and relations is almost the same rate, with 95% or more of all age ranges socializing on regular basis.<br />Listening to music is most popular with the two younger each groups, while the figure is approximately one third/30% lower for older people. On the other the other hand, gardening and needlework are more popular with 60-69-year-olds. For example, almost 61%/twice older people enjoy gardening compare with 20-29-year-olds. Finally, it seems that DIY appeals most to people in their twenties.<br />From the information we can see that the figures for the most popular activities are fairly similar across the age groups. However, there are considerable different when we look at the more minority interests.Syamhttp://www.blogger.com/profile/03154960360749382192noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-6779179964089018646.post-59852111132728121332010-10-29T19:36:00.000-07:002010-10-30T00:52:47.402-07:00KEGIATAN EKSPERIMEN FISIKA DASAR I UNTUK MENGEMBANGKAN GENERIC SKILLS CALON GURU FISIKADra. Heni Rusnayati, M.Si. 1, Achmad Samsudin, M.Pd.2<br />1Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI, Bandung, 40154<br />2Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI, Bandung, 40154<br /><br />Email: achmadsamsudin@yahoo.com<br /><br /><br />ABSTRAK<br /><br />Untuk mengetahui profil generic skills calon guru fisika dalam Eksperimen Fisika Dasar I (EFD I), penelitian dilakukan pada kegiatan eksperimen viskositas, Archimedes, dan kalorimeter. Generic skills merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki setiap individu dalam hal ini adalah calon guru fisika. Generic skills yang diamati dan diteliti meliputi kemampuan membuat grafik (MG) dan kemampuan membaca/membuat simbol matematik (MS). Generic skills sangat dibutuhkan bagi calon guru fisika, terutama pada kemampuan membuat grafik dan membaca simbol matematik. Karena hampir semua konsep fisika yang ada, memerlukan analisis menggunakan grafik dan memerlukan simbol matematis dalam menyatakan persamaan fisika. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan subjek penelitian adalah salah satu kelas EFD I di salah satu LPTK Jawa Barat. Data penelitian yang bersifat kualitatif dikumpulkan dan dianalisis dari laporan akhir praktikum mahasiswa, dengan dikuantitaifkan terlebih dahulu menggunakan skala Liekert (1, 2, 3, 4, dan 5). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan membaca simbol matematik sudah cukup baik, sedangkan pada kemampuan membuat grafik masih tergolong sedang. Kesalahan (kelemahan) terbesar dalam kemampuan generik sains calon guru fisika yaitu pada kemampuan membuat grafik khususnya kemampuan membuat batas ujung atas dan bawah grafik. Akibat kesalahan tersebut, analisis data yang dihasilkan dengan grafik manual cenderung jauh lebih kurang teliti dibandingkan dengan analisis menggunakan software Origin 5 atau excel berbantuan komputer. <br /><br />Keywords: Calon Guru Fisika, Generic Skills, dan EFD I.<br /><br /><br />PENDAHULUAN<br /><br />Dalam melakukan kegiatan eksperimen, akan selalu berkaitan dan melibatkan laboratorium. Karena laboratorium merupakan suatu tempat, atau ruangan yang dilengkapi dengan peralatan tertentu untuk melakukan suatu percobaan atau penyelidikan (Margono, 2000). Dalam melakukan kegiatan laboratorium (bereksperimen) bukan hanya kemampuan yang berkaitan dengan keterampilan memanipulasi alat saja yang dilatihkan, tetapi keterampilan dasar mahasiswa juga perlu mendapatkan penekanan. Salah satu keterampilan dasar yang perlu dikembangkan adalah keterampilan generik sains/KGS (Generic Skills). Karena keterampilan generik sains merupakan keterampilan dasar yang harus dimiliki semua orang terutama untuk mahasiswa calon guru fisika. Pada dasarnya, mahasiswa calon guru fisika akan menjumpai banyak tuntutan dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi saat mahasiswa melakukan eksperimen di kelas maupun permasalahan yang akan dihadapi mahasiswa di lapangan (dunia kerja) kelak. <br />Peran keterampilan generik sains dalam pelaksanaan praktikum fisika sangat penting dalam rangka mendukung pembelajaran dan memberikan penekanan pada aspek proses dan produk sains. Hal ini didasarkan pada tujuan pembelajaran fisika sebagai proses yaitu meningkatkan kemampuan berpikir siswa, sehingga siswa tidak hanya mampu dan terampil dalam aspek psikomotorik saja, melainkan juga mampu berpikir sistematis, objektif, dan kreatif dalam segala hal. Untuk memberikan penekanan lebih besar pada aspek proses, siswa perlu diberikan keterampilan seperti mengamati, menggolongkan, mengukur, berkomunikasi, menafsirkan data, dan bereksperimen secara bertahap sesuai dengan tingkat kemampuan berpikir siswa dan materi perkuliahan yang sesuai dengan kurikulum Sumaji (Gunawan et al., 2009). Laboratorium dalam pembelajaran fisika memiliki peranan yang sangat penting. Diantara peran tersebut yaitu: Pertama, sebagai wahana untuk mengembangkan keterampilan dasar (keterampilan generik sains) mengamati atau mengukur dan keterampilan proses lainnya (science process skills) seperti mencatat, membuat tabel, membuat grafik, menganalisis data, menarik kesimpulan, berkomunikasi, dan bekerjasama dalam tim (kelompok). Kedua, laboratorium sebagai wahana untuk membuktikan konsep (verification experiment) atau hukum-hukum alam sehingga dapat lebih memperjelas konsep yang telah dibahas sebelumnya. Ketiga, sebagai wahana mengembangkan keterampilan berpikir melalui proses pemecahan masalah dalam rangka siswa menemukan konsep sendiri (inquiry experiment). Melalui peran ini, laboratorium telah dijadikan wahana untuk learning how to learn Wiyanto (Gunawan et al., 2009); Samsudin, Suyana, dan Suhendi (2009). Selain hal tersebut, menurut Brotosiswoyo (Taufiq & Wiyono, 2009), keterampilan generik sains yang didapat dari proses pembelajaran dimulai dengan pengamatan tentang gejala alam (1) pengamatan (langsung maupun tak langsung), (2) kesadaran akan skala besaran (sense of scale), (3) bahasa simbolik, (4) kerangka logika taat azas (logical self-consistency), (5) inferensi logika, (6) hukum sebab akibat (causality), (7) pemodelan matematik, dan (8) membangun konsep. <br />Berkaitan dengan metode laboratorium ini, maka kegiatan laboratorium dirancang dengan tujuan utamanya yaitu melatih mahasiswa untuk mengembangkan keterampilan dasar dengan salah satunya yaitu keterampilan generik sains mahasiswa calon guru dalam berpraktikum. Keterampilan generik sains mahasiswa dalam proses sains cenderung dan sering kurang mendapatkan perhatian. Contohnya keterampilan dalam membuat grafik, mahasiswa sering mengalami kesulitan yang cukup berarti dan mereka juga belum tahu pasti harus bagaimana membuat grafik dengan tepat. Hal ini dapat terlihat dari hasil laporan eksperimen mahasiswa dalam kegiatan perkuliahan Eksperimen Fisika Dasar I (EFD I). Selain itu, penggunaan simbol matematik dalam menampilkan fenomena fisis juga belum mendapatkan sentuhan yang cukup berarti dari berbagai pihak dosen. Padahal keterampilan generik sains dalam hal menggunakan simbol matematik sangat penting bagi mahasiswa calon guru fisika khususnya. <br />Permasalahan tersebut membutuhkan analisis dan kajian sesuai dengan pengembangan keterampilan generik sains mahasiswa calon guru dalam membuat grafik dan memungkinkan juga mahasiswa untuk menggunakan simbol-simbol matematik dalam kehidupan sehari-harinya sebagai seorang guru fisika kelak. Maka dari itu, peran keterampilan generik sains sangat besar bagi mahasiswa calon guru fisika sebagai bekal kelak di dunia kerja maupun sekolah (kampus). Keterampilan generik sains yang diteliti dalam penelitian ini yaitu pada keterampilan mahasiswa calon guru untuk membuat grafik (MG) hubungan suatu fungsi tertentu dan keterampilan membaca/menuliskan/membuat simbol matematik (MS) dalam manifestasi matematika sebagai bahasa sains khususnya fisika. <br />Dalam artikel ini dipaparkan hasil studi deskriptif kualitatif tentang profil keterampilan generik sains calon guru fisika dalam kegiatan Eksperimen Fisika Dasar I. Studi penelitian deskriptif ini dilakukan di salah satu LPTK Jawa Barat dengan mengambil mata kuliah EFD I khususnya konsep Viskositas, Archimedes, dan Kalorimeter yang menjadi bidang kajian. Ketiga konsep yang dieksperimenkan dalam EFD I merupakan beberapa konsep penting dalam fisika, karena menjadi dasar beberapa konsep lanjutan lainnya. Karena ketiga konsep tersebut merupakan manifestasi dari konsep dalam mata kuliah mekanika dan termodinamika. <br /><br /><br /><br /><br />METODE PENELITIAN<br /><br />Penelitian ini bersifat deskriptif menggunakan metode analisis kuantitatif dari data kualitatif deskriptif terhadap laporan akhir eksperimen mahasiswa dalam kegiatan EFD I tentang identifikasi keterampilan generik sains pada konsep viskositas, Archimedes, dan kalorimeter. Sehingga yang menjadi bahan dasar (data) dalam penelitian ini adalah laporan akhir mahasiswa pada kegiatan EFD I. Sampel penelitian berjumlah 22 mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisika Angkatan 2009 mahasiswa perkuliahan Eksperiemn Fisika Dasar I dengan kode mata kuliah FI 111. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa laporan akhir eksperimen mahasiswa yang terdiri dari bagian: judul, tujuan eksperimen, landasan teori, alat dan bahan, langkah kerja, data, analisis data dan pembahasan, serta kesimpulan. Semua yang terkait dengan ketiga topik ini dianalisis menggunakan skala Liekert (1, 2, 3, 4, dan 5). Cara ini (skala Liekert) digunakan untuk menkuantisasi data-data yang bersifat deskriptif kualitatif menjadi lebih kuantitatif. Sehingga mempermudah dalam menganalisis dan membahas setiap data yang diperoleh. <br />Data diberikan skor 1 sampai dengan 5 yang mengandung arti bahwa: jika data kualitatif diberikan skor 1, maka data tersebut tergolong sangat rendah peran keterampilan generik sains-nya; jika data kualitatif diberikan skor 2, maka data tersebut tergolong rendah KGS-nya; jika data kualitatif diberikan skor 3, maka data tersebut tergolong sedang KGS-nya; jika data kualitatif diberikan skor 4, maka data tersebut tergolong tinggi KGS-nya; jika data kualitatif diberikan skor 5, maka data tersebut tergolong sangat tinggi KGS-nya. Setiap data yang sudah dikuantisasi disajikan dalam bentuk tabel dan grafik untuk mempermudah menganalisisnya tanpa mengurangi nilai-nilai data deskriptif kualitatifnya.<br /><br />HASIL DAN PEMBAHASAN<br /><br />Profil keterampilan generik sains mahasiswa calon guru dapat ditampilkan dalam Gambar 1 di bawah. Menuliskan simbol matematik yang paling tinggi terjadi pada konsep kalorimeter yaitu sebesar 4,76 yang terogolong peran KGS sangat tinggi. Berurutan kemudian yaitu viscositas 4,68 yang tergolong peran KGS sangat tinggi dan archimedes 4,55 yang tergolong peran KGS sangat tinggi. Pada KGS untuk keterampilan membuat grafik, paling tinggi yaitu viscositas 2,47 yang tergolong peran KGS sedang. Pada konsep archimedes mencapai skor 2,05 yang tergolong dalam peran KGS sedang. Sedangkan pada konsep kalorimeter, dalam menganalisis datanya tidak menggunakan grafik, sehingga melatihkan keterampilan generik sains dalam membuat grafik belum teramati. <br />Secara jelas, gambaran data yang terlihat menunjukkan keterampilan generik sains dalam menuliskan simbol matematik berada pada kategori yang sangat tinggi dibandingkan dengan keterampilan generik sains dalam membuat grafik berada pada kategori sedang untuk setiap konsep. Hal ini terjadi lebih dikarenakan mahasiswa calon guru sudah cukup terlatih dengan penggunaan simbol matematik sebagai penggambaran arti fisis suatu konsep fisika. Sedangkan keterampilan membuat grafik masih sangat jarang terlihat dan dilatihkan kepada masiswa untuk mata kuliah yang terkait. Sehingga profil keterampilan menuliskan simbol matematis sangat tinggi capaiannya dibandingkan dengan keterampilan membuat grafik. Selain hal tersebut, membuat grafik memerlukan keterampilan yang lebih komplek dibandingkan dengan hanya sekedar menuliskan simbol matematik, seperti halnya saat memberikan garis utama pada sebaran data. Sering kali mahasiswa lebih mementingkan banyaknya titik yang terlewati dibandingkan dengan simpangan baku (standard deviation) dari data tersebut. Capaian yang kurang maksimum (sedang) dalam keterampilan membuat grafik juga terletak pada saat membuat batas ujung antara garis utama dan garis bayangan (garis untuk simpangan baku terluar atas dan terluar bawah). Masih sangat sering terlihat dalam grafik, mahasiswa tidak menggambarkan batas ujung tegak lurus dengan sumbu x-nya melainkan tegak lurus dengan antar garisnya. Hal-hal tersebut mengakibatkan hasil analisis grafik secara manual dibandingkan dengan analisis grafik dari software Origin 5 maupun Microsoft Excel 2007 cenderung menyimpang cukup jauh. Sehingga kepresisian dan keakuratan data menggunakan analisis grafik manual cenderung lebih menyimpang dibandingkan dengan menggunakan bantuan perangkat lunak komputer. Padahal keterampilan dalam membuat grafik merupakan salah satu keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh mahasiswa calon guru fisika.<br /> <br />Gambar 1. Profil Keterampilan Generik Sains Mahasiswa Calon Guru Fisika dalam Kegiatan EFD I<br /><br />Keterangan: <br />MS = Membuat/menuliskan simbol matematik<br />MG = Membuat grafik<br />ARC = Archimedes<br />VSC = Viscositas<br />KLM = Kalorimeter<br /><br />Kategori Keterampilan Generik Sains (KGS):<br />0 < X< 1 = KGS sangat rendah<br />1 < X< 2 = KGS rendah<br />2 < X< 3 = KGS sedang<br />3 < X < 4 = KGS tinggi<br />4 < X < 5 = KGS sangat tinggi<br /><br />Capaian KGS yang sangat tinggi (keterampilan menuliskan simbol matematik) dalam kegiatan EFD I, ternyata sejalan dengan hasil penelitian para ahli yang mengkaji KGS dalam pembelajaran fisika untuk berbagai konsep materi, seperti hasil penelitian Darmadi; Riyad et al. (Mubarrak, 2009) yang mengungkapkan bahwa model pembelajaran fisika berbasis teknologi informasi dapat meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan generik sains mahasiswa calon guru. Dalam penelitian kali ini tidak fokus pada penerapan model pembelajarannya, melainkan ingin menunjukkan pentingnya pembekalan keterampilan generik sains bagi calon guru fisika. Sehingga sangat penting untuk dilakukan penelitian lanjutan agar mahasiswa yang mempunyai profil KGS di bawah rata-rata (sedang) dapat lebih meningkatkan keterampilan generik sains supaya lebih bermakna. Down dan Hill (Mubarrak, 2009) menyatakan bahwa tujuan generic skill adalah agar pengetahuan dan kecakapan yang diperoleh dari hasil belajar akan dapat diaplikasikan pada bidang kehidupan sosial, teknologi atau pada setiap perubahan konteks, namun yang lebih utama adalah menghasilkan efisiensi yang lebih besar melalui pengetahuan yang lebih efektif dan penggunaan kecakapan. <br />Hasil penelitian terdahulu yang menarik yaitu muncul dari Mubarrak (2009) yang melaporkan bahwa pandangan tentang generic skills (KGS) diartikan sebagai kecakapan yang diperoleh dari hasil pembelajaran atau pelatihan (kegiatan eksperimen) yang bisa diaplikasikan atau diadaptasikan pada situasi yang baru dan berbeda. Kecakapan generik memiliki karakteristik yang membedakan dan menyerupai kelompok kecakapan terkait, namun memenuhi kebutuhan dan tantangan yang meningkat di tempat kerja pada waktu yang berbeda sebagai kemajuan perubahan teknologi, sosial, dan perubahan konteks. Pandangan tersebut sesuai dengan tujuan pendidikan sains menurut Hodson (1992); Salganik dan Stephens (2003) dalam Mubarrak (2009) yaitu: (a) belajar sains, untuk memahami gagasan-gagasan yang dihasilkan oleh sains (yaitu, konsep-konsep, model-model, dan teori-teori), (b) belajar tentang sains, untuk memahami isu-isu penting di dalam filsafat, sejarah, dan metodologi dari sains, dan (c) belajar untuk menggunakan sains, agar mahasiswa mampu melakukan aktivitas kepemimpinan dan mewujudkan pengetahuan ilmiah dalam kehidupannya. Selanjutnya dikatakan bahwa: generic skills sebagai instrumen untuk mengatasi masalah kebutuhan skills di masa sekarang (masa kini) maupun di masa yang akan datang. Kebutuhan akan skills, didasarkan pada antisipasi pada perubahan sosial, teknologi, dan kompetisi global. Peningkatan keterampilan generik sains mahasiswa yang dicapai sebagaimana penjelasan di atas tidak terlepas dari peran penting proses pembelajaran. Proses pembelajaran pada konsep Archimedes, Viscositas, dan Kalorimeter yang berhasil terkait dengan perencanaan, pelaksanaan, dan assesmen di luar model yang diimplementasikan. Pentingnya pengelolaan proses pembelajaran dimulai dari penetapan tujuan sebangaimana pendapat Smith et al. (Mubarrak, 2009), penetapan tujuan dan sasaran umum dalam setiap program atau kurikulum yang direncanakan selalu melibatkan terminologi generik yang umum pula. Panduan bagi para pengembang kurikulum terhadap seleksi keterampilan (skills) yang diperlukan bagi fungsi sosial dan pencapaian usaha bagi pengembangan manusia sepanjang masa. Hal ini sangat sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan peran generik sains dalam kehidupan di masa akan datang sangat diperlukan oleh mahasiswa calon guru fisika. <br />Sehingga mahasiswa sebagai calon guru fisika di masa yang akan datang dapat memecahkan setiap permasalahan dan menganilisis sesuai dengan kebutuhannya.<br /><br />KESIMPULAN<br /><br />Dari analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan, diperoleh temuan bahwa profil mahasiswa calon guru fisika dalam membekali keterampilan generik sains sebagai salah satu keterampilan dasar yang harus dimiliki menunjukkan hasil yang sangat baik untuk keterampilan menuliskan simbol matematik dan hanya cukup (sedang) mengasah keterampilan membuat grafik. Sehingga perlu disarankan supaya pembekalan keterampilan sains khususnya membuat grafik perlu ditingkatkan lagi. Karena kedua keterampilan generik sains ini sangat diperlukan oleh mahasiswa calon guru di dunia nyata kelak. Keterampilan Generik Sains (KGS) sangat penting dibekalkan kepada mahasiswa calon guru, untuk memecahkan setiap permasalahan fisis yang komplek menjadi lebih sederhana dan mudah dipecahkan di kehidupan nyata (life skills). <br /><br />DAFTAR PUSTAKA<br /><br />[1] Gunawan et al. 2009. Developing Virtual Laboratory for Teaching Modern Physics, Proceeding International Seminar on Science Education, 386-395.<br />[2] Margono, H. 2000. Metode Laboratorium. Malang: Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA Universitas Negeri Malang Press.<br />[3] Mubarrak, L. 2009. The Web-Based Learning Model On Dynamic Fluid Concept To Improve Student’s Science Generic Skills, Proceeding International Seminar on Science Education, 484-495.<br />[4] Samsudin, A, Suyana, I, & Suhendi, E. 2009. Using Of “CELS” In Basic Physics Experiment To Improve Learning Motivation And To Develop Performance Skills Of Student, Proceeding International Seminar on Science Education, 314-320.<br />[5] Taufiq & Wiyono, K. 2009. The Application of Hypothetical Deductive Learning Cycle Learning Model To Improve Senior High School Students’ Science Generic Skills On Rigid Body Equilibrium, Proceeding International Seminar on Science Education, 641-648.Syamhttp://www.blogger.com/profile/03154960360749382192noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-6779179964089018646.post-56982282221042032692010-07-13T00:15:00.000-07:002010-07-13T00:23:43.404-07:00PROFIL KEMAMPUAN GENERIK SAINS CALON GURU FISIKA DALAM KEGIATAN EKSPERIMEN FISIKA DASAR IPROFIL KEMAMPUAN GENERIK SAINS CALON GURU FISIKA DALAM KEGIATAN EKSPERIMEN FISIKA DASAR I<br /><br />Achmad Samsudin, M.Pd.1, Dra. Heni Rusnayati, M.Si.2<br />1Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI, Bandung, 40154<br />2Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI, Bandung, 40154<br /><br />Email: achmadsamsudin@yahoo.com<br /><br /><br />ABSTRAK<br /><br />Untuk mengetahui profil kemampuan generik sains calon guru fisika dalam Eksperimen Fisika Dasar I (EFD I), penelitian dilakukan pada kegiatan eksperimen translasi rotasi, kombinasi pegas, dan resonansi. Generik Sains merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki setiap individu dalam hal ini adalah calon guru fisika. Kemampuan Generik Sains yang diamati dan diteliti meliputi kemampuan membuat grafik (MG) dan kemampuan membaca/membuat simbol matematik (MS). Kemampuan generik sains sangat dibutuhkan bagi calon guru fisika, terutama pada kemampuan membuat grafik dan membaca simbol matematik. Karena hampir semua konsep fisika yang ada, memerlukan analisis menggunakan grafik dan memerlukan simbol matematis dalam menyatakan persamaan fisika. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan subjek penelitian adalah salah satu kelas EFD I di salah satu LPTK Jawa Barat. Data penelitian yang bersifat kualitatif dikumpulkan dan dianalisis dari laporan akhir praktikum mahasiswa, dengan dikuantitaifkan terlebih dahulu menggunakan skala Liekert (1, 2, 3, 4, dan 5). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan membaca simbol matematik sudah cukup baik, sedangkan pada kemampuan membuat grafik masih tergolong sedang. Kesalahan (kelemahan) terbesar dalam kemampuan generik sains calon guru fisika yaitu pada kemampuan membuat grafik khususnya kemampuan membuat batas ujung atas dan bawah grafik. Akibat kesalahan tersebut, analisis data yang dihasilkan dengan grafik manual cenderung jauh lebih kurang teliti dibandingkan dengan analisis menggunakan software Origin 5 atau excel berbantuan komputer. <br /><br />Keywords: Profil Calon Guru Fisika, Generik Sains, dan Ekperimen.<br /><br />PENDAHULUAN<br /><br />Laboratorium merupakan suatu tempat, atau ruangan yang dilengkapi dengan peralatan tertentu untuk melakukan suatu percobaan atau penyelidikan (Margono, 2000). Dalam melakukan kegiatan laboratorium (bereksperimen) bukan hanya kemampuan yang berkaitan dengan keterampilan memanipulasi alat saja yang dilatihkan, tetapi keterampilan dasar mahasiswa juga perlu mendapatkan penekanan. Salah satu keterampilan dasar yang perlu dikembangkan adalah keterampilan generik sains/KGS (Generic Skills). Karena keterampilan generik sains merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki semua orang terutama untuk mahasiswa calon guru fisika. Pada dasarnya, mahasiswa calon guru fisika akan menjumpai banyak tuntutan dan pemecahan masalah yang dihadapi di lapangan. <br />Peran keterampilan generik sains dalam pelaksanaan praktikum fisika sangat penting dalam rangka mendukung pembelajaran dan memberikan penekanan pada aspek proses dan produk sains. Hal ini didasarkan pada tujuan pembelajaran fisika sebagai proses yaitu meningkatkan kemampuan berpikir siswa, sehingga siswa tidak hanya mampu dan terampil dalam bidang psikomotorik, melainkan juga mampu berpikir sistematis, obyektif, dan kreatif. Untuk memberikan penekanan lebih besar pada aspek proses, siswa perlu diberikan keterampilan seperti mengamati, menggolongkan, mengukur, berkomunikasi, menafsirkan data, dan bereksperimen secara bertahap sesuai dengan tingkat kemampuan berpikir siswa dan materi perkuliahan yang sesuai dengan kurikulum Sumaji (Gunawan et al., 2009). Laboratorium dalam pembelajaran fisika memiliki peranan yang sangat penting. Diantara peran tersebut yaitu: Pertama, sebagai wahana untuk mengembangkan keterampilan dasar (keterampilan generik sains) mengamati atau mengukur dan keterampilan proses lainnya seperti mencatat, membuat tabel, membuat grafik, menganalisis data, menarik kesimpulan, berkomunikasi, dan bekerjasama dalam tim. Kedua, laboratorium sebagai wahana untuk membuktikan konsep atau hukum-hukum alam sehingga dapat lebih memperjelas konsep yang telah dibahas sebelumnya. Ketiga, sebagai wahana mengembangkan keterampilan berpikir melalui proses pemecahan masalah dalam rangka siswa menemukan konsep sendiri. Melalui peran ini laboratorium telah dijadikan wahana untuk learning how to learn Wiyanto (Gunawan et al., 2009); Samsudin, Suyana, dan Suhendi (2009). Selain hal tersebut, menurut Brotosiswoyo (Taufiq & Wiyono, 2009), keterampilan generik sains yang didapat dari proses pembelajaran dimulai dengan pengamatan tentang gejala alam (1) pengamatan (langsung maupun tak langsung), (2) kesadaran akan skala besaran (sense of scale), (3) bahasa simbolik, (4) kerangka logika taat azas (logical self-consistency), (5) inferensi logika, (6) hukum sebab akibat (causality), (7) pemodelan matematik, dan (8) membangun konsep. <br />Berkaitan dengan metode laboratorium ini, maka kegiatan laboratorium dirancang dengan tujuan utamanya yaitu melatih mahasiswa untuk mengembangkan keterampilan dasar salah satunya keterampilan generik sains mahasiswa calon guru dalam berpraktikum. Keterampilan generik sains mahasiswa dalam proses sains cenderung dan sering kurang mendapatkan perhatian. Contohnya keterampilan dalam membuat grafik, mahasiswa sering mengalami kesulitan yang cukup berarti dan mereka juga belum tahu pasti harus bagaimana membuat grafik dengan tepat. Hal ini dapat terlihat dari hasil laporan eksperimen mahasiswa dalam kegiatan perkuliahan Eksperimen Fisika Dasar I (EFD I). Selain itu, penggunaan simbol matematis dalam menampilkan fenomena fisis juga belum mendapatkan sentuhan yang cukup berarti dari berbagai pihak dosen. Padahal keterampilan generik sains dalam hal menggunakan simbol matematik sangat penting sekali bagi mahasiswa calon guru. <br />Permasalahan tersebut membutuhkan analisis dan kajian sesuai dengan pengembangan keterampilan mahasiswa calon guru dalam membuat grafik dan memungkinkan juga mahasiswa untuk menggunakan simbol-simbol matematik dalam kehidupan sehari-harinya sebagai seorang guru fisika kelak. Maka dari itu, peran generik sains sangat besar bagi mahasiswa calon guru fisika sebagai bekal kelak di dunia kerja maupun sekolah (kampus). Keterampilan generik sains yang diteliti dalam penelitian ini yaitu pada keterampilan mahasiswa calon guru untuk membuat grafik (MG) hubungan suatu fungsi tertentu dan keterampilan membaca/menuliskan/membuat simbol matematik (MS) dalam manifestasi matematika sebagai bahasa sains khususnya fisika. <br />Dalam artikel ini dipaparkan hasil studi deskriptif kualitatif tentang profil kemampuan generik sains calon guru fisika dalam kegiatan Eksperimen Fisika Dasar I. Studi penelitian deskriptif ini dilakukan di salah satu LPTK Jawa Barat dengan mengambil mata kuliah EFD I khususnya konsep translasi rotasi, kombinasi pegas, dan resonansi yang menjadi bidang kajian. Ketiga konsep yang dieksperimenkan dalam EFD I merupakan beberapa konsep penting dalam fisika, karena menjadi dasar beberapa konsep lanjutan lainnya. Karena ketiga konsep tersebut merupakan manifestasi dari konsep dalam mata kuliah mekanika, getaran, dan gelombang. <br /><br />BAHAN DAN METODE<br /><br />Penelitian ini bersifat deskriptif menggunakan metode analisis kuantitatif dari data kualitatif deskriptif terhadap laporan akhir eksperimen mahasiswa dalam kegiatan EFD I tentang identifikasi keterampilan generik sains pada konsep translasi rotasi, kombinasi pegas, dan resonansi. Sehingga yang menjadi bahan dasar (data) dalam penelitian ini adalah laporan akhir mahasiswa pada EFD I. Sampel penelitian berjumlah 22 mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisika Angkatan 2009 mahasiswa perkuliahan Eksperiemn Fisika Dasar I dengan kode mata kuliah FI 111. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa laporan akhir eksperimen mahasiswa yang terdiri dari bagian: judul, tujuan eksperimen, landasan teori, alat dan bahan, langkah kerja, data, analisis data dan pembahasan, serta kesimpulan. Semua yang terkait dengan ketiga topik ini dianalisis menggunakan skala Liekert (1, 2, 3, 4, dan 5). Cara ini (skala Liekert) digunakan untuk menkuantisasi data-data yang bersifat deskriptif kualitatif menjadi lebih kuantitatif. Sehingga mempermudah dalam menganalisis dan membahas setiap data yang diperoleh. <br />Data diberikan skor 1 sampai dengan 5 yang mengandung arti bahwa: jika data kualitatif diberikan skor 1, maka data tersebut tergolong sangat rendah peran keterampilan generik sains-nya; jika data kualitatif diberikan skor 2, maka data tersebut tergolong rendah KGS-nya; jika data kualitatif diberikan skor 3, maka data tersebut tergolong sedang KGS-nya; jika data kualitatif diberikan skor 4, maka data tersebut tergolong tinggi KGS-nya; jika data kualitatif diberikan skor 5, maka data tersebut tergolong sangat tinggi KGS-nya. Setiap data yang sudah dikuantisasi disajikan dalam bentuk tabel dan grafik untuk mempermudah menganalisisnya tanpa mengurangi nilai-nilai data deskriptif kualitatifnya.<br /><br /><br /><br /><br />HASIL DAN DISKUSI<br /><br />Profil keterampilan generik sains mahasiswa calon guru dapat ditampilkan dalam Gambar 1 di bawah. Menuliskan simbol matematik yang paling tinggi terjadi pada konsep translasi rotasi yaitu sebesar 4,62 yang terogolong peran KGS sangat tinggi. Berurutan kemudian yaitu osilasi pegas 4,47 yang tergolong peran KGS sangat tinggi dan resonansi 3,93 yang tergolong peran KGS tinggi. Sedangkan untuk KGS pada keterampilan membuat grafik, paling tinggi yaitu osilasi pegas 3,67 yang tergolong peran KGS tinggi. Pada konsep resonansi dan translasi rotasi mencapai skor yang sama yaitu 2,71 yang tergolong dalam peran KGS sedang. <br />Secara jelas, gambaran data yang terlihat menunjukkan keterampilan generik sains dalam menuliskan simbol matematik berada pada kategori yang tinggi dan sangat tinggi dibandingkan dengan keterampilan generik sains dalam membuat grafik berada pada kategori sedang dang tinggi untuk setiap konsep. Hal ini terjadi lebih dikarenakan mahasiswa calon guru sudah cukup terlatih dengan penggunaan simbol matematik sebagai penggambaran arti fisis suatu konsep fisika. Sedangkan keterampilan membuat grafik masih sangat jarang terlihat dan dilatihkan kepada masiswa untuk mata kuliah yang terkait. Sehingga profil keterampilan menuliskan simbol matematis sangat tinggi capaiannya dibandingkan dengan keterampilan membuat grafik. Selain hal tersebut, membuat grafik memerlukan keterampilan yang lebih komplek dibandingka dengan hanya sekedar menuliskan simbol matematis, seperti halnya saat memberikan garis utama pada sebaran data. Sering kali mahasiswa lebih mementingkan banyaknya titik yang terlewati dibandingkan dengan simpangan baku (standard deviation) dari data tersebut. Capaian yang kurang maksimum (sedang) dalam keterampilan membuat grafik juga terletak pada saat membuat batas ujung antara garis utama dan garis bayangan (garis untuk simpangan baku terluar atas dan terluar bawah). Masih sangat sering terlihat dalam grafik, mahasiswa tidak menggambarkan batas ujunga tegak lurus dengan sumbu x nya melainkan tegak lurus dengan antar garisnya. Hal-hal tersebut mengakibatkan hasil analisis grafik secara manual dibandingkan dengan analisis grafik dari software Origin 5 maupun Microsoft Excel 2007 cenderung menyimpang cukup jauh. Sehingga kepresisian dan keakuratan data menggunakan analisis grafik manual cenderung lebih menyimpang dibandingkan dengan menggunakan bantuan perangkat lunak komputer. Padahal keterampilan dalam membuat grafik merupakan salah satu keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh mahasiswa calon guru.<br /> <br />Gambar 1. Profil Keterampilan Generik Sains Mahasiswa Calon Guru Fisika dalam Kegiatan EFD I<br /><br />Keterangan: <br />MS = Membuat/menuliskan simbol matematik<br />MG = Membuat grafik<br />OP = Osilasi Pegas<br />RS = Resnonansi<br />TR = Translasi Rotasi<br /><br />Kategori Keterampilan Generik Sains (KGS):<br />0 < X< 1 = KGS sangat rendah<br />1 < X< 2 = KGS rendah<br />2 < X< 3 = KGS sedang<br />3 < X < 4 = KGS tinggi<br />4 < X < 5 = KGS sangat tinggi<br /><br />Capaian KGS yang cukup tinggi dalam kegiatan EFD I, ternyata sejalan dengan hasil penelitian para ahli yang mengkaji KGS dalam pembelajaran fisika untuk berbagai konsep materi, seperti hasil penelitian Darmadi; Riyad et al. (Mubarrak, 2009) yang mengungkapkan bahwa model pembelajaran fisika berbasis teknologi informasi dapat meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan generik sains mahasiswa calon guru. Dalam penelitian kali ini tidak fokus pada penerapan model pembelajarannya, melainkan ingin menunjukkan pentingnya pembekalan keterampilan generik sains bagi calon guru fisika. Sehingga sangat penting untuk dilakukan penelitian lanjutan agar mahasiswa yang mempunyai profil KGS rendah dapat lebih meningkatkan keterampilan generik sains supaya lebih bermakna. Down dan Hill (Mubarrak, 2009) menyatakan bahwa tujuan generic skill adalah agar pengetahuan dan kecakapan yang diperoleh dari hasil belajar akan dapat diaplikasikan pada bidang kehidupan sosial, teknologi atau pada setiap perubahan konteks, namun yang lebih utama adalah menghasilkan efisiensi yang lebih besar melalui pengetahuan yang lebih efektif dan penggunaan kecakapan. <br />Hasil penelitian terdahulu yang menarik yaitu muncul dari Mubarrak (2009) yang melaporkan bahwa pandangan bahwa generic skills (KGS) diartikan sebagai kecakapan yang diperoleh dari hasil pembelajaran atau pelatihan (kegiatan eksperimen) yang bisa diaplikasikan atau diadaptasikan pada situasi yang baru dan berbeda. Kecakapan generik memiliki karakteristik yang membedakan dan menyerupai kelompok kecakapan terkait, namun memenuhi kebutuhan dan tantangan yang meningkat di tempat kerja pada waktu yang berbeda sebagai kemajuan perubahan teknologi, social, dan perubahan konteks. Pandangan tersebut sesuai dengan tujuan pendidikan sains menurut Hodson (1992); Salganik dan Stephens (2003) dalam Mubarrak (2009) yaitu: (a) belajar sains, untuk memahami gagasan-gagasan yang dihasilkan oleh sains (yaitu, konsep-konsep, model-model, dan teori-teori), (b) belajar tentang sains, untuk memahami isu-isu penting di dalam filsafat, sejarah, dan metodologi dari sains, dan (c) belajar untuk menggunakan sains, agar mahasiswa mampu melakukan aktivitas kepemimpinan dan mewujudkan pengetahuan ilmiah dalam kehidupannya. Selanjutnya dikatakan bahwa: generic skills sebagai instrumen untuk mengatasi masalah kebutuhan skills di masa sekarang (masa itu) maupun di masa yang akan datang. Kebutuhan skills didasarkan pada antisipasi pada perubahan sosial, teknologi, dan kompetisi global. Peningkatan keterampilan generik sains siswa yang dicapai sebagaimana penjelasan di atas tidak terlepas dari peran penting proses pembelajaran. Proses pembelajaran pada konsep translasi rotasi, resonansi, dan osilasi pegas yang berhasil terkait dengan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi di luar model yang diimplementasikan. Pentingnya pengelolaan proses pembelajaran dimulai dari penetapan tujuan sebangaimana pendapat Smith et al (Mubarrak, 2009), penetapan tujuan dan sasaran umum dalam setiap program atau kurikulum yang direncanakan selalu melibatkan terminologi generik yang umum pula. Panduan pada para pengembang kurikulum terhadap seleksi skills yang diperlukan bagi fungsi sosial dan pencapaian usaha bagi pengembangan manusia sepanjang masa. Hal ini sangat sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan peran generik sains dalam kehidupan di masa akan datang sangat diperlukan oleh mahasiswa calon guru. <br /><br />KESIMPULAN<br /><br />Dari analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan, diperoleh temuan bahwa profil mahasiswa calon guru fisika dalam membekali keterampilan generik sains sebagai salah satu keterampilan dasar yang harus dimiliki menunjukkan hasil yang cukup baik untuk keterampilan menuliskan simbol matematik dan kurang (hanya cukup) mengasah keterampilan membuat grafik. Sehingga perlu disarankan supaya pembekalan keterampilan sains khususnya membuat grafik perlu ditingkatkan lagi. Karena kedua keterampilan generik sains ini sangat diperlukan oleh mahasiswa calon guru di dunia nyata kelak. Keterampilan Generik Sains (KGS) sangat penting dibekalkan kepada mahasiswa calon guru, untuk memecahkan setiap permasalahan fisis yang komplek menjadi lebih sederhana dan mudah dipecahkan di kehidupan nyata (life skills). <br /><br />DAFTAR PUSTAKA<br /><br />[1] Gunawan et al. 2009. Developing Virtual Laboratory for Teaching Modern Physics, Proceeding International Seminar on Science Education, 386-395.<br />[2] Margono, H. 2000. Metode Laboratorium. Malang: Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA Universitas Negeri Malang Press.<br />[3] Mubarrak, L. 2009. The Web-Based Learning Model On Dynamic Fluid Concept To Improve Student’s Science Generic Skills, Proceeding International Seminar on Science Education, 484-495.<br />[4] Samsudin, A, Suyana, I, & Suhendi, E. 2009. Using Of “CELS” In Basic Physics Experiment To Improve Learning Motivation And To Develop Performance Skills Of Student, Proceeding International Seminar on Science Education, 314-320.<br />[5] Taufiq & Wiyono, K. 2009. The Application of Hypothetical Deductive Learning Cycle Learning Model To Improve Senior High School Students’ Science Generic Skills On Rigid Body Equilibrium, Proceeding International Seminar on Science Education, 641-648.Syamhttp://www.blogger.com/profile/03154960360749382192noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-6779179964089018646.post-14530157987906720612010-03-25T01:43:00.000-07:002010-03-25T01:44:45.161-07:00PEDOMAN PENGHITUNGAN BEBAN KERJA GURUDEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL<br />DIREKTORAT JENDERAL PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN<br />TENAGA KEPENDIDIKAN<br />2008<br /> <br />KATA PENGANTAR<br />Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistim Pendidikan Nasional dan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menyatakan bahwa guru sebagai pendidik merupakan tenaga profesional. Pengakuan kedudukan guru sebagai tenaga profesional dibuktikan dengan sertifikat profesi pendidik yang diperoleh melalui sertifikasi dan bagi guru yang telah mendapat sertifikat pendidik akan diberikan tunjangan profesi yang besarnya setara dengan satu kali gaji pokok.<br />Dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 35 ayat (2) dinyatakan bahwa beban kerja guru mengajar seku rang-ku rangnya 24 jam dan sebanyak-banyaknya 40 jam tatap muka per minggu. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 18 Tahun 2007 Tentang Sertifikasi Bagi Guru Dalam Jabatan mengamanatkan bahwa guru yang telah memperoleh sertifikat pendidik, nomor registrasi, dan telah memenuhi beban kerja mengajar minimal 24 jam tatap muka per minggu memperoleh tunjangan profesi sebesar satu kali gaji pokok. Tidak semua guru berada pada kondisi ideal dengan beban mengajar minimal 24 jam tatap muka per minggu . Oleh karena itu diperlukan suatu panduan bagi guru dalam pemenuhan wajib mengajar minimal 24 jam per minggu agar guru yang telah memiliki sertifikat pendidik memperoleh haknya, yaitu tunjangan profesi.<br />Semoga buku pedoman ini bermanfaat dan dapat digunakan oleh semua pihak, terutama guru dalam memenuhi wajib mengajar 24 jam tatap muka per minggu.<br />Kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada tim penulis dan pihak lain yang telah bekerja keras dengan penuh dedikasi dalam mewujudkan pedoman ini. Mudah-mudahan sertifikasi guru dalam jabatan dapat terlaksana sesuai dengan yang direncanakan secara efektif dan efisien.<br /> <br /> <br />DAFTAR ISI <br />KATA PENGANTAR <br />DAFTAR ISI i<br />ii<br />BAB I. PENDAHULUAN 1<br />A. Latar Belakang 1<br />B. Tujuan 2<br />BAB II. TUGAS GURU 3<br />A. Ruang Lingkup 3<br />B. Jam Kerja 3<br />C. Uraian Tugas Guru 4<br />1 Merencanakan Pembelajaran 4<br />2 Melaksanakan Pembelajaran 4<br />3 Menilai Hasil Pembelajaran 5<br />4 Membimbing dan Melatih Peserta Didik 6<br />5 Melaksanakan Tugas Tambahan 7<br />D. Beban Tatap Muka 8<br />E. Kondisi Penyebab Kekurangan Jam Mengajar. 9<br />BAB III. PEMENUHAN BEBAN KERJA 11<br />A. Alternatif Pemenuhan 11<br />B. Kondisi Khusus dengan Persetujuan Menteri 13<br />BAB IV. PERHITUNGAN BEBAN KERJA GURU 15<br />A. Acuan Beban Kerja 15<br />B. Analisis Perhitungan 16<br />1 Prinsip Perhitungan 16<br />2 Format Perhitungan 17<br />3 SK Kepala Sekolah Tentang Beban Mengajar Guru 17<br />BAB V. PENUTUP 18<br /> <br />BAB I<br />PENDAHULUAN<br />A. Latar Belakang<br />Guru profesional dan bermartabat akan melahirkan anak-anak bangsa yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Beban kerja guru secara eksplisit telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, namun demikian, masih diperlukan penjelasan tentang rincian penghitungan beban kerja guru dengan mempertimbangkan beberapa tugas-tugas guru di sekolah selain tugas utamanya sebagai pendidik.<br />Guru adalah bagian yang tak terpisahkan dari komponen pendidikan lainnya yaitu peserta didik, kurikulum/program pendidikan, fasilitas, dan manajemen. Perencanaan guru harus berbasis pada jenis jurusan atau program keahlian, dan jumlah rombongan belajar yang dibuka di sekolah. Terpenuhi atau tidaknya beban mengajar 24 jam tatap muka per minggu bagi jenis guru tertentu sebenarnya sudah dapat dideteksi pada saat jumlah guru yang dibutuhkan sudah dihitung. Sebagai contoh, apabila jumlah guru menurut hitungan dibutuhkan 2,25 orang dan disediakan sebanyak 2 orang saja, maka beban mengajar kedua guru tersebut masing-masing sudah 28 jam per minggu. Apabila dibutuhkan 2.5 orang guru dan tersedia 3 orang, maka salah satu guru tersebut tidak memenuhi jam tatap muka minimal 24 jam.<br />Data tahun 2003 menunjukkan bahwa rasio guru terhadap siswa sudah ideal, sebagai contoh pada jenjang SD 1:21, SMP 1:17, dan SMA 1:14. Namun apabila dilihat secara detail pada jenis guru tertentu di beberapa daerah dilaporkan terdapat kekurangan guru atau kelebihan guru. Kondisi sekolah yang memiliki kelebihan guru akan menyebabkan guru tidak dapat memenuhi kewajiban mengajar 24 jam per minggu. Sementara sekolah yang kekurangan guru akan menyebabkan beban kerja guru menjadi lebih tinggi dan proses pembelajaran menjadi tidak efektif. Kenyataan ini menunjukkan bahwa perencanaan guru di sekolah belum baik.<br />Untuk itu disusunlah pedoman penghitungan beban kerja guru yang berisikan rumusan perhitungan beban kerja/tatap muka dan ekuivalensi tugas tambahan guru dengan jam tatap muka.<br /> <br />B. Tujuan<br />Pedoman ini menjadi acuan bagi guru, kepala sekolah, penyelenggara pendidikan, dinas pendidikan provinsi, dinas pendidikan kabupaten/ kota, dan warga sekolah serta pihak terkait lainnya untuk:<br />1. penghitungan beban kerja guru<br />2. mengoptimalkan tugas guru di sekolah<br />3. distribusi guru <br /> <br />BAB II<br />TUGAS GURU<br />A. Ruang Lingkup<br />Kewajiban guru sesuai Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 35 ayat (1) mencakup kegiatan pokok yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbing dan melatih peserta didik, serta melaksanakan tugas tambahan. Pasal 35 ayat (2) Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menyatakan bahwa beban kerja guru sekurang-kurangnya 24 jam tatap muka dan sebanyak¬banyaknya 40 jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu.<br />Dalam melaksanakan tugas pokok yang terkait langsung dengan proses pembelajaran, guru hanya melaksanakan tugas mengampu 1 (satu) jenis mata pelajaran saja, sesuai dengan kewenangan yang tercantum dalam sertifikat pendidiknya.<br />Disamping itu, guru sebagai bagian dari manajemen sekolah, akan terlibat langsung dalam kegiatan manajerial tahunan sekolah, yang terdiri dari siklus kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Rincian kegiatan tersebut antara lain penerimaan siswa baru, penyusunan kurikulum dan perangkat lainnya, pelaksanaan pembelajaran termasuk tes/ulangan, Ujian Nasional (UN), ujian sekolah, dan kegiatan lain. Tugas tiap guru dalam siklus tahunan tersebut secara spesifik ditentukan oleh manajemen sekolah tempat guru bekerja.<br />B. Jam Kerja<br />Sebagai tenaga profesional, guru baik PNS maupun bukan PNS dalam melaksanakan tugasnya berkewajiban memenuhi jam kerja yang setara dengan beban kerja pegawai lainnya yaitu 37,5 (tiga puluh tujuh koma lima) jam kerja (@ 60 menit) per minggu. Dalam melaksanakan tugas, guru mengacu pada jadwal tahunan atau kalender akademik dan jadwal pelajaran.<br />Kegiatan tatap muka dalam satu tahun dilakukan kurang lebih 38 minggu atau 19 minggu per semester. Kegiatan tatap muka guru dialokasikan dalam jadwal pelajaran yang disusun secara mingguan. Khusus Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) ada kalanya jadwal pelajaran tidak disusun secara mingguan, tapi mengunakan sistim blok atau perpaduan antara sistim mingguan dan blok. Pada kondisi ini, maka jadwal pelajaran disusun berbasis semester, tahunan, atau bahkan per tiga tahunan. Diluar<br /> <br />kegiatan tatap muka, guru akan terlibat dalam aktifitas persiapan tahunan/semester , ujian sekolah maupun Ujian Nasional (UN), dan kegiatan lain akhir tahun/semester.<br />C. Uraian Tugas Guru<br />1 Merencanakan Pembelajaran<br />Guru wajib membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada awal tahun atau awal semester, sesuai dengan rencana kerja sekolah. Kegiatan penyusunan RPP ini diperkirakan berlangsung selama 2 (dua) minggu atau 12 hari kerja. Kegiatan ini dapat diperhitungkan sebagai kegiatan tatap muka.<br />2 Melaksanakan Pembelajaran<br />Kegiatan pembelajaran adalah kegiatan dimana terjadi interaksi edukatif antara peserta didik dengan guru, kegiatan ini adalah kegiatan tatap muka yang sebenarnya. Guru melaksanakan tatap muka atau pembelajaran dengan tahapan kegiatan berikut.<br />a. Kegiatan awal tatap muka<br />• Kegiatan awal tatap muka antara lain mencakup kegiatan pengecekan dan atau penyiapan fisik kelas, bahan pelajaran, modul, media, dan perangkat administrasi.<br />• Kegiatan awal tatap muka dilakukan sebelum jadwal pelajaran yang ditentukan, bisa sesaat sebelum jadwal waktu atau beberapa waktu sebelumnya tergantung masalah yang perlu disiapkan,<br />• Kegiatan awal tatap muka diperhitungan setara dengan 1 jam pelajaran.<br />b. Kegiatan tatap muka<br />• Dalam kegiatan tatap muka terjadi interaksi edukatif antara peserta didik dengan guru dapat dilakukan secara face to face atau menggunakan media lain seperti video, modul mandiri, kegiatan observasi/ekplorasi.<br />• Kegiatan tatap muka atau pelaksanaan pembelajaran yang dimaksud dapat dilaksanakan antara lain di ruang teori/kelas, laboratorium, studio, bengkel atau di luar ruangan.<br /> <br />• Waktu pelaksanaan atau beban kegiatan pelaksanaan pembelajaran atau tatap muka sesuai dengan durasi waktu yang tercantum dalam struktur kurikulum sekolah.<br />c. Membuat resume proses tatap muka<br />• Resume merupakan catatan yang berkaitan dengan pelaksanaan tatap muka yang telah dilaksanakan. Catatan tersebut dapat merupakan refleksi, rangkuman, dan rencana tindak lanjut.<br />• Penyusunan resume dapat dilaksanakan di ruang guru atau ruang lain yang disediakan di sekolah dan dilaksanakan setelah kegiatan tatap muka,<br />• Kegiatan resume proses tatap muka diperhitungan setara dengan 1 jam pelajaran.<br />3 Menilai Hasil Pembelajaran<br />Menilai hasil pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna untuk menilai peserta didik maupun dalam pengambilan keputusan lainnya.<br />Pelaksanaan penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan non tes. Penilaian non tes dapat dibagi menjadi pengamatan dan pengukuran sikap serta penilaian hasil karya dalam bentuk tugas, proyek fisik, atau produk jasa.<br />a. Penilaian dengan tes.<br />• Tes dilakukan secara tertulis atau lisan, dalam bentuk ujian akhir semester, tengah semester atau ulangan harian, dilaksanakan sesuai kalender akademik atau jadwal yang telah ditentukan,<br />• Tes tertulis dan lisan dilakukan di dalam kelas,<br />• Penilaian hasil test, dilakukan diluar jadwal pelaksanaan test, dilakukan di ruang guru atau ruang lain.<br />• Penilaian test tidak dihitung sebagai kegiatan tatap muka karena waktu pelaksanaan tes dan penilaiannya menggunakan waktu tatap muka.<br />b. Penilaian non tes berupa pengamatan dan pengukuran sikap.<br /> <br />• Pengamatan dan pengukuran sikap dilaksanakan oleh semua guru sebagai bagian tidak terpisahkan dari proses pendidikan, untuk melihat hasil pendidikan yang tidak dapat diukur lewat test tertulis atau lisan,<br />• Pengamatan dan pengukuran sikap dapat dilakukan di dalam kelas menyatu dalam proses tatapmuka pada jadwal yang ditentukan, dan atau di luar kelas,<br />• Pengamatan dan pengukuran sikap, dilaksanakan diluar jadual pembelajaran atau tatap muka yang resmi, dikategorikan sebagai kegiatan tatap muka.<br />c. Penilaian non tes berupa penilaian hasil karya.<br />• Hasil karya siswa dalam bentuk tugas, proyek dan atau produk, portofolio, atau bentuk lain dilakukan di ruang guru atau ruang lain dengan jadwal tersendiri,<br />• Penilaian ada kalanya harus menghadirkan peserta didik agar tidak terjadi kesalahan pemahanan dari guru mengingat cara penyampaian informasi dari siswa yang belum sempurna,<br />• Penilaian hasil karya ini dapat dikategorikan sebagai kegiatan tatap muka, dengan beban yang berbeda antara satu mata pelajaran dengan yang lain. Tidak tertutup kemungkinan ada mata pelajaran yang nilai beban non tesnya sama dengan nol.<br />4 Membimbing dan Melatih Peserta Didik<br />Membimbing dan melatih peserta didik dibedakan menjadi tiga yaitu membimbing atau melatih peserta didik dalam pembelajaran, intrakurikuler dan ekstrakurikuler.<br />a. Bimbingan dan latihan pada kegiatan pembelajaran<br />• Bimbingan dan latihan pada kegiatan pembelajaran adalah bimbingan dan latihan yang dilakukan menyatu dengan proses pembelajaran atau tatap muka di kelas,<br />b. Bimbingan dan latihan pada kegiatan intrakurikuler<br />• Bimbingan kegiatan intrakurikuler terdiri dari remedial dan pengayaan pada mata pelajaran yang diampu guru.<br />• Kegiatan remedial merupakan kegiatan bimbingan dan latihan kepada peserta didik yang belum menguasai kompetensi yang harus dicapai,<br /> <br />• Kegiatan pengayaan merupakan kegiatan bimbingan dan latihan kepada peserta didik yang telah mencapai kompetensi,<br />• Pelaksanaan bimbingan dan latihan intrakurikuler dilakukan dalam kelas pada jadwal khusus, disesuaikan kebutuhan, tidak harus dilaksanakan dengan jadwal tetap setiap minggu,<br />• Beban kerja intrakurikuler sudah masuk dalam beban kerja tatap muka.<br />c. Bimbingan dan latihan dalam kegiatan ekstrakurikuler.<br />• Ekstrakurikuler bersifat pilihan dan wajib diikuti peserta didik,<br />• Dapat disetarakan dengan mata pelajaran wajib lainnya,<br />• Pelaksanaan ekstrakurikuler dilakukan dalam kelas dan atau ruang/tempat lain sesuai jadwal mingguan yang telah ditentukan dan biasanya dilakukan pada sore hari,<br />• Jenis kegiatan ekstrakurikuler antara lain adalah.<br />- Pramuka<br />- Olimpiade/Lomba Kompetensi Siswa<br />- Olahraga - Kesenian - Karya Ilmiah Remaja<br />- Kerohanian - Paskibra<br />- Pecinta Alam<br />- PMR<br />- Jurnalistik/Fotografi<br />- UKS<br />- dan sebagainya<br />• Kegiatan ekstrakurikuler dapat disebut sebagai kegiatan tatap muka<br />5 Melaksanakan Tugas Tambahan<br />Tugas-tugas tambahan guru dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) kategori yaitu tugas struktural, dan tugas khusus.<br />a. Tugas tambahan struktural<br />• Tugas tambahan struktural sesuai dengan ketentuan tentang struktur organisasi sekolah,<br />• Jenis tugas tambahan sruktural dan wajib tatap muka guru seperti tercantum dalam Tabel 1.<br /> <br />b. Tugas tambahan khusus<br />• Tugas tambahan khusus hanya berlaku pada jenis sekolah tertentu, untuk menangani masalah khusus yang belum diatur dalam peraturan yang mengatur organisasi sekolah.<br />• Jenis tugas tambahan khusus dan ekuivalensi beban tatap muka seperti tercantum dalam Tabel 1.<br />Tabel 1. Jenis Tugas Tambahan Guru.<br />No Kategori Jenis Tugas<br />Tambahan Wajib<br />mengajar * ekuivalensi<br />jabatan<br /> <br />I Struktural 1. Kepala Sekolah 6 18<br /> 2. Wakil Kepala Sekolah 12 12<br /> 3. Kepala Perpustakaan 12 12<br /> 4. Kepala Laboratorium 12 12<br /> 5. Ketua Jurusan Program Keahlian 12 12<br /> 6. Kepala Bengkel 12 12<br /> 7. Dll ** 12 12<br />II Khusus 1. Pembimbing Praktek Kerja Industri 12 12<br /> 2. Kepala Unit Produksi 12 12<br /> <br /><br />Catatan:<br />1. * nilai minimal<br />2. ** tergantung jenis sekolah<br />D. Beban Tatap Muka<br />Jenis kegiatan guru yang dikategorikan tatap muka dan bukan tatap muka dicantumkan dalam Tabel 2. Dalam tabel tersebut juga dicantumkan ekuivalensi jam untuk kegiatan tatap muka selain kegiatan tatap muka di kelas.<br /> <br />Tabel 2 Jenis Guru dan Beban Tatap Muka<br />No Jeni s Kegiatan Guru Kategori Ekuivalensi<br />jam/<br />minggu* Keterangan<br /> TM BTM <br />1 Merencanakan pembelajaran v 2 <br />2. Melaksanakan pembelajaran: <br />a. Kegiatan awal tatap muka v 2 <br />b. Keg iatan tatap muka di kelas v <br />c. Membuat resume tatap muka v 2 <br />3. Menilai hasil pembelajaran <br />a. Penilaian tes v 0 <br />b. Penilaian sikap v 2 Semua guru<br />c. Penilaian karya v 2 Mata pelajaran tertentu<br />4. Membimbing dan melatih <br />a. Bimbingan pada tatap muka v 0 <br />b. Bimbingan intrakurikuler v 0 <br />c. Bimbingan ekstrakurikuler v 2 <br />5. Melaksanakan tugas tambahan <br />a. Kepala sekolah 18 <br />b. Wakil kepala sekolah 12 <br />c. Kepala perpustakaan 12 <br />d. Kepala laboratorium 12 <br />e. Ketua jurusan/program 12 <br />f. Kepala bengkel 12 <br />g. Pembimbing praktek kerja industri 12 Hanya di SMK<br />h. Kepala unit produksi 12 Hanya di SMK<br />i. Tugas lain 6 Seuai kebutuhan sekolah<br /> <br />Catatan:<br />TM = Tatap Muka<br />BTM = Bukan Tatap Muka<br />* = beban kerja tidak dikalikan jumlah rombongan belajar<br />E. Kondisi Penyebab Kekurangan Jam Mengajar.<br />Seorang guru tidak dapat memenuhi jumlah jam mengajar sebanyak 24 (dua puluh empat) jam tatap muka per minggu disebabkan salah satu atau beberapa kondisi sebagai berikut.<br />1. Jumlah peserta didik dan rombongan belajar terlalu sedikit<br />Jumlah peserta didik terlalu sedikit atau jumlah rombongan belajar juga sedikit, akan mengakibatkan jumlah jam tatap muka untuk mata pelajaran tertentu belum mencapai angka 24 jam per minggu. Agar jumlah beban mengajar mencapai 24 jam atau kelipatannya, dibutuhkan jumlah rombongan belajar yang memadai.<br /> <br />2. Jam pelajaran dalam kurikulum sedikit<br />Jumlah jam pelajaran mata pelajaran tertentu dalam struktur kurikulum ada yang hanya 2 jam per minggu antara lain Bahasa asing lain, Sejarah, Agama, Penjas, Kesenian, Kewirausahaan, Muatan Lokal, Keterampilan, dan Pengembangan Diri mengakibatkan guru yang mengajar pelajaran tersebut tidak dapat memenuhi kewajiban minimal 24 jam tatap muka per minggu.<br />3. Jumlah guru di satu sekolah untuk mata pelajaran tertentu terlalu banyak<br />Kondisi ini biasanya terjadi kerena kesalahan dalam proses rekruitmen atau karena perubahan beban mengajar guru dari 18 jam menjadi 24 jam pelajaran per minggu. Jumlah guru yang melebihi dari kebutuhan yang direncanakan, mengakibatkan ada guru yang tidak dapat mengajar 24 jam per minggu.<br />4. Sekolah pada daerah terpencil atau sekolah khusus<br />Sekolah yang berlokasi di daerah terpencil biasanya memiliki jumlah peserta didik yang sedikit. Kondisi ini terjadi karena populasi penduduk juga sedikit<br />Sekolah khusus yang karena kekhususan programnya, jumlah peserta didiknya sangat sedikit. Karena rombongan belajarnya sedikit, mengakibatkan guru mengajar tidak sampai 24 jam per minggu. Salah satu contoh adalah sekolah luar biasa, dimana jumlah muridnya memang sedikit. Contoh lain pada Program Keahlian Pedalangan di SMK. Animo terhadap program keahlian ini sangat sedikit, tapi memiliki nilai strategis melestarikan budaya seni tradisi. Animo pada program keahlian yang terkait dengan sektor pertanian pada daerah tertentu juga rendah.<br /> <br />BAB III<br />PEMENUHAN BEBAN KERJA<br />A. Alternatif Pemenuhan<br />Guru yang tidak memenuhi kewajiban mengajar 24 jam tatap muka per minggu dapat memilih alternatif pemenuhan kewajiban mengajar seperti berikut ini.<br />1. Mengajar pada sekolah lain, pendidikan terbuka, dan kelompok belajar.<br />a. Mengajar pada sekolah atau madrasah lain<br />Wajib mengajar 24 jam tatap muka per minggu dapat dipenuhi seorang guru dengan mengajar di sekolah atau madrasah lain baik negeri maupun swasta pada kabupaten/kota yang sama sesuai mata pelajaran yang diampu. Sebagai contoh, misalnya (1) guru bahasa Inggris di suatu SMK mengajar bahasa Inggris di SMP/MTs, SMA/MA atau SMK/MAK lainnya, (2) Guru Kejuruan SMK mengajar keterampilan di SMP/MTs atau SMA/MA.<br />b. Menjadi Guru Bina/Pamong pada SMP Terbuka<br />SMP Terbuka merupakan salah satu pola layanan pendidikan yang diperuntukkan bagi peserta didik yang pada pagi hari bekerja membantu orangtua sehingga tidak mempunyai waktu untuk mengikuti pembelajaran di sekolah reguler. Pola pelaksanaan SMP Terbuka mensyaratkan adanya Guru Pamong dan Guru Bina yang membantu dan membimbing peserta didik dalam melaksanakan pembelajaran. Guru Pamong menuntun peserta didik di Tempat Kegiatan Belajar (TKB). Guru Bina membimbing dan melaksanakan pembelajaran tatap muka di sekolah induk.<br />Guru Pamong merupakan anggota masyarakat yang ditugasi untuk membimbing kegiatan belajar siswa di TKB. Namun, tidak menutup kemungkinan guru yang mengajar di sekolah juga menjadi guru pamong di TKB dan bertugas sebagai fasilitaor.<br />c. Menjadi Tutor pada program kelompok belajar Paket A, Paket B, dan Paket C<br />Seorang guru dapat memenuhi kewajiban mengajar 24 jam per minggu dengan mengajar di Kelompok belajar Paket A, Paket B, dan Paket C pada kabupaten/kota yang sama sesuai mata pelajaran yang diampu.<br />Pemenuhan beban kerja minimal 24 jam tatap muka per minggu dengan mengajar di sekolah lain atau pada pendidikan nonformal dapat dilaksanakan dengan ketentuan minimal mengajar 12 (dua belas) jam tatap muka per minggu pada satuan pendidikan di mana guru diangkat sebagai guru tetap. Bagi guru yang mengajar atau bertugas di sekolah lain, harus memenuhi persyaratan beban kerja maksimum seperti tercantum dalam Tabel .3 .<br />Tabel 3. Beban Kerja Maksimum Mengajar di Sekolah Lain.<br />No Tugas Beban<br />Kerja<br />maksimum Keterangan<br />1 Mengajar di sekolah lain (dgn mata pelajaran yang sama) 12 Sesuai tugas beban jam pelajaran<br />2 Guru Bina SMP Terbuka (sesuai mata pelajaran) 2 Khusus untuk kunjungan ke TKB.<br />Bimbingan belajar siswa SMP Terbuka di sekolah induk dihitung sebagai beban jam pelajaran reguler<br />3 Guru Pamong SMP Terbuka 2 Tugasnya lebih banyak pada administrasi pembelajaran sesuai dengan jadwal belajar di TKB<br />4 Tutor pada pendidikan non formal (sesuai mata pelajaran) 2 Jumlah jam pelajaran sesuai dengan jadwal<br /><br />2. Melaksanakan Team Teaching<br />Guru tetap yang tidak dapat memenuhi beban kerja minimal 24 (dua puluh empat) jam tatap muka dan maksimal 40 (empat puluh) jam tatap muka per minggu pada satuan pendidikan di mana dia diangkat sebagai guru tetap, dapat memenuhi beban kerjanya melalui sistem tim pengajaran bersama (team teaching).<br />Team teaching memiliki prinsip bahwa dalam satu kelompok belajar untuk satu mata pelajaran diampu oleh lebih dari satu orang guru. Akan ada dua atau tiga orang guru yang menangani satu jam pelajaran dalam satu rombongan belajar, di mana satu di antaranya mengajar dan menyampaikan pelajaran serta yang lainnya bertindak sebagai observer atau fasilitator. Melalui team teaching selain terakomodasi aspek metode pembelajarannya, juga akan dapat diawasi aspek lain untuk mengetahui tingkat pemahaman murid.<br /> <br />Team teaching dapat dilakukan oleh guru-guru dalam satu sekolah yang sama atau oleh guru-guru dari sekolah yang berbeda.<br />Team teaching bisa dilaksanakan apabila tuntutan kurikulum membutuhkan lebih dari satu orang guru untuk menangani satu rombongan belajar yang proses pembelajarannya merupakan satu kesatuan (tidak bisa dipisahkan tempatnya). Masing-masing guru dalam satu proses pembelajaran memiliki tugas masing-masing yang dilaksanakan dalam waktu yang bersamaan dalam satu rombongan belajar.<br />3. Melaksanakan Pengayaan dan Remedial khusus<br />Guru tetap yang tidak dapat memenuhi beban kerja minimal 24 (dua puluh empat) jam tatap muka dan maksimal 40 (empat puluh) jam tatap muka per minggu pada satuan pendidikan di mana dia diangkat sebagai guru tetap, dapat diberi tugas melaksanakan pengayaan dan remedial khusus.<br />Pengayaan dan remedial khusus memiliki prinsip bahwa penugasan secara khusus bagi satu orang guru untuk kelompok peserta didik yang memerlukan bimbingan secara khusus. Guru yang medapat tugas tersebut disetarakan dengan beban mengajar 2 jam perminggu.<br />B. Kondisi Khusus dengan Persetujuan Menteri<br />Ada kondisi bagi guru yang secara konstektual tidak mungkin memiliki beban mengajar 24 jam. Kondisi yang dimaksud adalah sebagai berikut:<br />a. bertugas pada satuan pendidikan layanan khusus;<br />b. berkeahlian khusus dan/atau;<br />c. dibutuhkan atas dasar pertimbangan kepentingan nasional<br />Kondisi khusus yang dimintakan persetujuan Menteri Pendidikan Nasional sebagaimana tabel 4 berikut ini.<br /> <br />BAB IV<br />PERHITUNGAN BEBAN KERJA GURU<br />A. Acuan Beban Kerja<br />Satuan waktu kegiatan tatap muka per jam pembelajaran pada masing¬masing satuan pendidikan dicantumkan dalam tabel 5 sebagai berikut.<br />Tabel 5. Alokasi Waktu Satu Jam Tatap Muka.<br />No Jenis Sekolah Alokasi waktu<br />satu jam tatap<br />muka (menit) Jumlah jam tatap muka<br />per minggu<br />1. SD/SDLB: <br /> - Kelas I s.d III 35 29 s.d 32<br /> - kelas IV s.d VI 35 34<br />2. SMP, MTs, SMPLB 40 34<br />3. SMA, MA, SMALB 45 38 s.d 39<br />4. SMK, MAK 45 38 s.d 39<br /> <br /><br />Sumber Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi<br />Dari angka dalam tabel tersebut dapat dilihat bahwa beban tatap muka dalam satu minggu kerja untuk tiap jenjang pendidikan berbeda.<br />Beban kerja guru yang dapat dihitung sebagai pemenuhan kewajiban mengajar 24 jam tatap muka per minggu adalah jumlah jam kerja guru apabila mengajar pada mata pelajaran sesuai dengan bidang keahliannya. Misalnya guru yang memiliki sertifikat pendidik sebagai guru mata pelajaran Matematika, maka jam kerja yang dapat dihitung adalah jumlah jam mengajar guru tersebut pada mata pelajaran Matematika saja.<br />Perhitungan beban kerja guru adalah bagian tak terpisahkan dari perencanaan kebutuhan guru dalam perencanaan sekolah seutuhnya. Terpenuhi atau tidaknya beban mengajar 24 jam tatap muka per minggu bagi jenis guru tertentu sebenarnya sudah dapat dideteksi pada saat jumlah guru yang dibutuhkan sudah dihitung. Sebagai contoh, jumlah guru menurut hitungan dibutuhkan 2,25 orang dan disediakan sebanyak 2 orang saja, maka beban mengajar kedua guru tersebut masing-masing sudah 28 jam per minggu. Apabila menurut perhitungan dibutuhkan 2,8 orang guru dan disediakan 3 orang, maka masing-masing guru akan mendapat beban tatap muka 22,4 jam per minggu. Apabila disediakan 2 orang, masing-masing akan mengajar 33,6 jam per minggu.<br />Perhitungan beban guru mengacu pada jumlah kebutuhan guru yang<br />dihasilkan dalam proses perencanaan guru pada tingkat sekolah. Dengan<br />mempertimbangkan tugas tambahan bagi guru tertentu, maka jam tatap<br /> <br />muka didistribusikan kepada guru yang ada. Dari analisis ini akan didapatkan guru yang mengajar minimal 24 jam dan kurang dari 24 jam. Bagi guru yang tidak memenuhi 24 jam mengajar dicarikan penyelesaian masalahnya sesuai dengan kondisi dan kewenangan fihak yang berhak mengambil keputusan. Bagi guru yang memenuhi mengajar minimal 24 jam, dibuatkan Surat Keputusan mengajar oleh kepala sekolah.<br />Alur pemikiran distribusi beban tatap muka guru seperti tercantum dalam Diagram 1 di bawah ini.<br />Diagram 1 Alur Distribusi Beban Mengajar.<br /> <br />prioritasnya. Guru yang mendapat tugas tambahan diberi beban tatap muka sesuai ketentuan dalam tabel 1, sehingga jam tatap muka yang seharusnya dimiliki dapat didistribusikan kepada guru lain yang sejenis.<br />2 Format Perhitungan<br />Format perhitungan pada prinsipnya tidak ditentukan bentuknya. Analisis perhitungan coba-coba dapat menggunakan jadwal mingguan yang dimiliki sekolah atau menggunakan format lain. Hasil akhir kemudian dicantumkan dalam Surat Keputusan (SK) tugas mengajar yang diterbitkan oleh kepala sekolah.<br />3 SK Kepala Sekolah Tentang Tugas Mengajar Guru<br />SK Tugas Guru yang diterbitkan oleh kepala sekolah pada awal tahun pelajaran, dibuat sesuai dengan ketentuan yang berlaku di sekolah dan kabupaten/kota dimana sekolah berada. Dalam SK harus mencantumkan jenis dan jam tatap muka dan tugas tambahan apabila ada.<br /> <br /><br /> <br />KONDISI<br />KHUSUS PERSETUJUAN<br />MENDIKNAS<br /> <br /><br />B. Analisis Perhitungan<br />1 Prinsip Perhitungan<br />Penghitungan beban guru dilakukan dengan prinsip coba-coba, dengan mendistribusikan semua beban kerja sekolah pada guru yang ada di sekolah. Jumlah jam mata pelajaran tertentu didistribusikan kepada guru pengampu yang ada, berturut-turut sesuai urutan<br /> <br />BAB V<br />PENUTUP<br />Pemenuhan kewajiban mengajar selama 24 jam tatap muka per minggu merupakan sebuah konsekuensi yang harus dilakukan oleh seorang guru untuk memperoleh tunjangan guru. Pemenuhan kewajiban 24 jam juga bisa merupakan solusi dari pemerataan guru. Langkah ini juga dilakukan sebagai upaya agar tidak terjadi ketimpangan jam mengajar antara guru di sekolah yang satu dan sekolah yang lain. Di samping itu untuk mengantisipasi tidak optimalnya pemberdayaan guru, maka diperlukan perhitungan dan pemetaan guru di setiap kabupaten/kota dengan lebih baik.<br />Program mutasi bagi guru-guru di semua sekolah yang ada di dalam satu Kabupaten/Kota sudah seharusnya dilakukan, karena dapat menjadi salah satu solusi pemenuhan beban kerja guru dan menumpuknya guru di sekolah perkotaan. Sekolah yang kekurangan guru akan mendapat tambahan guru dari sekolah lain. Begitu pun sekolah yang kelebihan guru, nanti akan dilihat guru mata pelajaran mana saja yang kira-kira bisa dikurangi untuk dipindahkan ke sekolah yang kekurangan. Guru-guru yang menjelang pensiun dalam jangka dua atau tiga tahun ke depan perlu mendapat perhatian, karena jika di satu sekolah ada guru yang pensiun, maka akan ada guru yang dirotasi karena akan menggantikan guru yang pensiun.<br />Berhasilnya implementasi pemenuhan beban kerja guru sangat bergantung pada pemahaman, kesadaran, keterlibatan dan upaya sungguh-sungguh dari segenap unsur yang terkait, serta dukungan pemerintah dan masyarakat. Keberhasilan pelaksanaan pemenuhan beban kerja guru juga menjadi harapan nyata bagi pembangunan pendidikan, pembangunan guru profesional yang mampu menghasilkan insan Indonesia yang cerdas dan kompetitif secara adil, bermutu, dan relevan untuk kebutuhan masyarakat Indonesia dan global.<br />Penyebaran guru yang tidak merata menimbulkan terjadinya pendayagunaan guru yang tidak efisien di beberapa tempat. Guru yang tidak dapat memenuhi kewajiban mengajar 24 jam tatap muka per minggu disarankan untuk mutasi/pindah ke sekolah lain yang kekurangan guru. Pengaturan tentang pemindahan guru mengikuti kebijakan masing-masing pemerintah daerah melalui Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota setempat.<br /> <br />Lampiran 1: Contoh SK Kepala Sekolah tentang Beban Mengajar Guru.<br />Surat Keputusan Kepala Sekolah <br />Nomor: <br />Tentang<br />Beban Kerja Guru Tahun Pelajaran<br />Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa<br />Kepala Sekolah , Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota<br /> Provinsi <br />Menimbang : a. Bahwa proses belajar mengajar merupakan inti<br />proses penyelenggaraan pendidikan pada satuan pendidikan;<br />b. Bahwa untuk menjamin kelancaran proses belajar perlu ditetapkan pembagian tugas mengajar dan tugas tambahan bagi guru;<br />d. <br />e. <br />Mengingat : a. UU Nomor 20 Tahun 2003<br />b. PP Nomor 19 Tahun 2005<br />d. <br />e. <br />MEMUTUSKAN<br />Menetapkan: BEBAN KERJA GURU TAHUN PELAJARAN<br />Pertama : Beban kerja guru tahun pelajaran - meliputi<br />kewajiban tatap muka/mengajar dan tugas tambahan lainnya.<br /> <br />Kedua : Beban kerja guru tersebut tertuang dalam daftar Lampiran: SK Kepala Sekolah Nomor <br />terlampir. Tanggal <br />Ketiga : Keputusan ini mulai berlaku pada saat ditetapkan.<br /> <br /><br /> <br />Kepala Sekolah,<br />NIPSyamhttp://www.blogger.com/profile/03154960360749382192noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-6779179964089018646.post-76802360730932765592010-03-25T01:40:00.000-07:002010-03-25T01:42:10.325-07:00PENILAIAN PORTOPOLIO DALAM PEMBELAJARAN FÍSIKA BERBASIS INQUARI TERBIMBING DI SMP NEGERI 2 SINGARAJAI Kade Suardana<br />Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA Universitas Pendidikan<br />Ganesha<br />Abstrak<br />Tujuan penelitian ini adalah 1) meningkatkan hasil belajar fisika siswa pada pokok bahasan gerak dan gaya melalui implementasi penilaian portofolio dalam pembelajaran fisika berbasis inquari terbimbing, dan 2) mendeskripsikan respon siswa terhadap model pembelajaran yang diimplentasikan. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang melibatkan 41 orang siswa kelas VIIF SMP N 2 Singaraja pada tahuan ajaran 2007/2008. Tindakan dilakukan dalam dua siklus pembelajaran. Data dikumpulkan dengan pedoman observasi, tes, kuesioner dan pedoman wawancara, dan dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan 1) Penerapan penilaian portofolio dalam pembelajaran fisika berbasis inquari terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Terjadi peningkatan perolehan hasil belajar siswa sebesar 8,3% pada kompetensi kognitif siswa (dari skor rata-rata sebesar 74,3 dengan kualifikasi baik pada siklus I menjadi sebesar 80,5 dengan kualifikasi baik pada siklus II), sebesar 17,4% pada kompetensi afektif siswa (dari skor rata- rata sebesar 69,0 dengan kualifikasi cukup baik pada siklus I menjadi sebesar 81,0 dengan kualifikasi baik pada siklus II), dan sebesar 15,4% pada kompetensi psikomotor siswa (dari skor rata- rata sebesar 68,4 dengan kualifikasi cukup baik pada siklus I menjadi sebesar 78,9 dengan kualifikasi baik pada siklus II). 2) Respon siswa terhadap penerapan penilaian portofolio dalam pembelajaran fisika bebasis inquari terbimbing adalah sangat positif.<br />Kata-kata kunci: inquari terbimbing, penilaian portopolio<br />Abstract<br />The purpose of this research was 1) increasing the quality of the<br />student’s achievement in the motion and force concept through<br />the portpolio assessments in the the physics learning based on the<br /> <br />guided discovery inquiry, and 2) describing the student’s response concerning the application of implementation of constructional program. This research was a classroom research which involved 41 students of class VIIF of SMP N 2 Singaraja in the academic year 2007/2008. The action research was conducted in two cycles. The data were collected by using list- observation, test, questionnaire and list-interview; and analyzed descriptively. The result of this research indicated that, the implementation of the portfolio assesment in the the physics learning based on the guided discovery inquiry can improve the student’s achievement. The student’s achievement quantitatively increased by 8.3% in cognitive competence, 17.4% in affective competence, and 15.4% for psychomotor competence. The student’s response to the implementation of the instructional program was very positive.<br />Key words: guided inquiry, portfolio assessment<br />Pendahuluan<br />Berdasarkan hasil observasi awal yang telah dilakukan selama 3 bulan (bulan Januari sampai Maret 2006) pada pembelajaran fisika di SMP Negeri 2 Singaraja, ditemukan bahwa sebagian besar guru-guru fisika masih menerapkan penilaian konvensional yang mana hasil belajar siswa dinilai berdasarkan kemampuan siswa pada penguasaan bahan yang diujikan dalam bentuk tes obyektif dan tanpa memberikan umpan balik dari hasil tes tersebut. Reaksi siswa terhadap penilaian yang diterapkan guru adalah siswa cenderung belajar semata-mata berorientasi pada penguasaan materi secara kognitif saja dan kurang memperhatikan aspek afektif dan psikomotor. Hal ini bisa dilihat ketika siswa diberi pertanyaan mengenai alat tertentu, kegunaan serta bagaimana cara menggunakannya, siswa tidak dapat menjelaskan secara seksama dan tidak dapat menggunakannya dengan benar. Terhadap alat-alat laboratorium, siswa tidak memperhatikan bagaimana memperlakukan alat-alat tersebut dengan baik, bahkan ada siswa yang menggunakan alat-alat laboratorium sebagai mainan.<br />Penguasaan materi secara kognitif ini menimbulkan pandangan negatif terhadap pembelajaran fisika. Berdasarkan hasil respon siswa melalui angket respon yang diberikan, sebagian besar siswa (hampir 80% dari 40 siswa) di kelas VIIF SMP N 2 Singaraja pada tahun ajaran 2005/2006 memandang bahwa pelajaran fisika adalah pelajaran yang identik dengan rumus-rumus dan perhitungan-perhitungan yang tidak ada implementasinya<br /> <br />dalam kehidupan sehari-hari, sehingga pelajaran fisika menjadi pelajaran yang tidak menarik, tidak menyenangkan, bahkan dibenci. Pandangan negatif ini kemudian lebih diperparah lagi dengan model pembelajaran yang digunakan cenderung bernuansa ceramah. LKS yang diberikan guru kepada siswa hanya dijelaskan melalui ceramah dan jarang memfasilitasi siswa dengan percobaan untuk melatih proses berpikir siswa, sehingga pelajaran fisika menjadi membosankan. Dampak implementasi pembelajaran yang bernuansa konvesional tersebut dapat dilihat dari hasil belajar siswa pada pelajaran fisika yang masih sangat rendah, di mana ketuntasan klasikal yang dicapai oleh siswa kelas VIIF pada semester 1 tahun ajaran 2005/2006 karang dari 85% dengan nilai rata-rata kelas sebesar 6,25. Agar proses belajar siswa tidak hanya berorientasi pada pengembangan aspek kognitif saja tetapi juga berorientasi pada aspek afektif dan psikomotor maka perlu kiranya dikembangkan suatu penilaian yang mengarah pada pencapaian tujuan tersebut.<br />Perubahan pandangan dari kurikulum 1994 dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang sedemikian besar tanpa didukung rambu-rambu pelaksanaan secara jelas telah menyebabkan guru-guru di lapangan mengalami kesulitan. Hasil wawancara yang dilakukan dengan guru pengajar di kelas VII diperoleh kesimpulan, bahwa guru mengalami kesulitan dalam menafsirkan kedalaman kompetensi dasar yang dimaksudkan dalam KBK dan tidak ada kriteria yang jelas dengan tingkat ketercapaian kompetensi, sehingga menyulitkan dalam penilaian. Permasalahan utama yang dihadapi guru adalah dalam mengintegrasikan penilaian ke dalam pembelajaran yang dituntut oleh KBK, yang selama ini dipandang guru sebagai kegiatan terpisah.<br />Berdasarkan semua permasalahan yang terungkap tersebut maka perlu diupayakan pengimplentasian suatu perspektif penilaian baru yaitu penilaian portofolio yang diterapkan dalam pembelajaran fisika sebagai upaya meningkatan kompetensi dasar siswa. Dalam KBK atau kurikulum 2004, penilaian portofolio menjadi salah satu kewajiban untuk dilakukan guru di kelas. Portofolio merupakan catatan atau kumpulan hasil karya siswa yang didokumentasi secara baik dan teratur. Portofolio dapat berbentuk tugas-tugas yang dikerjakan siswa, jawaban siswa atas pertanyaan guru, catatan hasil observasi guru, catatan hasil wawancara guru dengan siswa, laporan kegiatan siswa, dan karangan yang dibuat siswa (Rusoni, 2001). Menurut Surapranata dan Hatta (2004), portofolio diartikan sebagai kumpulan karya atau dokumen siswa yang tersusun secara sistematis dan<br /> <br />terorganisasi yang diambil selama proses pembelajaran, digunakan oleh guru dan siswa untuk menilai dan memantau perkembangan pengetahuan, keterampilan, dan sikap siswa dalam mata pelajaran tertentu.<br />Pranata (2004) menyatakan bahwa penilaian portofolio mampu menghargai siswa sebagai individu yang dinamis, aktif mengkonstruksi pengetahuan sesuai dengan pengalamannya yang spesifik. Di samping itu, penilaian portofolio memandang bahwa penilaian merupakan bagian utuh dari belajar, sehingga pembelajaran dilaksanakan dengan cara memberikan tugas-tugas yang menuntut aktivitas belajar yang bermakna serta menerapkan apa yang dipelajari dalam konteks nyata. Penilaian portofolio dapat memperlihatkan kemampuan siswa dalam memanfaatkan berbagai sumber belajar serta mengkreasikan pengertian mereka sendiri tentang sesuatu tema. Selain itu penilaian portofolio juga dapat membantu siswa dalam merefleksi diri, mengevaluasi diri, dan menentukan tujuanbelajarnya. Dengan demikian penilaian portofolio dapat menilai belajar siswa secara menyeluruh baik aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor.<br />Banyak penelitian tentang portofolio memberikan bukti-bukti yang meyakinkan mengenai keefektifan dan keotentikan implementasi portofolio dalam pengajaran fisika pada tahun-tahun pertama. Rivard (dalam Santyasa, 2003) menyatakan bahwa penulisan tugas-tugas seperti membuat ringkasan, merumuskan penjelasan, dan menganalisis fenomena fisika dapat meningkatkan belajar siswa. Di samping itu, dia juga menyatakan bahwa dari 88% siswa yang ditugasi membuat rumusan penjelasan fenomena alam sehari-hari dalam suatu laporan tertulis dapat meningkatkan belajar fisika. Para siswa yang terklasifikasi pada tingkatan rata-rata dan di bawah rata-rata kelas menyatakan bahwa dengan menulis membuat mereka berpikir tentang apa yang mereka pelajari, ketimbang hanya menghafalkan materi untuk sebuah ujian. Para siswa yang menggunakan bahasa sehari-hari untuk menjelaskan konsep-konsep ilmiah pada suatu topik tertentu dapat meningkatkan minat mereka terhadap topik tersebut. Menggunakan portofolio juga dapat memperbaiki sikap para siswa dalam belajar fisika.<br />Salah satu model pembelajaran yang cocok untuk menerapkan penilaian portofolio adalah model pembelajaran inquari terbimbing. Model pembelajaran ini memberikan peluang yang sama dengan penilaian portofolio yaitu pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas kelas yang berpusat pada siswa dan memungkinkan siswa belajar memanfaatkan berbagai sumber belajar yang tidak hanya menjadikan guru sebagai satu¬satunya sumber belajar. Melalui model ini juga siswa secara aktif akan<br /> <br />terlibat dalam proses mentalnya melalui kegiatan pengamatan, pengukuran, dan pengumpulan data untuk menarik suatu kesimpulan. Dalam model pembelajaran Inquari terbimbing guru adalah fasilitator pembelajaran dan manajer lingkungan belajar. Terbimbing dalam penelitian ini diartikan bahwa perencanaan pembelajaran, penyusunan laporan, dan instrumen pencatatan data disediakan oleh guru. Hal ini dimaksudkan agar proses belajar mengajar berlangsung efektif dan efisien, sehingga akan dapat: 1) meningkatkan potensi intelektual siswa, 2) meningkatkan motivasi intrinsik siswa untuk belajar, 3) mengarahkan siswa ke arah pola berpikir induktif atau investigasi, dan 4) meningkatkan ketahanlamaan memori. Sedangkan ketika pembelajaran berlangsung, peran guru sebagai pembimbing yaitu memberikan petunjuk-petunjuk seperlunya (fungsi guru adalah sebagai manajer lingkungan belajar). Jadi Inquari terbimbing merupakan salah satu model pembelajaran yang dirancang agar siswa terlibat aktif dalam pembelajaran melalui proses mentalnya sendiri dengan melakukan kegitan¬kegiatan yang berorientasi ilmiah (Syah, 1996). Keberhasilan implementasi model Inquari terbimbing telah banyak ditemukan. Sadia (1992) dalam penelitiannya terhadap siswa SMP Negeri di Bali menemukan bahwa kegiatan-kegiatan discovery-inquiry berpengaruh positif terhadap pembentukan dan perkembangan konsep diri dan sifat mandiri siswa. Dalam model pembelajaran Inquari terbimbing memungkinkan guru dapat menerapkan penilaian portofolio, karena fase-fase dalam pembelajaran Inquari terbimbing dapat digunakan sebagai alat dan bahan dari portofolio siswa.<br />Fokus permasalahan yang dicari jawabannya melalui penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut 1) Apakah implementasi penilaian portofolio dalam pembelajaran fisika berbasis inquari terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan gerak dan gaya? 2) Bagaimana respon siswa terhadap implementasi penilaian portofolio dalam pembelajaran fisika berbasis inquari terbimbing?<br />Metode<br />Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang melibatkan 41 siswa kelas VII F SMP N 2 Singaraja pada tahun ajaran 2007/2008. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus pembelajaran, yang tiap siklusnya terdiri dari empat tahapan, yaitu: (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi dan evaluasi, dan (4) refleksi. Masing <br /> <br />masing siklus dilaksanakan dalam empat kali pembelajaran dan satu kali pelaksanaan tes akhir tindakan.<br />Data yang dikumpulkan adalah 1) data hasil belajar siswa yang meliputi kompetensi kognitif, komptensi afektif, dan kompetensi psikomotor, dikumpulkan dengan Lembar kerja siswa (LKS), laporan praktikum, kuis, pekerjaan rumah (PR), dan tes (ulangan harian) dan lembar observasi, dan 2) data respon mahasiswa terhadap model yang dimplementasikan dikumpulkan dengan angket dan pedoman wawancara. Data dianalisis secara deskriptif, dengan krieteria kerberhasilan terjadi peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II. Data respon siswa dianalisis secara deskriptif dengan kriteria keberhasilan adalah respon mahasiswa minimal berkategori postif.<br />Hasil<br />Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas VIIF SMP N 2 Singaraja dengan jumlah siswa sebanyak 41 orang. Materi pelajaran yang dipelajari siswa di kemas dalam dua siklus pembelajaran, dan tiap siklus dirinci menjadi empat kali pertemuan. Tiap pertemuan dilaksanakan satu kali dalam seminggu, dengan alokasi waktu 3 jam pelajaran tatap muka.<br />Di awal proses pembelajar, guru yang berkolaborasi dengan peneliti terlebih dahulu menyampaikan bahwa kegiatan pembelajaran di kelas pada pokok bahasan Gerak dan Gaya yang dilaksanakan dengan menggunakan penilaian portofolio melalui model pembelajaran inquari terbimbing. Guru menyampaikan tentang model penilaian yang akan dilaksanakan selama proses pembelajaran mencakup tiga aspek penilaian yang sesuai dengan tuntutan dalam kurikulum 2004, yaitu penilaian kompetensi kognitif, afektif, dan psikomotor dengan menggunakan penilaian portofolio. Guru selanjutnya menyampaikan gambaran umum tentang penilaian portofolio dan jenis tagihan yang akan dijadikan sebagai portofolio siswa. Tagihan yang akan dijadikan sebagai portofolio siswa untuk kompetensi kognitif, yaitu berupa laporan hasil mengerjakan LKS, pekerjaan rumah (PR), laporan hasil meringkas suatu topik atau konsep yang akan dipelajari siswa, laporan hasil kegiatan praktikum/percobaan, dan makalah. Tagihan untuk kompetensi afektif, yaitu berupa hasil observasi guru terhadap afektif siswa selama proses pembelajaran yang berkaitan dengan kerjasama siswa dalam kelompok, antusiasme siswa dalam bertanya, presentasi hasil diskusi kelompok, antusiasme siswa dalam menjawab pertanyaan. Tagihan untuk kompetensi psikomotor siswa yaitu berupa hasil observasi guru terhadap<br /> <br />psikomotor siswa yang berkaitan dengan penggunaan pengetahuan fisika, merangkai alat dan bahan percobaan, menggunakan alat dan bahan percobaan, dan komunikasi siswa. Untuk portofolio berupa makalah disusun secara berkelompok dengan mengambil topik atau judul terkait dengan aplikasi dari konsep Gerak dan Gaya.<br />Kegiatan pembelajaran yang dilakukan disesuaikan dengan langkah-langkah pembelajaran inquiri terbimbing. Pada langkah pertama, pra-in quiri, dilakukan pemotivasian dan pengarahan siswa pada konsep yang akan didiskusikan dengan jalan mengajukan permasalahan yang terkait dengan konsep tersebut dan kehidupan sehari-hari. Pada langkah kedua, inquiri, siswa melakukan percobaan yang dituntun dengan LKS yang telah dibagikan di mana sebelumnya siswa bersama peneliti menetapkan hipotesis terkait dengan percobaan yang akan dilakukan. Pada langkah ketiga, pos-inquiri, siswa diberikan kesempatan untuk mendiskusikan hasil yang diperoleh dan permasalahan-permasalahan yang ditemukan selama melakukan praktikum dalam kelompoknya masing-masing, dan selanjutnya dilakukan diskusi kelas. Konsep-konsep yang dikaji dalam praktikum, siswa terapkan dalam situasi baru melalui permasalahan-permasalahan yang disajikan. Akhir dari langkah pos-inquiri ini yaitu siswa membuat kesimpulan terhadap hasil pengamatan yang telah mereka lakukan dan membuat pertanggungjawabannya dalam bentuk laporan praktikum. Laporan praktikum ini dikumpulkan pada pertemuan berikutnya sebelum pelajaran dimulai. Di samping itu, pekerjaan rumah (PR) juga merupakan salah satu portofolio siswa. Dalam PR tersebut siswa membuat permasalahan yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan pokok bahasan yang dibahas.<br />Dalam setiap proses pembelajaran di masing-masing siklus, siswa belajar menggunakan media berupa lembar kerja siswa (LKS) yang difasilitasi oleh guru. LKS tersebut, dapat dijadikan sebagai penuntun siswa selama proses pembelajaran di kelas. Guru kemudian menyampaikan tentang model pembelajaran yang akan digunakan selama proses pembelajaran, yaitu model pembelajaran inquari terbimbing. Dengan menggunakan setting kelas kooperatif, guru selanjutnya membantu siswa untuk membentuk kelompok dengan batasan jumlah anggota minimal 4 orang dan maksimal 5 orang yang heterogen baik dari segi jenis kelamin dan kemampuan akademik. Dari jumlah siswa kelas VIIF sebanyak 41 orang, terbentuk 9 kelompok yang terdiri atas 4 kelompok beranggotakan 4 orang dan 5 kelompok beranggotakan 5 orang.<br />Data kompetensi kognitif siswa yang diperoleh dari hasil observasi dan evaluasi pada siklus I yang diperoleh dari data nilai rata-rata portofolio siswa yang mencakup LKS, PR, ringkasan, dan laporan praktikum pada tiap pertemuan dan makalah di akhir siklus, diperoleh nilai rata-rata kognitif<br />siswa (X) sebesar 74,3 dan standar deviasi (SD) sebesar 7,5. Berdasarkan kriteria penggolongan yang telah ditetapkan maka kompetensi kognitif siswa kelas VIIF SMP N 2 Singaraja pada siklus I berada pada kategori baik .<br />Data kompetensi afektif siswa yang diperoleh dari hasil observasi dan<br />evaluasi siklus I memiliki rata-rata afektif siswa (X) sebesar 69,0 dan standar deviasi (SD) sebesar 10,4. berada pada kategori cukup baik sesuai dengan kriteria penggolongan yang telah ditetapkan.<br />Data psikomotor siswa yang diperoleh dari hasil observasi dan<br />evaluasi pada siklus I memiliki rata-rata psikomotor siswa (X) sebesar 68,4 dan standar deviasi (SD) sebesar 8,0. Berdasarkan kriteria penggolongan yang telah ditetapkan, kompetensi psikomotor siswa kelas VIIF SMP N 2 Singaraja pada siklus I berada pada kategori cukup baik.<br />Data kompetensi kognitif siswa yang diperoleh dari hasil observasi dan evaluasi pada siklus II yang diperoleh dari data nilai rata-rata portofolio siswa yang mencakup LKS, PR, ringkasan, dan laporan praktikum pada tiap pertemuan dan makalah di akhir siklus, diperoleh nilai rata-rata kognitif<br />siswa (X) sebesar 80,5 dan standar deviasi (SD) sebesar 6,7. Berdasarkan kriteria penggolongan yang telah ditetapkan maka kompetensi kognitif siswa kelas VIIF SMP N 2 Singaraja pada siklus II berada pada kategori baik .<br />Data kompetensi afektif siswa yang diperoleh dari hasil observasi dan<br />evaluasi siklus II memiliki rata-rata afektif siswa (X) sebesar 81,0 dan standar deviasi (SD) sebesar 6,3. berada pada kategori baik sesuai dengan kriteria penggolongan yang telah ditetapkan.<br />Data psikomotor siswa yang diperoleh dari hasil observasi dan<br />evaluasi pada siklus II memiliki rata-rata psikomotor siswa (X) sebesar 78,9 dan standar deviasi (SD) sebesar 7,4 Berdasarkan kriteria penggolongan yang telah ditetapkan, kompetensi psikomotor siswa kelas VIIF SMP N 2 Singaraja pada siklus II berada pada kategori baik.<br />Data respon siswa kelas VIIF SMP N 2 Singaraja pada tahun ajaran 2007/2008 terhadap penerapan penilaian portofolio dalam pembelajaran fisika melalui model inquari terbimbing yang dikumpulkan dengan menggunakan angket respon yang diberikan kepada siswa di akhir akhir siklus II menunjukkan bahwa hampir 80% siswa menunjuk respon yang<br />sangat positif. Hasil analisis data menunjukan skor rata-rata respon siswa sebesar 82,4. dan SD 5,1 berada pada kategori sangat positif berdasarkan kriteria penggolongan yang telah ditetapkan.<br />Pembahasan<br />Dari hasil analisis data pada siklus I diperoleh skor rata-rata kompetensi kognitif siswa di akhir tindakan sebesar 74,3 dengan kualifikasi baik, skor rata-rata kompetensi afektif siswa sebesar 69,0 dengan kualifikasi cukup baik, dan skor rata-rata kompetensi psikomotor siswa sebesar 68,4 dengan kualifikasi cukup baik. Belum tercapaianya hasil sesuai dengan harapan pada kompetensi afektif dan psikomotor siswa (dengan krieria keberhasilan minimal berkategori baik) yang diperoleh pada siklus I ini disebabkan oleh kendala kendala berikut. 1) Masih kurangnya kerjasama anggota kelompok. Siswa yang memiliki kemampuan lebih tinggi nampak antusias dalam mengerjakan tugas-tugas yang harus dikerjakan, baik melakukan praktikum maupun mencatat data. Sedangkan siswa yang berkemampuan rendah bersikap acuh tak acuh dan enggan bertanya kepada temannya yang lebih mampu. 2) Bebrapa keterampilan yang dikembangkan ternyata masih banyak yang belum dikuasai oleh siswa sehingga skor yang diperoleh siswa pada aspek psikomotor menjadi kecil. 3) Tersitanya waktu belajar hanya untuk memahami petunjuk kerja yang ada pada LKS. 4) Sebagian dari mereka masih beranggapan bahwa keaktifan mereka dalam setiap kegiatan pembelajaran tidak memperoleh penilaian. Anggapan ini juga menyebabkan mereka enggan untuk mengemukakan pertanyaan ketika mereka menemukan permasalahan.<br />Setelah diadakan penyempurnaan dan perbaikan terhadap kendala-kendala yang ditemukan pada siklus I, maka pada siklus II skor yang diperoleh siswa pada masing-masing aspek (kognitif, afektif, psikomotor) sudah lebih baik dibandingkan dengan skor yang diperoleh siswa pada siklus I. Pada siklus II terjadi peningkatan kognitif siswa sebesar 8,3% (dari skor rata-rata kognitif siswa sebesar 74,3 dengan kualifikasi baik pada siklus I menjadi sebesar 80,5 dengan tetap pada kualifikasi baik pada siklus II), afektif siswa sebesar 17,4% (dari skor rata-rata afektif siswa sebesar 69,0 dengan kualifikasi cukup baik pada siklus I menjadi sebesar 81,0 dengan kualifikasi baik pada siklus II), dan psikomotor siswa sebesar 15,4% (dari skor rata-rata psikomotor siswa sebesar 68,4 dengan kualifikasi cukup baik pada siklus I menjadi sebesar 78,9 dengan kualifikasi baik pada siklus II).<br /> <br />Berdasarkan hasil yang diperoleh pada siklus I dan siklus II, maka pelaksanaan tindakan yang dilakukan dapat dikatakan cukup mampu meningkatkan aspek kognitif, aspek afektif, aspek psikomotor siswa kelas VIIF SMP Negeri 2 Singaraja tahun ajaran 2007/2008. Hal ini dapat terjadi karena penerapan penilaian portofolio dalam pembelajaran inquiri terbimbing memberikan peluang yang luas kepada siswa untuk berkreativitas dalam pembelajaran di kelas. Siswa memiliki kesempatan untuk mengembangkan sikap dan keterampilan mereka dalam pembelajaran, sehingga dengan penguasaan proses yang optimal dapat membantu siswa dalam membangun konsep fisika yang mereka pelajari. Keseimbangan antara proses dan produk merupakan dua sisi yang saling menunjang dalam belajar sains. Penilaian portofolio melalui model inquiri terbimbing juga memberikan kesempatan yang luas bagi siswa untuk membangun pengetahuan dan pikiran siswa itu sendiri. Hal ini selaras dengan faham konstruktivisme yang menyatakan bahwa pengetahuan dibangun dalam pikiran siswa, dalam hal ini siswa mencari makna dan akan mencoba untuk menemukan hubungan urutan di dalam kejadian-kejadian dari dunia informasi yang mereka peroleh. Hal penting dan sangat menunjang keberhasilan proses pembelajaran adalah perasaan senang untuk belajar dengan penilaian porofolio dalam pembelajaran inquiri terbimbing. Perasaan siswa terhadap model penilaian dan pembelajaran yang diterapkan tercermin dari respon yang diberikan oleh siswa. Siswa memiliki respon yang positif terhadap penerapan penilaian portofolio dalam pembelajaran inquiri terbimbing di kelasnya. Hal ini dilihat dari skor rata-rata yang diperoleh sebesar 82,4 termasuk dalam kategori sangat positif.<br />Dari paparan tersebut dan refleksi yang dilakukan, penilaian portofolio dalam pembelajaran inquiri terbimbing memiliki beberapa kebaikan. Adapun kebaikan tersebut adalah sebagai berikut. 1) Pengajaran menjadi berpusat pada siswa . 2) Penilaian portofolio dapat menolong guru membukukan dan mengevaluasi kemampuan dan pengetahuan siswa sesuai dengan harapan tanpa mengurangi kreativitas siswa di kelas. Penilaian portofolio juga dapat memfasilitasi siswa untuk lebih bertanggungjawab terhadap pekerjaan mereka di kelas dan meningkatkan peranserta mereka dalam kegiatan pembelajaran. 3) Dengan penilaian portofolio, memungkinkan guru untuk melihat siswa. 4) Penilaian portofolio memungkinkan guru dan siswa secara bersama-sama bertanggungjawab untuk merancang proses pembelajaran dan untuk mengevaluasi kemajuan belajar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. 5) Melalui penilaian<br />portofolio melalui model pembelajaran inquiri terbimbing, kegiatan yang<br />dilakukan selama proses pembelajaran menjadi lebih terarah dan sistematis<br />sehingga guru lebih efektif dalam mengelola waktu dan penyampaian materi.<br />Di samping memiliki beberapa keunggulan, ada hal-hal tertentu yang kiranya perlu diperhatikan dalam menerapkan penilaian portofolio dalam pembelajaran inquiri terbimbing. 1) Guru hendaknya dapat memanajemen alokasi waktu yang tersedia dengan baik, karena penerapan penilaian portofolio dalam pembelajaran inquiri terbimbing memerlukan waktu yang relatif lebih lama dibandingkan dengan penggunaan penilaian konvensional. 2) Model penilaian dan pembelajaran ini akan lebih cocok diterapkan dalam mengajarkan fisika yang menuntut adanya kegiatan praktikum, dan dalam implementasinya di lapangan, model ini akan efektif jika siswa dibentuk dalam kelompok-kelompok kecil (4-5 orang).<br />Simpulan<br />Berdasarkan permasalahan dan hasil analisis data dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut. 1) Penerapan penilaian portofolio dalam pembelajaran fisika berbasis inquari terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar siswa kels VIIF SMP N 2 Singaraja pada tahun ajaran 2007/2008 pada pokok bahasan gerak dan gaya. Terjadi peningkatan perolehan hasil belajar siswa sebesar 8,3% untuk kompetensi kognitif siswa (dari skor rata- rata sebesar 74,3 dengan kualifikasi baik pada siklus I menjadi sebesar 80,5 dengan kualifikasi baik pada siklus II), sebesar 17,4% untuk kompetensi afektif (dari skor rata-rata sebesar 69,0 dengan kualifikasi cukup baik pada siklus I menjadi sebesar 81,0 dengan kualifikasi baik pada siklus II), dan sebesar 15,4% untuk kompetensi psikomotor siswa (dari skor rata-rata sebesar 68,4 dengan kualifikasi cukup baik pada siklus I menjadi sebesar 78,9 dengan kualifikasi baik pada siklus II). 2) Respon siswa kelas VIIF SMP N 2 Singaraja pada tahun ajaran 2007/2008 terhadap penerapan penilaian portofolio dalam pembelajaran fisika berbasis inquari terbimbing adalah sangat positif.<br />Berdasarkan temuan-temuan yang diperoleh dalam penelitian ini, maka dapat diajukan beberapa saran-saran sebagai berikut. 1) Penerapan penilaian portofolio dalam pembelajaran fisika berbasis inquari terbimbing dapat digunakan sebagai salah satu alternatif model penilaian pembelajaran dalam upaya meningkatkan kompetensi kognitif, afektif dan psikomotor siswa. Untuk itu, kepada guru fisika pada umumnya, disarankan untuk mencoba menerapkan penilaian portofolio dalam pembelajaran fisika berbasis berbasis<br />inquari terbimbing pada pokok bahasan lain. 2) Dalam menerapkan model penilaian portofolio dalam pembelajaran fisika berbasis inquari terbimbing guru hendaknya memperhatikan beberapa hal seperti menyiapkan diri sebagai fasilitator dan mediator yang baik bagi siswa dalam belajar di kelas maupun di luar kelas. Setiap tahapan dalam pembelajaran berbasis inquari terbimbing merupakan bahan portofolio baik itu terkait dengan observasi guru terhadap aktivitas siswa maupun karya-karya yang dihasilkan siswa ketika menjalani proses pembelajaran.<br />Daftar Rujukan<br />Amien, M. 1979. Apakah metode discovery inquiry? Yogyakarta: FKIP IKIP Yogyakarta.<br />Arikunto, S. 2001. Dasar-dasar evaluasi pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.<br />Budimansyah, D. 2002. Model pembelajaran dan penilaian berbasis portofolio. Bandung: PT. Genesindo.<br />Gipayana, M. 2004. Pengajaran literasi dan penilaian portofolio dalam konteks pembelajaran menulis SD. Jurnal Ilmu Pendidikan. Jilid II, No. 1, Februari 2004. 59-70.<br />Krulik. S., & Rudnick, J. A. 1995. The new sourcebook for teaching reasioning and problem solving in elementary school. Londo: Allyn and Bacon.<br />Pranata, M. 2004. Portofolio: Model penilaian desain berbasiskan konstruktivistik. Nirmana. No 1, Januari 2004: 63-81. http://puslit.petra.ac.id/journals/design/design06-01-04- <br />5baru.php <br />Rustaman, N. Y. 2004. “Penilaian berbasis kelas”. Makalah. Disajikan dalam seminar/ lokakarya di FPMIPA IKIP Negeri Singaraja. Program Pascasarjana & FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia. Singaraja 4 Desember 2004.<br />Sadia, I W. 1992. Pengaruh pola asuh orang tua dan pengajar dengan metode discovery-inquiry terhadap konsep diri dan sifat mandiri serta hubungan dengan prestasi belajar IPA siswa SMP Negeri di Propinsi Bali. Laporan Penelitian. FKIP Universitas Udayana.<br /> <br />Santyasa, I W. 2003. Pendidikan, pembelajaran, dan penilaian berbasis kompetensi. Makalah. Disajikan dalam seminar Jurusan Pendidikan Fisika IKIP Negeri Singaraja pada tanggal 27 Februarai 2003.<br />Santyasa, I W. 2004. Pengantar asesmen dan portofolio. Buku ajar. Jurusan Pendidikan Fisika, Fakultas MIPA, IKIP Negeri Singaraja.<br />Salam, S. 2001. “Penilaian portofolio dalam pendidikan seni rupa: Landasan dan model”. Jakarta: Pusat Statistik Pendidikan, Balitbang-Depdiknas.http://www.depdiknas.go.id/jurnal/29/penilaian_portf olio_dalam_pendid.htm<br />Surapranata, S., & Hatta, M. 2004. Penilaian portofolio. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.<br />Syah, M. 1996. Psikologi pendidikan suatu pendekatan baru. Cetakan ketiga. Bandung: Remaja Rosdakarya.Syamhttp://www.blogger.com/profile/03154960360749382192noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-6779179964089018646.post-85700538400983035252010-03-18T23:43:00.000-07:002010-03-18T23:55:35.854-07:00FIT TO THINK: CONCEPTUAL, CRITICAL & CREATIVE THINKINGby<br />Dr. Grant T. Hammond<br />Air War College<br />29 July 2004<br /><br /><span style="font-weight:bold;">Why This is Important?</span><br />Even in combat, how well you think is more important to how well you fight than how physically fit you are<br />A wrong decision, an unasked question, a forgotten task, an incomplete analysis, or a poor synthesis can kill you<br />You must exert mental sweat as well as physical sweat to be “Fit to Fight”<br />Good decisions require good thinking!<br /><br /><span style="font-weight:bold;">To Think</span><br />To form or conceive in the mind<br />To meditate, ponder, analyze or examine<br />To have in mind as a plan, intent, or purpose; intend<br />To hold as an opinion; believe; suppose<br />To reflect upon the matter in question<br />To anticipate or expect<br />To make a mental discovery<br /><br /><span style="font-weight:bold;">Idea</span><br />any conception existing in the mind as a result of mental understanding, awareness or activity<br />a thought, conception or notion<br />an impression<br />a plan of action; an intention<br /><br /><span style="font-weight:bold;">Why Do We Use A Light Bulb For An Idea?</span> <br />“Let there be light!”<br />See where there was dark before<br />Come to know and understand because we can see better...<br />Who invented the light bulb?<br />Thomas Alva Edison in 1879<br />America’s most famous inventor<br />Light bulb = invention = idea<br /><br /><span style="font-weight:bold;">Conceptual</span><br />Pertaining to concepts or the forming of concepts<br />CONCEPT--<br /> a general notion or idea; conception<br /> an idea of something formed by mentally combining all its characteristics or particulars: a construct<br /> a directly conceived or intuited object<br /><span style="font-weight:bold;"><br />Why Conceptual Thinking Is Difficult</span><br />We emphasize analysis<br />taking things apart<br />Need to emphasize synthesis<br />putting things together<br />Must think both ways<br />Otherwise, we are “half wits”<br />We don’t emphasize it, reinforce it, reward it and practice it<br /><br /><span style="font-weight:bold;">Utility and Value</span><br />Concepts should be broad enough to be useful<br />Concepts should be specific enough to be of value<br />The “Goldilocks Problem”<br />Like programming<br />Able to be amended and modified<br />Not limited by time and place<br /><br /><span style="font-weight:bold;">Example</span><br />Government is a concept<br />It refers to a process, a means of decision making<br />It is not bounded by time, size, place but links means and ends<br />It is about both purposes and processes<br />It permits comparison across cultures<br />Focuses on how people make rules for living together<br /><br /><span style="font-weight:bold;">Example</span><br />Air Power is a concept<br />What are the attributes of air power?<br />How is it defined? Measured? Assessed?<br />There are different kinds of air power<br />Purpose Performance<br />Methods Munitions<br />Platforms Personnel<br />Concepts can be used in myriad ways<br /><br /><span style="font-weight:bold;">Critical</span><br />Inclined to find fault or judge with severity<br />Occupied with or skilled in criticism<br />Involving skilful judgment as to truth, merit. etc.<br />Pertaining to or of the nature of crisis<br />Involving grave uncertainty, risk, peril, etc.; dangerous<br /><br /><span style="font-weight:bold;">Critical Thinking Is . . .</span><br />It is easy–almost natural—to criticize<br />Others!<br />We can all improve on someone else’s ideas, behavior, performance, etc.<br />Difficult--to do well and effectively<br />To find root causes of why things are sub-par<br />Perfection is elusive and there is always room for improvement<br /><br /><span style="font-weight:bold;">The Two Cultures</span><br />You will be irritated with how critical civilian academics are<br />Academics are by nature critical—they are educated by asking hard questions<br />Those in the military are trained to be team players<br />It is essential to mission effectiveness<br />It will be a challenge for many of you to learn how to ask tough questions of yourself and others<br /><span style="font-weight:bold;"><br />Critical Thinking Is . . .</span><br />Asking Why? Why not? How?<br />Testing motives, bias, incompleteness<br />Deals with alternative explanations<br />Formulation and testing of hypotheses<br />If … then statements, and conditions<br />Looking for mismatches<br />Pattern recognition<br />Analysis and synthesis<br /><br /><span style="font-weight:bold;">Good Critical Thinking</span><br />Requires ability to assess premises of argument<br />Premises state the assumptions of logic to follow<br />They are the starting point of argumentation<br />If the premises are faulty, then the argument is also<br />Critical thinking begins with an assessment of the premises<br /><br />to be continued...Syamhttp://www.blogger.com/profile/03154960360749382192noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6779179964089018646.post-42445619028208535192010-02-25T00:01:00.000-08:002010-02-25T00:02:03.862-08:00Peraturan Mendiknas Nomor: 20 Tahun 2007 tentang STANDAR PENILAIANPeraturan Mendiknas <br />Nomor: 20 Tahun 2007<br />tentang <br />STANDAR PENILAIAN<br />DIREKTORAT PEMBINAAN SMA<br />DITJEN MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH<br />DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL<br /><br />PENILAIAN PENDIDIKAN<br />• Penilaian pendidikan adalah proses pengumpulan <br />dan pengolahan informasi untuk menentukan <br />pencapaian hasil belajar peserta didik;<br />• Penilaian hasil belajar peserta didik dilaksanakan <br />berdasarkan standar penilaian pendidikan yang<br />berlaku secara nasional;<br />• Standar penilaian pendidikan adalah standar <br />nasional pendidikan yang berkaitan dengan <br />mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil <br />belajar peserta didik;<br />• Penilaian dapat berupa ulangan dan atau ujian.<br />• Prinsip Penilaian <br />• Sahih <br />• Objektif <br />• Adil <br />• Terpadu <br />• Terbuka<br />• Menyeluruh dan berkesinambungan <br />• Sistematis <br />• Beracuan Kriteria <br />• Akuntabel <br />• ULANGAN DAN UJIAN<br /><br />• Ulangan adalah proses yang dilakukan untuk <br />mengukur pencapaian kompetensi peserta didik <br />secara berkelanjutan dalam proses pembelajaran,<br />untuk memantau kemajuan, melakukan perbaikan <br />pembelajaran, dan menentukan keberhasilan belajar <br />peserta didik;<br />• Ulangan terdiri atas Ulangan Harian, Ulangan <br />Tengah Semester, Ulangan Akhir Semester, dan <br />Ulangan Kenaikan Kelas;<br />• Ujian meliputi Ujian Nasional dan Ujian Sekolah/<br />Madrasah .<br />ULANGAN<br />• Ulangan harian adalah kegiatan yang dilakukan secara periodik <br />untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah <br />menyelesaikan satu Kompetensi Dasar (KD) atau lebih;<br />• Ulangan tengah semester adalah kegiatan yang dilakukan oleh <br />pendidik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik <br />setelah melaksanakan 8 –9 minggu keg iatan pembelajaran. Cakupan ulangan meliputi seluruh indikator yang merepresentasi-<br />kan seluruh KD pada periode tersebut;<br />• Ulangan akhir semester adalah kegiatan yang dilakukan oleh <br />pendidik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik di <br />akhir semester. Cakupan ulangan meliputi seluruh indikator yang<br />merepresentasikan semua KD pada semester tersebut;<br />• Ulangan kenaikan kelas adalah kegiatan yang dilakukan oleh <br />pendidik di akhir semester genap untuk mengukur pencapaian <br />kompetensi peserta didik di akhir semester genap pada satuan <br />pendidikan yang menggunakan sistem paket. Cakupan ulangan <br />meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan KD pada <br />semester tersebut.<br />UJIAN NASIONAL (UN)<br />• Proses pengukuran pencapaian kompetensi <br />peserta didik, untuk menilai pencapaian <br />SNP yang diselenggarakan oleh <br />Pemerintah;<br />• Merupakan salah satu persyaratan <br />kelulusan dari satuan pendidikan;<br />• Mata pelajaran yang diujikan adalah mata <br />pelajaran tertentu dalam kelompok mata <br />pelajaran Iptek.<br />UJIAN SEKOLAH/MADRASAH<br />• Proses pengukuran pencapaian kompetensi <br />peserta didik oleh satuan pendidikan, sebagai <br />pengakuan atas prestasi belajar;<br />• Merupakan salah satu persyaratan kelulusan <br />dari satuan pendidikan;<br />• Mata Pelajaran yang diujikan mencakup:<br />Kelompok mata pelajaran Iptek yang tidak <br />diujikan dalam UN, dan aspek kognitif dan <br />atau psikomotor kelompok mata pelajaran <br />Agama dan Akhlak mulia serta kelompok mata <br />pelajaran Kewarganegaraan dan Kepribadian.<br />Penilaian hasil belajar pada jenjang <br />pendidikan dasar dan menengah <br />dilakukan oleh:<br />• Pendidik <br />• Satuan Pendidikan <br />• Pemerintah <br />PENILAIAN OLEH PENDIDIK<br />Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara <br />berkesinambungan, bertujuan untuk memantau proses dan <br />kemajuan belajar peserta didik serta untuk meningkatkan <br />efektivitas kegiatan pembelajaran.<br />Kegiatan penilaian meliputi:<br />1. Penginformasian silabus mata pelajaran yang di dalamnya memuat rancangan dan kriteria penilaian pada awal semester;<br />2. Pengembangan indikator pencapaian KD dan pemilihan teknik penilaian yang sesuai pada saat menyusun silabus mata pelajaran;<br />3. Pengembangan instrumen dan pedoman penilaian sesuai dengan bentuk dan teknik penilaian yang dipilih;<br />4. Pelaksanaan tes, pengamatan, penugasan, dan/atau bentuk lain yang diperlukan;<br />5. Pengolahan hasil penilaian untuk mengetahui kemajuan hasil belajar dan kesulitan belajar peserta didik;<br />6. Pengembalian hasil pemeriksaan pekerjaan peserta didik disertai balikan/komentar yang mendidik;<br />7. Pemanfaatan hasil penilaian untuk perbaikan pembelajaran;<br />8. Pelaporan hasil penilaian mata pelajaran pada setiap akhir semester kepada pimpinan satuan pendidikan dalam bentuk satu nilai prestasi belajar peserta didik disertai deskripsi singkat sebagai cerminan kompetensi utuh;<br />9. Pelaporan hasil penilaian akhlak kepada guru Pendidikan Agama dan hasil penilaian kepribadian kepada guru Pendidikan Kewarganegaraan digunakan sebagai informasi untuk menentukan nilai akhir semester akhlak dan kepribadian peserta didik dengan kategori sangat baik, baik, atau kurang baik.<br />PENILAIAN OLEH SATUAN PENDIDIKAN<br />Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan dilakukan untuk menilai <br />pencapaian kompetensi peserta didik pada semua mata pelajaran.<br />Kegiatan penilaian meliputi:<br />1. Penentuan KKM setiap mata pelajaran dengan harus memperhatikan karakteristik peserta didik, karakteristik mata pelajaran, dan kondisi satuan pendidikan melalui rapat dewan pendidik;<br />2. Pengkoordinasian ulangan yang terdiri atas ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas;<br />3. Penentuan kriteria kenaikan kelas bagi satuan pendidikan yang menggunakan sistem paket melalui rapat dewan pendidik, atau penentuan kriteria program pembelajaran bagi satuan pendidikan yang menggunakan sistem kredit semester melalui rapat dewan pendidik;<br />4. Penentuan nilai akhir kelompok mata pelajaran estetika dan kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga dan kesehatan melalui rapat dewan pendidik dengan mempertimbangkan hasil penilaian oleh pendidik;<br />5. Penentuan nilai akhir kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia dan kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian dilakukan melalui rapat dewan pendidik dengan mempertimbangkan hasil penilaian oleh pendidik dan nilai hasil ujian sekolah/madrasah; <br />6. Penyelenggaraan Ujian Sekolah/Madrasah dan penentuan kelulusan peserta didik dari Ujian Sekolah/Madrasah sesuai dengan POS Ujian Sekolah/Madrasah bagi satuan pendidikan penyelenggara ujian sesuai dengan POS Ujian Sekolah/Madrasah ;<br />7. Penentuan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan <br />melalui rapat dewan pendidik sesuai dengan kriteria:<br />a. menyelesaikan seluruh program pembelajaran,<br />b. memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir <br />untuk seluruh mata pelajaran kelompok mata pelajaran <br />agama dan akhlak mulia; kelompok mata pelajaran <br />kewarganegaraan dan kepribadian; kelompok mata <br />pelajaran estetika; dan kelompok mata pelajaran <br />jasmani, olahraga, dan kesehatan,<br />c. lulus Ujian Sekolah/Madrasah, dan <br />d. lulus Ujian Nasional.<br />PENILAIAN OLEH PEMERINTAH<br />1. Pen ilaian Hasil Belajar oleh Pemerintah dilakukan dalam bentuk Ujian Nasional (UN);<br />2. UN didukung oleh sistem yang menjamin mutu dan kerahasiaan soal serta pelaksanaan yang aman, jujur, dan adil;<br />3. Dalam rangka penggunaan hasil UN untuk pemetaan mutu program/atau satuan pendidikan, Pemerintah menganalisis dan membuat peta daya serap hasil UN.<br />PEMANFAATAN HASIL UN<br />Hasil UN dimanfaatkan sebagai salah satu:<br />• pertimbangan dalam pembinaan dan <br />pemberian bantuan kepada satuan pendidikan <br />dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan,<br />• pertimbangan dalam menentukan kelulusan <br />peserta didik pada seleksi masuk jenjang <br />pendidikan berikutnya,<br />• penentu kelulusan peserta didik dari satuan <br />pendidikan yang kriteria kelulusannya <br />ditetapkan setiap tahun oleh Mendiknas <br />berdasarkan rekomendasi BSNP.<br />PROSEDUR PENILAIAN<br />• Perancangan strategi penilaian oleh pendidik dilakukan pada saat <br />penyusunan silabus yang penjabarannya merupakan bagian dari <br />rencana peiaksanaan pembelajaran (RPP);<br />• Ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan <br />kenaikan kelas dilakukan oleh pendidik di bawah koordinasi satuan <br />pendidikan;<br />• Penilaian akhir hasil belajar oleh satuan pendidikan untuk mata <br />pelajaran kelompok mata pelajaran estetika dan kelompok mata <br />pelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan ditentukan <br />melalui rapat dewan pendidik berdasarkan hasil penilaian oleh <br />pendidik;<br />• Penilaian akhir hasil belajar peserta didik kelompok mata pelajaran <br />agama dan akhlak mulia dan kelompok mata pelajaran kewarga-<br />negaraan dan kepribadian dilakukan oleh satuan pendidikan melalui <br />rapat dewan pendidik berdasarkan hasil penilaian oieh pendidik <br />dengan mempertimbangkan hasil ujian sekolah/madrasah;<br />• Kegiatan ujian sekolah/madrasah dilakukan dengan <br />langkah-langkah:<br />a. menyusun kisi-kisi ujian,<br />b. mengembangkan instrumen,<br />c. melaksanakan ujian,<br />d. mengolah dan menentukan kelulusan peserta didik dari ujian sekolah/madrasah, dan <br />e. melaporkan serta memanfaatkan hasil penilaian;<br />• Penilaian akhlak mulia yang merupakan aspek afektif <br />dari kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia,<br />sebagai perwujudan sikap dan perilaku beriman dan <br />bertakwa kepada Tuhan YME dilakukan oleh guru<br />agama dengan memanfaatkan informasi dari pendidik <br />mata pelajaran lain dan sumber lain yang relevan;<br />• Penilaian kepribadian adalah bagian dari penilaian <br />kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan <br />kepribadian oleh guru pendidikan kewarganegaraan <br />dengan memanfaatkan informasi dari pendidik mata <br />pelajaran lain dan sumber lain yang relevan;<br />• Penilaian mata pelajaran muatan lokal mengikuti <br />penilaian kelompok mata pelajaran yang relevan;<br />• Keikutsertaan peserta didik dalam kegiatan <br />pengembangan diri dibuktikan dengan surat keterangan <br />yang ditanda-tangani oleh pembina kegiatan dan kepala <br />sekolah/madrasah .<br />TEKNIK DAN<br />INSTRUMEN PENILAIAN<br />• Penilaian hasil belajar oleh pendidik menggunakan <br />berbagai teknik penilaian berupa tes, observasi,<br />penugasan perseorangan atau kelompok, dan bentuk <br />lain yang sesuai dengan karakteristik kompetensi dan <br />tingkat perkembangan peserta didik;<br />• Teknik tes berupa tes tertulis, tes lisan, dan tes praktik <br />atau tes kinerja;<br />• Teknik observasi atau pengamatan dilakukan selama <br />pembelajaran berlangsung dan atau di luar keg iatan <br />pembelajaran;<br />• Teknik penugasan baik perseorangan maupun kelompok <br />dapat berbentuk tugas rumah dan atau proyek;<br />• Instrumen penilaian harus memenuhi persyaratan:<br />substansi, konstruksi, dan bahasa.<br />LAPORAN HASIL PENILAIAN<br />• Hasil ulangan harian diinformasikan kepada peserta didik <br />sebelum diadakan ulangan harian berikutnya. Peserta <br />didik yang belum mencapai KKM harus mengikuti <br />pembelajaran remedi;<br />• Hasil penilaian oleh pendidik dan satuan pendidikan <br />disampaikan dalam bentuk satu nilai pencapaian <br />kompetensi mata pelajaran disertai dengan deskripsi <br />kemajuan belajar;<br />• Hasil UN disampaikan kepada satuan pendidikan untuk <br />dijadikan salah satu syarat kelulusan peserta didik dari <br />satuan pendidikan dan salah satu pertimbangan dalam <br />seleksi masuk ke jenjang pendidikan berikutnya;<br />• Hasil analisis data UN disampaikan kepada pihak-pihak <br />yang berkepentingan untuk pemetaan mutu program dan <br />atau satuan pendidikan serta pembinaan dan pemberian <br />bantuan kepada satuan pendidikan dalam upaya <br />peningkatan mutu pendidikan.<br />Terima kasihSyamhttp://www.blogger.com/profile/03154960360749382192noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6779179964089018646.post-65233508579196152992010-02-24T23:34:00.000-08:002010-02-24T23:48:55.665-08:00ASESMEN BERBENTUK ESSAY POTENSI YANG BELUM BANYAK TERGALIASESMEN BERBENTUK ESSAY<br />POTENSI YANG BELUM BANYAK TERGALI<br /><br />A. PENDAHULUAN<br />Banyak potensi dari asesmen bentuk essay yang belum tergali, pada bab VII ini kita akan menggali potensi asesmen berbentuk essay. Penilaian essay menyajikan metodologi yang kompromistis terhadap beberapa situasi. Essay memungkinkan kita untuk mengambil beberapa keluaran yang komplek dan sangat berharga pada bagian penilaian kinerja.<br />Metode asesmen bentuk essay memiliki tiga keunggulan:<br />• Metoda ini memungkinkan kita memberikan kepada murid, target pencapaian yang canggih dan komplek<br />• Format essay memungkinkan kita untuk mengukur pencapaian siswa dengan biaya yang relatif rendah dalam waktu dan energi.<br />• Penilaian essay dapat diintegrasikan kedalam proses belajar mengajar dalam sejumlah cara yang produktif. <br />Metode asesmen ini juga mengandung beberapa resiko, apabila kita tidak hati-hati mungkin akan melakukan beberapa atau bahkan keseluruhan hal - hal yang tidak tepat seperti berikut ini:<br />1. Kurang jelas apa hasil belajar yang harus dipelajari, karenanya juga tidak jelas apa yang harus dinilai.<br />2. Tidak berhasil untuk menyesuaikan antara format esay dan jenis pencapaian yang diharapkan.<br />3. Tidak berhasil untuk mengambil sample yang representative untuk ranah yang diinginkan<br />4. Tidak berhasil mengontrol sumber - sumber yang menyebabkan biasnya asesmen yang mengandung unsur subyektifitas ini.<br /><br /><br /><br />B. ASESMEN BERBENTUK ESSAY DALAM LINGKUNGAN BELAJAR YANG PRODUKTIF<br />Kriteria yang digunakan untuk memberikan skor jawaban mahasiswa terhadap soal essay ini. Pemberian poin untuk tiap jawaban adalah sebagai berikut: dua poin apabila jawaban menyebutkan salah satu dari enam prosedur ini dan memberikan alasannya mengapa menggunakan asesmen untuk penampilan siswa.<br />1. Memberikan kriteria yang jelas tentang spesifikasi penampilan<br />2. Mensampel penampilan dengan beberapa soal<br />3. Menggunakan cara rating yang sistematis<br />4. Membuat catatan tentang siswa secara tepat dan akurat<br />5. Menggunakan asesmen penampilan yang telah diterbitkan untuk mcmverifikasi hasil asesmen yang dilaksanakan<br />6. Menggunakan beberapa pengamat sebagai penguat<br />Jawaban juga akan diberi dua poin apabila jawaban mencantumkan satu diantara kemungkinan berikut serta memberikan alasannya:<br />• Memberikan spesifikasi yang jelas terhadap tujuan belajar<br />• Mendasarkan pada metode asesmen yang tepat<br />• Mensampel kemampuan dengan baik<br />• Mengontrol sumber-sumber penyebab biasanya penilaian jawaban - jawaban yang lain tidak mendapatkan nilai<br /><br />PROSEDUR YANG DITEMPUH<br />Ujian essay yang dilaksanakan teman saya ini adalah ujian yang dikerjakan di rumah. Karena itu para mahasiswa mempunyai waktu yang cukup untuk melakukan refleksi dan belajar. Para mahasiswa ternyata memang melaporkan bahwa mereka menghabiskan banyak waktu untuk menyiapkan jawaban terhadap pertanyaan -pertanyaan yang diberikan. Karena soal - soal ujian tersebut diberikan satu demi satu sesuai dengan topik yang sedang dibahas, para mahasiswa dapat memperoleh gambaran yang sangat jelas mengenai target apa yang paling diharapkan. Karenanya para mahasiswa dapat lebih memfokuskan apa yang harus mereka pelajari pada efek lainnya membuat mereka tidak gugup. Cara ini juga membuat para mahasiswa selalu belajar selama mengikuti perkuliahan tersebut.<br />Karena ujian ini adalah ujian yang dikerjakan di rumah, maka para mahasiswa tentu membuka buku. Apa yang dilaksanakan tadi yaitu memberikan mahasiswa dengan satu set material beserta referensi - referensinya. oelama mengikuti perkuliahan dan mengerjakan soal - soal yang diberikan mahasiswa juga belajar untuk menggunakan yang disebutkan. Dengan demikian sesudah mengikuti perkuliahan tersebut mahasiswa akan memiliki kepustakaan tentang asesmen yang sangat berguna di lapangan nantinya. Penggunaan ujian yang open book juga mendorong mahasiswa untuk mempelajari struktur pengorganisasian material tersebut.<br /><br />PEMBERIAN SKOR<br />Di akhir perkuliahan ketika mahasiswa menyerahkan hasil pekerjaanya untuk dinilai (sepulu jawaban diserahkan secara bersamaan), selanjutnya menggunakan petunjuk pemberian skor yang telah disusun. Karena mungkin ada lebih dari lima puluh mahasiswa yang mengikuti mata kuliah tersebut. Satu cara yang paling efisien untuk membaca dan menilai pekerjaan mahasiswa tersebut. Satu cara yang paling efisien adalah dengan benar - benar memahami kriteria pemberian skor. Kemudian untuk memberikan satu soal telah selesai baru berpindah ke soal berikutnya.<br /><br />UMPAN BALIK<br />Para mahasiswa menerima umpan balik terhadap pekerjaan mereka dalam bentuk sebagai berikut:<br />• Memberikan nilai untuk tiap bagian jawaban mereka<br />• Memberkan rasional singkat mengapa suatu jawaban diberi skor tertentu serta memberikan saran terhadap hal - hal yang mungkin bertabrakan<br />• Mencantumkan total nilai terhadap suatu ujian<br />• Memberikan nilai dengan membandingkan skor total dengan skor yang harus dicapai untuk mendapatkan nilai tertentu<br />Mahasiswa yang mendapatkan nilai yang rendah dari apa yang telah mereka harapkan dapat memperbaiki pekerjaannya untuk kemudian dinilai kembali.<br />Apabila hasil penilai kembali tersebut dan juga hasil diskusi dengan kenalan tersebut menunjukkan bahwa mahasiswa tersebut menunjukkan peningkatan kemampuan, maka nilai mahasiswa tersebut diganti dengan nilai baru. Cara ini akan membuat mahasiswa mempelajari mata kuliah tersebut lebih dari waktu perkuliahan yang ditetapkan karena mereka tetap harus mempelajari mata kuliah tersebut apabila mereka melakukan perbaikan nilai.<br /><br />WAKTU UNTUK REFLEKSI<br />Apabila anda mengikuti suatu kuliah dari seorang profesor yang menggunakan metode asesmen sebagaimana yang telah diceritakan, efek apakah yang mungkin timbul.<br /><br />PENGARUH YANG MUNCUL<br />Dengan menskor semua jawaban untuk tiap soal yang diberikan membantu memanfaatkan asesmen menjadi kegiatan belajar yang sangat berguna. Setelah membaca lima puluh jawaban mahasiswa berusaha memecahkan permasalan asesmen di kelas maka kita akan mengetahui soal mana yang efektif dan soal mana yang kurang efektif. Ternyata apabila mahasiswa siap memecahkan permasalahan yang ada, tampak bahwa semua mahasiswa mampu memberikan jawaban yang dapat diterima.<br />Namun sebaliknya gagal dalam mengarahkan para mahasiswa, hasilnya juga terlihat dengan jelas dari jawaban -jawaban yang diberikan para mahasiswa. Karena itu kita akan mengetahui dengan pasti kegiatan belajar mana yang kurang berhasil baik. Pengaruh cara asesmen ini terhadap mahasiswa juga sangat jelas. Sebagian besar mahasiswa mencapai hasil yang memuaskan dalam ujian.<br /><br />PERAN PENTING KONTEKS<br />Asesmen berbentuk essay dapat memberikan kontribusi terhadap efektifitas belajar dimana guru dan siswa menjadi partner untuk mencapai hasil maksimum.Syamhttp://www.blogger.com/profile/03154960360749382192noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-6779179964089018646.post-22806309856929662752010-02-08T00:26:00.000-08:002010-02-08T00:28:26.796-08:00Pembelajaran Kemampuan Berpikir Kritis dalam Aplikasi Bidang KedokteranKajian Kritis tentang Permasalahan Sekitar Pembelajaran Kemampuan Berpikir Kritis <br />Sudaryanto<br />Program Diploma Ilmu Pendidikan Kedokteran<br />Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia<br /><br />Pendahuluan<br />Ilmu kedokteran merupakan bidang ilmu terapan, dimana pengetahuan yang kompleks digunakan untuk memecahkan satu masalah yang sama. Hal ini berbeda dengan ilmu murni dimana pengetahuan dan masalah yang dicari pemecahannya bersifat horisontal. Proses berpikir logis lebih tepat digunakan pada penelitian ilmu murni, sedangkan masalah di kedokteran menggunakan proses berpikir yang lebih luas yaitu rasional dan obyektif. Proses berpikir rasional dan obyektif dikenal dengan istilah berpikir kritis. Berpikir kritis merupakan kunci utama keberhasilan dalam menyelesaikan masalah klinis sebagai prerequisite dari kompetensi clinical reasoning.<br />Clinical reasoning tidak hanya ditentukan dari proses yang digunakan oleh seorang dokter untuk menentukan keputusan klinik, melainkan dari pemahaman individu terhadap materi pengetahuan dan pengorganisasian pengetahuan. Pemahaman individu terhadap materi pengetahuan ditentukan oleh cara yang digunakan untuk memperoleh pengetahuan. Pengetahuan yang didapatkan melalui proses berpikir kritis mempunyai tingkat pemahaman yang lebih tinggi. Mahasiswa kedokteran seharusnya mengoleksi pengetahuan dengan kualitas pemahaman yang lebih baik. Hal ini memerlukan pengajaran yang menggunakan strategi perpikir kritis terhadap semua pokok bahasan di kedokteran.<br />Pada prakteknya penerapan proses belajar mengajar kurang mendorong pada pencapaian kemampuan berpikir kritis. Dua faktor penyebab berpikir kritis tidak berkembang selama pendidikan adalah kurikulum yang umumnya dirancang dengan target materi yang luas sehingga dosen lebih terfokus pada penyelesaian materi dan kurangnya pemahaman dosen tentang metode pengajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis (Anderson et al., 1997; Bloomer, 1998; Kember, 1997 Cit in Pithers RT, Soden R., 2000).<br />Tulisan ini bertujuan memberikan kajian tentang permasalahan cara belajar berpikir kritis terhadap pokok bahasan di kedokteran, serta panduan dalam program pengembangan staf yang memberikan perhatian untuk membantu siswa menjadi seorang yang mampu berpikir kritis.<br />Keterampilan Intelektual dan Perkembangan Kognitif<br />Pendekatan belajar yang diperlukan dalam meningkatkan pemahaman terhadap materi yang dipelajari dipengaruhi oleh perkembangan proses mental yang digunakan dalam berpikir (perkembangan kognitif) dan konsep yang digunakan dalam belajar. Perkembangan merupakan proses perubahan yang terjadi sepanjang waktu ke arah positif. Jadi perkembangan kognitif dalam pendidikan merupakan proses yang harus difasilitasi dan dievaluasi pada diri mahasiswa sepanjang waktu mereka menempuh pendidikan termasuk kemampuan berpikir kritis. Rath et al (1966) menyatakan bahwa salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan kemampuan berpikir kritis adalah interaksi antara pengajar dan siswa. Mahasiswa memerlukan suasana akademik yang memberikan kebebasan dan rasa aman bagi siswa untuk mengekspresikan pendapat dan keputusannya selama berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran.<br />Salah satu komponen berpikir kritis yang perlu dikembangkan adalah keterampilan intelektual. Keterampilan intelektual merupakan seperangkat keterampilan yang mengatur proses yang terjadi dalam benak seseorang. Berbagai jenis keterampilan dapat dimasukkan sebagai keterampilan intelektual yang menjadi kompetensi yang akan dicapai pada pogram pengajaran. Keterampilan tersebut perlu diidentifikasi untuk dimasukkan baik sebagai kompetensi yang ingin dicapai maupun menjadi pertimbangan dalam menentukan proses pengajaran.<br />Bloom mengelompokkan keterampilan intelektual dari keterampilan yang sederhana sampai yang kompleks antara lain pengetahuan/pengenalan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Keterampilan menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi pada taksonomi Bloom merupakan keterampilan pada tingkat yang lebih tinggi (Higher Order Thinking) (Cotton K.,1991). Kesepakatan yang diperoleh dari hasil lokakarya American Philosophical Association (APA, 1990) tentang komponen keterampilan intelektual yang diperlukan pada berpikir kritis antara lain interpretation, analysis, evaluation, inference, explanation, dan self regulation (Duldt-Battey BW, 1997). <br />Masing-masing komponen tersebut merupakan kompetensi yang perlu disusun dan disepakati oleh para dosen tentang perilaku apa saja yang seharusnya dapat ditunjukkan oleh mahasiswa pada tiap-tiap komponen di tiap-tiap tingkat sepanjang program pendidikan.<br />Strategi pembelajaran berpikir kritis <br />Kember (1997) menyatakan bahwa kurangnya pemahaman pengajar tentang berpikir kritis menyebabkan adanya kecenderungan untuk tidak mengajarkan atau melakukan penilaian keterampilan berpikir pada siswa. Seringkali pengajaran berpikir kritis diartikan sebagai problem solving, meskipun kemampuan memecahkan masalah merupakan sebagian dari kemampuan berpikir kritis (Pithers RT, Soden R., 2000). <br />Review yang dilakukan dari 56 literatur tentang strategi pengajaran keterampilan berpikir pada berbagai bidang studi pada siswa sekolah dasar dan menengah menyimpulkan bahwa beberapa strategi pengajaran seperti strategi pengajaran kelas dengan diskusi yang menggunakan pendekatan pengulangan, pengayaan terhadap materi, memberikan pertanyaan yang memerlukan jawaban pada tingkat berpikir yang lebih tinggi, memberikan waktu siswa berpikir sebelum memberikan jawaban dilaporkan membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan berpikir. Dari sejumlah strategi tersebut, yang paling baik adalah mengkombinasikan berbagai strategi. Faktor yang menentukan keberhasilan program pengajaran keterampilan berpikir adalah pelatihan untuk para pengajar. Pelatihan saja tidak akan berpengaruh terhadap peningkatan keterampilan berpikir jika penerapannya tidak sesuai dengan harapan yang diinginkan, tidak disertai dukungan administrasi yang memadai, serta program yang dijalankan tidak sesuai dengan populasi siswa (Cotton K., 1991). <br />Penulis menilai strategi belajar kelas lebih sesuai pada pengajaran tingkat dasar dan menengah seperti hasil-hasil penelitian yang dilaporkan pada artikel tersebut. Pada pendidikan tingkat lanjut mahasiswa dipersiapkan untuk dapat belajar lebih mandiri sebagai modal yang diperlukan pada saat bekerja. Artikel tersebut juga melaporkan bahwa strategi pengajaran yang diarahkan melalui komputer (CAI) mempunyai hubungan positif terhadap perkembangan intelektual dan pencapaian prestasi. Strategi tersebut dapat menjadi pilihan dalam pendidikan tinggi, sehingga mahasiswa dapat mengatur cara belajarnya secara mandiri. <br />Strategi pengajaran berpikir kritis pada program sarjana kedokteran yang dilakukan di Melaka Manipal Medical College India adalah dengan memberikan penilaian menggunakan pertanyaan yang memerlukan keterampilan berpikir pada level yang lebih tinggi dan belajar ilmu dasar menggunakan kasus klinik untuk mata kuliah yang sudah terintegrasi menggunakan blok yang berbasis pada sistem organ. Setelah kuliah pendahuluan, mahasiswa diberikan kasus klinik serta sejumlah pertanyaan yang harus dijawab beserta alasan sebagai penugasan. Jawaban didiskusikan pada pertemuan berikutnya untuk meluruskan adanya kesalahan konsep dan memperjelas materi yang belum dipahami oleh mahasiswa. Hasilnya menunjukkan bahwa mahasiswa pada program tersebut menunjukkan prestasi yang lebih baik dalam mengerjakan soal-soal hapalan maupun soal yang menuntut jawaban yang memerlukan telaah yang lebih dalam. Mahasiswa juga termotivasi untuk belajar (Abraham RR., et al., 2004). <br />Penelitian tersebut membuktikan dua hal dalam pengajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, yaitu:<br />1. Dengan menggunakan konteks yang relevan seperti masalah klinik yang dipahami oleh mahasiswa dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis sekaligus meningkatkan prestasi akademisnya.<br />2. Cara penilaian yang memerlukan telaah yang lebih dalam, mendorong siswa untuk belajar secara lebih bermakna daripada sekedar belajar untuk menghapal.<br />Artikel di atas menyatakan bahwa pertanyaan diberikan setelah memperoleh kuliah pendahuluan konsep dasar dari ilmu dasar yang dipelajari. Hal ini menunjukkan bahwa informasi yang diberikan telah disusun oleh dosen dengan konsep yang jelas sehingga tidak memberikan pengalaman bagi mahasiswa untuk menentukan informasi yang diperlukan untuk membangun konsep sendiri. Sedangkan salah satu karakter seorang yang berpikir kritis adalah self regulatory, sehingga pengajaran tersebut dapat dikombinasikan dengan strategi lain agar mahasiswa dapat menentukan informasi secara mandiri. Artikel tersebut juga tidak menjelaskan bagaimana proses diskusi yang dilakukan pada kelas besar, sehingga setiap mahasiswa memperoleh kesempatan untuk menyampaikan argumentasi dari jawaban pertanyaan yang diberikan. Penulis beranggapan bahwa pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir kritis dapat dimasukkan ke dalam study guide sebagai salah satu sumber belajar ketika mahasiswa dalam belajar mandiri pada strategi Problem Based Learning.<br />Pembelajaran kolaboratif melalui diskusi kelompok kecil juga direkomendasikan sebagai strategi yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis (Resnick L., 1990; Rimiene V., 2002; Gokhale A.A., 2005). Dengan berdiskusi siswa mendapat kesempatan untuk mengklarifikasi pemahamannya dan mengevaluasi pemahaman siswa lain, mengobservasi strategi berpikir dari orang lain untuk dijadikan panutan, membantu siswa lain yang kurang untuk membangun pemahaman, meningkatkan motivasi, serta membentuk sikap yang diperlukan seperti menerima kritik dan menyampaikan kritik dengan cara yang santun.<br />Evaluasi kemampuan berpikir kritis<br />Evaluasi merupakan proses pengukuran pencapaian tujuan yang diinginkan dengan menggunakan metode yang teruji validitas dan reliabilitasnya. Beberapa penelitian mengevaluasi kemampuan berpikir kritis dari aspek keterampilan intelektual seperti keterampilan menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang berbasis taxonomi Bloom1,3. Sedangkan tujuan pengajaran berpikir kritis meliputi keterampilan dan strategi kognitif, serta sikap.<br />Colucciello menggabungkan berbagai elemen yang digunakan dalam penelitian dan komponen pemecahan masalah keperawatan serta kriteria yang digunakan dengan komponen keterampilan dan sikap berpikir kritis. Elemen tersebut antara lain menentukan tujuan, menyusun pertanyaan atau membuat kerangka masalah, menunjukkan bukti, menganalisis konsep, interpretasi, asumsi, perspektif yang digunakan, keterlibatan, dan kesesuaian. Dengan kriteria antara lain: kejelasan, ketepatan, ketelitian, keterkaitan, keluasan, kedalaman, dan logikal2. Dia juga membandingkan dengan inventory yang sudah ada seperti California Critical Thinking Test (CCTT) untuk mengevaluasi keterampilan berpikir kritis dan Critical Thinking Disposition Inventory (CTDI) untuk mengevaluasi sikap berpikir kritis2.<br />Evaluasi juga menilai kesesuaian rencana dengan penerapan di lapangan (evaluasi proses) yang termasuk di dalamnya adalah mengevaluasi budaya akademik dalam kelas dan budaya akademik dalam fakultas yang dilakukan secara sistematis baik oleh dosen maupun administrator yang dinyatakan oleh Orr and Klein, 19914. Penilaian mahasiswa terhadap dosen dapat menggunakan berbagai karakteristik sikap yang menghambat atau mendorong kemampuan berpikir kritis yang telah dibahas sebelumnya.<br /> Kesimpulan<br />Strategi pengajaran yang mendorong mahasiswa berpikir kritis terhadap pokok bahasan di kedokteran dapat menggunakan berbagai strategi pengajaran yang menggunakan pendekatan di bawah ini:<br />• Pembelajaran Aktif<br />• Pembelajaran Kolaboratif<br />• Pembelajaran Kontekstual<br />• Menggunakan pendekatan higher order thinking<br />• Self directed learning<br />Kombinasi dari berbagai strategi di lebih dianjurkan oleh karena dapat mencapai berbagai aspek dari komponen berpikir kritis. Teknologi pengajaran yang menerapkan kombinasi dari berbagai strategi yang ada saat ini misalnya Problem Based Learning (PBL). Fakultas Kedokteran perlu mengembangkan strategi pengajaran tersebut dalam pengajaran agar mahasiswa dapat belajar materi kedokteran melalui proses berpikir kritis. Dengan demikian mahasiswa dapat memberi makna yang lebih dalam (bukan sekedar mendapat materi yang dalam) dari materi yang dipelajari. Pemahaman terhadap makna pokok bahasan yang dipelajari mempunyai hubungan dengan kemampuan clinical reasoning sebagai kompetensi seorang dokter.Syamhttp://www.blogger.com/profile/03154960360749382192noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-6779179964089018646.post-83416524684788613072010-01-07T23:35:00.000-08:002010-01-07T23:43:27.322-08:00Sisi Biologi dan Kedokteran Iman Al GhazaliSisi Biologi dan Kedokteran Imam Al Ghazali<br />By Republika Newsroom<br />Rabu, 16 Desember 2009 pukul 08:18:00 <br /> <br />Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al-Ghazali merupakan seorang pemikir yang multi talenta yang banyak menyumbangkan pemikirannya dalam ilmu teologi, filsafat, astronomi, politik, sejarah, ekonomi, hukum, kedokteran, biologi, kimia, sastra, etika, musik, maupun sufisme. Dia adalah teolog Islam, ahli hukum, ahli filsafat, kosmologi, psikolog, maupun biologi. Dia dilahirkan di Tus, Provinsi Khorasan, Persia dan hidup antara tahun 1058 hingga 1111. Al Ghazali yang sering disebut juga Algazel merupakan salah satu sarjana yang paling terkenal dalam sejarah pemikiran Islam Sunni. Dia dianggap sebagai pelopor metode keraguan dan skeptisisme. Salah satu karya besarnya berjudul Tahafut Al Falasifah atau The Incoherence of the Philosophers. Dia berusaha mengubah arah filsafat awal Islam, bergeser jauh dari metafisika Islam yang dipengaruhi oleh filsafat Yunani kuno dan Helenistik menuju filsafat Islam berdasarkan sebab-akibat yang ditetapkan oleh Allah SWT atau malaikat perantara, sebuah teori yang kini dikenal sebagai occasionalism.<br /><br />Keberadaan Al Ghazali telah diakui oleh sejarawan sekuler seperti William Montgomery Watt yang menyebutnya sebagai Muslim terbesar setelah Muhammad. Selain kesuksesannya dalam mengubah arah filsafat Islam awal Neoplatonisme yang dikembangkan atas dasar filsafat Helenistik, Dia juga membawa Islam ortodoks ke dalam ilmu tasawuf. Al Ghazali juga sering disebut sebagai Pembuktian Islam, Hiasan keimanan, atau Pembaharu agama. Dalam buku berjudul Historiografi Islam Kontemporer disebutkan, seorang penulis bernama Al Subki dalam bukunya yang berjudul Thabaqat Al Shafiyya Al Kubra pernah menyatakan, “Seandainya ada lagi nabi setelah Nabi Muhammad, maka manusianya adalah Al Ghazali.” Hal ini menunjukkan tingginya ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan yang dimiliki Al Ghazali.<br /><br />Pengaruh Al Ghazali baik dalam bidang agama maupun ilmu pengetahuan memang sangat besar. Karya-karya maupun tulisannya tak pernah berhenti dibicarakan hingga saat ini. Pengaruh pemikirannya tidak hanya mencakup wilayah di Timur Tengah tetapi juga negara-negara lain termasuk Indonesia dan negara barat lainnya. Para ahli filsafat barat lainnya seperti Rene Descartes, Clarke, Blaise Pascal, juga Spinoza juga mendapatkan banyak pengaruh dari pemikiran Al Ghazali.<br /><br />Kebanyakan orang-orang mengenal pemikiran Al Ghazali hanya dalam bidang teologi, fiqih, maupun sufisme. Padahal dia merupakan seorang ilmuwan yang hebat dalam bidang ilmu biologi maupun kedokteran. Dia telah menyumbangkan pemikiran dan jasa yang besar dalam bidang kedokteran modern dengan menemukan sinoatrial node (nodus sinuatrial) yaitu jaringan alat pacu jantung yang terletak di atrium kanan jantung dan juga generator ritme sinus. Bentuknya berupa sekelompok sel yang terdapat pada dinding atrium kanan, di dekat pintu masuk vena kava superior. Sel-sel ini diubah myocytes jantung. Meskipun mereka memiliki beberapa filamen kontraktil, mereka tidak kontraksi. Penemuan sinoatrial node oleh Al Ghazali ini terlihat dalam karya-karyanya yang berjudul Al-Munqidh min Al-Dhalal, Ihya Ulum Al Din, dan Kimia Al-Sa'adat. Bahkan penemuan sinoatrial node oleh Al Ghazali ini jauh sebelum penemuan yang dilakukan oleh seorang ahli anatomi dan antropologi dari Skotlandia, A. Keith dan seorang ahli fisiologi dari Inggris MW Flack pada tahun 1907. Sinoartrial node ini oleh Al Ghazali disebut sebagai titik hati.<br /><br />Dalam menjelaskan hati sebagi pusat pengetahuan intuisi dengan segala rahasianya, Al Ghazali selalu merumuskan hati sebagai mata batin atau disebut juga inner eye dalam karyanya yang berjudul Al-Munqidh min Al-Dhalal yang diterjemahkn oleh C. Field menjadi Confession of Al Ghazali. Dia juga menyebut mata batin sebagai insting yang disebutnya sebagai cahaya Tuhan, mata hati, maupun anak-anak hati. Kalu titik hati Al Ghazali dibandingkan dengan sinoartrial node, maka akan terlihat bahwa titik hati sebenarnya mempunyai hubungan erat dengan sinoartrial node. Dia menyebutkan bahwa titik hati tersebut tidak dapat dilihat dengan alat-alat sensoris sebab titik tersebut mikroskopis. Para ahli kedokteran modern juga menyatakan sinoartrial node juga bersifat mikroskopis.<br /><br />Al Ghazali menyebutkan titik hati tersebut secara simbolis sebagai cahaya seketika yang membagi-bagikan cahaya Tuhan dan elektrik. Menurut gagasan modern, dalam satu detik, sebuah impuls elektrik yang berasal dari sinoartrial node mengalir ke bawah lewat dua atria dalam sebuah gelombang setinggi 1/10 milivolt sehingga otot-otot atrial dapat melakukan kontraksi.<br /><br />Pada era modern ini para ahli anatomi menyatakan pembentukan tindakan secara potensial berasal dari hati, yaitu kontraksi jantung yang merupakan gerakan spontan yang terjadi secara independen dalam suatu sistem syaraf. Dia juga menyatakan bahwa hati itu merdeka dari pengaruh otak dalam karyanya yang berjudul Al-Munqidh min Al-Dhalal. Para pemikir modern banyak yang mengatakan, suatu tindakan kadang terjadi melalui mekanisme yang tak seorang pun tahu mengenainya. Namun Al Ghazali mengatakan, tindakan yang terjadi melalui mekanisme yang tak diketahui tersebut sebenarnya disebabkan oleh sinoartrial node. Dia juga menyatakan penguasa misterius tubuh yang sebenarnya adalah titik hati tersebut, bukanlah otak.<br /><br />Al Ghazali tidak hanya menggambarkan dimensi fisik sinoartrial node tetapi dia juga menggambarkan dimensi metafisik dari sinoartrial node. Hal ini jauh berbeda dengan pandangan para pemikir sekuler yang hanya mampu menggambarkan sinoartrial node secara fisik semata. Secara metafisik, Al Ghazali menggambarkan sinoartrial node sebagai pusat pengetahuan intuitif atau inspirasi ke-Tuhanan yang bisa berfungsi sebagi peralatan untuk menyampaikan pesan-pesan Tuhan kepada hambanya. Namun orang yang bisa memfungsikan sinoartrial node hanyalah orang yang telah mencapai penyucian diri sendiri atau orang yang sangat beriman kepada Allah SWT.<br /><br />Dukungan Al Ghazali terhadap pengembangan ilmu anatomi dan pembedahan<br /><br />Selain menemukan sinoartrial node, Al Ghazali juga memberikan sumbangan lain dalam bidang kedokteran dan biologi. Catatan sejarah menyebutkan, tulisan-tulisan Al Ghazali diyakini menjadi pendorong bangkitnya kemauan untuk melakukan studi kedokteran pada abad pertengahan Islam, khususnya ilmu anatomi dan pembedahan.<br /><br />Dalam karyanya The Revival of the Religious Sciences, dia menggolongkan pengobatan sebagai salah satu ilmu sekuler yang terpuji (mahmud) dan menggolongkan astrologi sebagai ilmu sekuler yang tercela (madhmutn). Sehingga dia sangat mendorong orang-orang untuk memepelajari ilmu pengobatan. Saat membahas tentang meditasi (Tafakkur), dia menjelaskan anatomi tubuh pada sejumlah halaman bukunya secara rinci untuk menjelaskan posisi yang cocok guna melakukan kontemplasi dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.<br /><br />Al Ghazali juga membuat pernyataan yang kuat guna mendukung orang-orang untuk mempelajari ilmu anatomi dan pembedahan dalam karyanya yang berjudul The Deliverer from Error. Dia menyebutkan, naturalis (al-tabi'yun) adalah sekelompok orang yang terus-menerus mempelajari alam, keajaiban binatang dan tumbuhan. Mereka juga sering terlibat dalam ilmu anatomi maupun pembedahan (ilm at-tashriih) dari tubuh hewan. Melalui proses pembedahan itu mereka mampu merasakan keajaiban rancangan Allah SWT dan kebijaksanaan-Nya serta keajaiban-Nya. Dengan ini mereka dipaksa untuk mengakui Allah SWT merupakan Penguasa alam semesta dan siapapun bisa mengalami kematian. Tidak seorang pun dapat belajar anatomi maupun pembedahan dan keajaiban kegunaan dari bagian-bagian organ tubuh tanpa mengetahui kesempurnaan desain ciptaan Allah yang berhubungan dengan struktur (binyah) binatang maupun struktur manusia. Dengan demikian, Al Ghazali menganggap dengan mempelajari ilmu anatomi maka manusia akan sadar dengan kehebatan Allah SWT yang Maha Agung sehingga hal itu membuatnya lebih mendekatkan diri kepada sang Pencipta.<br /><br />Dukungan kuat Al Ghazali untuk memajukan studi tentang anatomi dan pembedahan memberikan pengaruh yang kuat dalam kebangkitan ilmu anatomi dan pembedahan yang mulai dilakukan oleh pada dokter Muslim pada abad 12 dan 13. Sejumlah dokter sekaligus ilmuwan hebat Muslim yang mulai mendorong kebangkitan ilmu anatomi dan pembedahan pada masa itu antara lain Ibn Zuhr, Ibn al-Nafis, maupun Ibn Rusyd. dya/taqSyamhttp://www.blogger.com/profile/03154960360749382192noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6779179964089018646.post-78720521763575834562009-12-06T23:20:00.000-08:002009-12-07T01:20:40.568-08:00BERPIKIR KRITIS<div style="text-align: left; font-family: verdana;"><span style="font-size:100%;"><a style="font-weight: bold;" onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEidoFnnsqkBQ6cTWookcSY5rVBt9UoIDS-kcQHvxm8rjneZErzMecO_DUq4Hr3kiaYRZ_UD4hcoF-nBZmtbgXH2p9-s033WQ6UIQ1WprOWObmr9rGl_ZWt0SfNwTvtAcU0fBZUHwVHF4zS2/s1600-h/Foto021_1.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 300px; height: 400px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEidoFnnsqkBQ6cTWookcSY5rVBt9UoIDS-kcQHvxm8rjneZErzMecO_DUq4Hr3kiaYRZ_UD4hcoF-nBZmtbgXH2p9-s033WQ6UIQ1WprOWObmr9rGl_ZWt0SfNwTvtAcU0fBZUHwVHF4zS2/s400/Foto021_1.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5412418289921037282" border="0" /></a>
<br /></span><meta name="ProgId" content="Word.Document"><meta name="Generator" content="Microsoft Word 12"><meta name="Originator" content="Microsoft Word 12"><link style="font-weight: bold;" rel="File-List" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CTOSHIBA%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml"><link style="font-weight: bold;" rel="themeData" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CTOSHIBA%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx"><link style="font-weight: bold;" rel="colorSchemeMapping" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CTOSHIBA%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml"><!--[if gte mso 9]><xml> <w:worddocument> <w:view>Normal</w:View> <w:zoom>0</w:Zoom> <w:trackmoves/> <w:trackformatting/> <w:punctuationkerning/> <w:validateagainstschemas/> <w:saveifxmlinvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:ignoremixedcontent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:alwaysshowplaceholdertext>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:donotpromoteqf/> <w:lidthemeother>EN-US</w:LidThemeOther> <w:lidthemeasian>X-NONE</w:LidThemeAsian> <w:lidthemecomplexscript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript> <w:compatibility> <w:breakwrappedtables/> <w:snaptogridincell/> <w:wraptextwithpunct/> <w:useasianbreakrules/> <w:dontgrowautofit/> <w:splitpgbreakandparamark/> <w:dontvertaligncellwithsp/> <w:dontbreakconstrainedforcedtables/> <w:dontvertalignintxbx/> <w:word11kerningpairs/> <w:cachedcolbalance/> </w:Compatibility> <w:browserlevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> <m:mathpr> <m:mathfont val="Cambria Math"> <m:brkbin val="before"> <m:brkbinsub val="--"> <m:smallfrac val="off"> <m:dispdef/> <m:lmargin val="0"> <m:rmargin val="0"> <m:defjc val="centerGroup"> <m:wrapindent val="1440"> <m:intlim val="subSup"> <m:narylim val="undOvr"> </m:mathPr></w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:latentstyles deflockedstate="false" defunhidewhenused="true" defsemihidden="true" defqformat="false" defpriority="99" latentstylecount="267"> <w:lsdexception locked="false" priority="0" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Normal"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="heading 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 7"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 8"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 9"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 7"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 8"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 9"> <w:lsdexception locked="false" priority="35" qformat="true" name="caption"> <w:lsdexception locked="false" priority="10" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Title"> <w:lsdexception locked="false" priority="1" name="Default Paragraph Font"> <w:lsdexception locked="false" priority="11" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtitle"> <w:lsdexception locked="false" priority="22" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Strong"> <w:lsdexception locked="false" priority="20" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="59" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Table Grid"> <w:lsdexception locked="false" unhidewhenused="false" name="Placeholder Text"> <w:lsdexception locked="false" priority="1" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="No Spacing"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" unhidewhenused="false" name="Revision"> <w:lsdexception locked="false" priority="34" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="List Paragraph"> <w:lsdexception locked="false" priority="29" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Quote"> <w:lsdexception locked="false" priority="30" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Quote"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="19" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtle Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="21" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="31" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtle Reference"> <w:lsdexception locked="false" priority="32" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Reference"> <w:lsdexception locked="false" priority="33" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Book Title"> <w:lsdexception locked="false" priority="37" name="Bibliography"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" qformat="true" name="TOC Heading"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><style> <!-- /* Font Definitions */ @font-face {font-family:"Cambria Math"; panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4; mso-font-charset:0; mso-generic-font-family:roman; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:-1610611985 1107304683 0 0 159 0;} /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-unhide:no; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; margin-top:0in; margin-right:0in; margin-bottom:10.0pt; margin-left:0in; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Times New Roman","serif"; mso-ascii-font-family:"Times New Roman"; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:"Times New Roman"; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi;} .MsoChpDefault {mso-style-type:export-only; mso-default-props:yes; mso-ascii-font-family:"Times New Roman"; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:"Times New Roman"; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi;} .MsoPapDefault {mso-style-type:export-only; margin-bottom:10.0pt; line-height:115%;} @page Section1 {size:8.5in 11.0in; margin:1.0in 1.0in 1.0in 1.0in; mso-header-margin:.5in; mso-footer-margin:.5in; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} --> </style><!--[if gte mso 10]> <style> /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-priority:99; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt; mso-para-margin-top:0in; mso-para-margin-right:0in; mso-para-margin-bottom:10.0pt; mso-para-margin-left:0in; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Times New Roman","serif"; mso-ascii-font-family:"Times New Roman"; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-theme-font:minor-fareast; mso-hansi-font-family:"Times New Roman"; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi;} </style> <![endif]--> </div><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; font-weight: bold; text-align: left; font-family: verdana;font-family:arial;"><span style="line-height: 150%;font-size:100%;" >
<br /></span></p><div style="text-align: left; font-family: verdana;"><span style="font-weight: bold;font-size:100%;" >Achmad Samsudin, M.Pd.</span><span style="font-size:100%;">
<br /></span></div><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; font-weight: bold; text-align: left; font-family: verdana;font-family:arial;"><span style="line-height: 150%;font-size:100%;" >Disadur dari Buku dengan judul "Menguak Rahasia Berpikir Kritis dan Kreatif" (Dennis K. Filsaime, 2008)<o:p></o:p></span></p><div style="text-align: left; font-family: verdana;"> </div><p class="MsoNormal" style="margin-left: 31.5pt; line-height: 150%; font-weight: bold; text-align: left; font-family: verdana;font-family:arial;"><span style="line-height: 150%;font-size:100%;" >“Berpikir kritis bisa dipelajari, bisa diperkirakan, dan bisa diajarkan (Peter A. facione, 1999).” <o:p></o:p></span></p><div style="text-align: left; font-family: verdana;"> </div><p class="MsoNormal" style="text-indent: 31.5pt; line-height: 150%; font-weight: bold; text-align: left; font-family: verdana;font-family:arial;"><span style="line-height: 150%;font-size:100%;" >Berpikir kritis telah diterima sebagai salah satu pendekatan tertua dan sangat terkenal untuk kecakapan-kecakapan kecerdasan (Begg, 1987; Donald, 1985). Ryder (1986) menguraikan pentingnya berpikir kritis di dalam aktivitas-aktivitas harian manusia dan menyatakan bahwa hanya pribadi-pribadi yang cakap yang memiliki kemampuan untuk terus berkembang.<o:p></o:p></span></p><div style="text-align: left; font-family: verdana;"> </div><p class="MsoNormal" style="text-indent: 31.5pt; line-height: 150%; font-weight: bold; text-align: left; font-family: verdana;font-family:arial;"><span style="line-height: 150%;font-size:100%;" >Definisi berpikir kritis telah dipresentasikan dengan berbagai cara. Beyer (1995) menawarkan definisi yang paling sederhana: “Berpikir kritis berarti membuat penilaian-penilaian yang masuk akal”. Beyer memandang berpikir kritis sebagai menggunakan criteria untuk menilai kualitas sesuatu, dari kegiatan yang paling sederhana seperti kegiatan normal sehari-hari sampai konklusi dari sebuah paper berpikir disiplin yang digunakan seseorang untuk mengevaluasi validitas sesuatu (pernyataan- pernyataan, ide-ide, argument-argumen, penelitian, dan lain-lain).<o:p></o:p></span></p><div style="text-align: left; font-family: verdana;"> </div><p class="MsoNormal" style="text-indent: 31.5pt; line-height: 150%; font-weight: bold; text-align: left; font-family: verdana;font-family:arial;"><span style="line-height: 150%;font-size:100%;" >Screven dan Paul (1996) dan Angelo (1995) memandang berpikir kritis sebagai proses disiplin cerdas dari konseptualisasi, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi aktif dan berketerampilan yang dikumpulkan dari, atau dihasilkan oleh, observasi, pengalaman, refleksi, penalaran, atau komunikasi sebagai sebuah penuntun menuju kepercayaan dan aksi. Selain itu, berpikir kritis juga telah didefinisikan sebagai “berpikir yang memiliki maksud, masuk akal, dan berorientasi tujuan” dan “kecakapan untuk menganalisis sesuatu informasi dan ide-ide secara hati-hati dan logis dari berbagai macam perspektif” (Silverman dan Smith, 2002).<o:p></o:p></span></p><div style="text-align: left; font-family: verdana;"> </div><p class="MsoNormal" style="text-indent: 31.5pt; line-height: 150%; font-weight: bold; text-align: left; font-family: verdana;font-family:arial;"><span style="line-height: 150%;font-size:100%;" >Beberapa penulis percaya bahwa kecakapan yang kurang di dalam berpikir kritis secara langsung mempengaruhi kapasitas bagi individu untuk maju dalam penerapan secara efektif informasi yang sampai kepada mereka (glazer, 1985; Primack, 1986; Wilson, 1988). Oleh karena itu, mereka menkasirkan bahwa Nampak penting bagi kita untuk tidak hanya belajar berpikir kritis, tetapi juga mengajarkan berpikir kritis kepada orang lain.<o:p></o:p></span></p><div style="text-align: left; font-family: verdana;"> </div><p class="MsoNormal" style="text-indent: 31.5pt; line-height: 150%; font-weight: bold; text-align: left; font-family: verdana;font-family:arial;"><span style="line-height: 150%;font-size:100%;" >Anggapan ini sangat penting karena bagi seseorang untuk bisa berhasil di dalam bidang apa pun, dia harus memiliki kecakapan untuk berpikir kritis. dia harus bisa menalar secara induktif dan deduktif, seperti kapan dia melakukan kritik dan mengkonsumsi ide-ide atau saran-saran. Kecakapan-kecakapan berpikir kritis ini biasa dikenal sebagai sebuah tujuan pendidikan yang penting dan meresap, dan dianggap sebagai sebuah hasil yang diinginkan dari semua kegiatan manusia.<o:p></o:p></span></p><div style="text-align: left; font-family: verdana;"> </div><p class="MsoNormal" style="text-indent: 31.7pt; line-height: 150%; font-weight: bold; text-align: left; font-family: verdana;font-family:arial;"><span style="line-height: 150%;font-size:100%;" >Bagi Rudinow dan Barry (1994), berpikir kritis adalah sebuah proses yang menekankan sebuah basis kepercayaan-kepercayaan yang logis dan rasional, dan memberikan serangkaian standard an prosedur untuk menganalisis, menguji dan mengevaluasi. Keduanya menyatakan bahwa banyak orang tidak, tidak bisa, atau tidak akan berpikir kritis. Alasan utama untuk ketidakjelasan ini adalah bahwa orang menjadi korban karena penghalang-penghalang berpikir tertentu. Rudinov dan barry lebih jauh menyatakan bahwa setiap individu memiliki struktur kepercayaan yang ke dalamnya dia telah memasukkan banyak kepercayaan. Yaitu: kebanyakan kepercayaan atau prasangka yang akan kita duga tanpa pertimbangan sadar, dan kepercayaan-kepercayaan ini sangatlah sulit untuk dibuang.<o:p></o:p></span></p><div style="text-align: left; font-family: verdana;"> </div><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; font-weight: bold; text-align: left; font-family: verdana;font-family:arial;"><span style="line-height: 150%;font-size:100%;" >Teori-teori Berpikir Kritis<o:p></o:p></span></p><div style="text-align: left; font-family: verdana;"> </div><p class="MsoNormal" style="text-indent: 31.7pt; line-height: 150%; font-weight: bold; text-align: left; font-family: verdana;font-family:arial;"><span style="line-height: 150%;font-size:100%;" >Konstruksi dari kebanyakan berpikir kritis didasarkan pada tiga persperktif pemikiran: 1) filosofis, 2) psikologis, dan 3) edukatif.<o:p></o:p></span></p><div style="text-align: left; font-family: verdana;"> </div><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; font-weight: bold; text-align: left; font-family: verdana;font-family:arial;"><span style="line-height: 150%;font-size:100%;" >Perspektif Filosofis<o:p></o:p></span></p><div style="text-align: left; font-family: verdana;"> </div><p class="MsoNormal" style="text-indent: 31.7pt; line-height: 150%; font-weight: bold; text-align: left; font-family: verdana;font-family:arial;"><span style="line-height: 150%;font-size:100%;" >Para penulis seperti Ernis (1986), Henri (1991), Waston dan Glazer (1980), dan Massimer (1990) telah memberikan pada beberapa persyaratan dari sistem-sistem logis formal berpikir kritis. Teori mereka mempresentasikan perspektif filosofis berpikir kritis.<o:p></o:p></span></p><div style="text-align: left; font-family: verdana;"> </div><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; font-weight: bold; text-align: left; font-family: verdana;font-family:arial;"><span style="line-height: 150%;font-size:100%;" >Proses Berpikir Kritis<o:p></o:p></span></p><div style="text-align: left; font-family: verdana;"> </div><p class="MsoNormal" style="text-indent: 31.7pt; line-height: 150%; font-weight: bold; text-align: left; font-family: verdana;font-family:arial;"><span style="line-height: 150%;font-size:100%;" >Ernis, Henri, Waston dan Glezer, Missiner mengembangkan teori berpikir mereka sebagai sebuah proses pemecahan masalah. Toeri berpikir kritis mereka sama, masing-masing teori tersebut melibatkan lima tahap. proses-proses tersebut mencakup pemfokusan dan observasi pada sebuah pertanyaan atau masalah, membuat dan mengevaluasi keputusan-keputusan atau solusi-solusi, dan akhirnya memutuskan satu tindakan. <span style=""> </span><span style=""> </span><span style=""> </span><span style=""> </span><span style=""> </span><span style=""> </span><span style=""> </span><span style=""> </span><span style=""> </span><span style=""> </span><o:p></o:p></span></p><div style="text-align: left; font-family: verdana;"> </div><p class="MsoNormal" style="text-indent: 31.5pt; line-height: 150%; font-weight: bold; text-align: left; font-family: verdana;font-family:arial;"><span style="line-height: 150%;font-size:100%;" ><span style=""> </span><o:p></o:p></span></p> Syamhttp://www.blogger.com/profile/03154960360749382192noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-6779179964089018646.post-15688658756880164572009-10-11T19:46:00.000-07:002009-10-11T19:48:51.136-07:00USING OF “CELS” IN BASIC PHYSICS EXPERIMENT TO IMPROVE LEARNING MOTIVATION AND TO DEVELOP PERFORMANCE SKILLS OF STUDENT<div style="text-align: center;"><span>Achmad Samsudin1), Iyon Suyana1), Endi Suhendi2)</span><br /><span>1) Prodi Pendidikan Fisika Universitas Pendidikan Indonesia </span><br /><span>2) Prodi Fisika Universitas Pendidikan Indonesia </span><br /><span>achmadsamsudin@yahoo.com</span><br /><span>iyons@upi.edu</span><br /><span>endis@upi.edu</span><br /><br /><span>Abstract</span><br /></div><br />To improve learning motivation and to develop performance skills of student in physics experiment. Combination Experiment Laboratory by Simulation (CELS) at elasticity experiment applied. CELS represent activity of experiment combine between verification experiment with media based experiment on in the form of computer simulation and video that developed from internet. This research used method of quasi experiment with subject research is one of I Basic Physics Experiment classroom in one of the LPTK West Java. Data Research collected by using questioner of learning motivation of students and performance assessment based observation sheet. Data analysis use binary score analysis (0 and 1) to get percentage of improvement of learning motivation and analysis with Liekert scale (4, 3, 2, and 1) for the assessment of performance. Result of this research indicated that usage of CELS can improve learning motivation and develop performance skills of student that covering aspects: design experiment (prepare of materials and tools), perceiving and predicting (execution/do experiment), and also processing data and conclude (using result of measurement to conclude result).<br /><br />Keywords: CELS, Experiment, Elasticity, Learning Motivation, Performance Skills.<br /><br /><br />1. Pendahuluan<br />Laboratorium merupakan suatu tempat, atau ruangan yang dilengkapi dengan peralatan tertentu untuk melakukan suatu percobaan atau penyelidikan (Margono, 2000). Dalam melakukan kegiatan laboratorium (bereksperimen) bukan hanya kemampuan yang berkaitan dengan keterampilan memanipulasi alat saja yang dilatihkan, tetapi sikap (motivasi) terhadap kinerja ilmiah justru perlu mendapatkan tekanan. Laboratorium berperan sebagai tempat untuk memberikan suatu ilustrasi materi teoritik bersifat verifikatif dalam hal menguji (membuktikan) hasil penelitian para saintis di laboratorium. Laboratorium juga berperan sebagai tempat mahasiswa untuk mendapatkan kesempatan melakukan pengalaman langsung dalam memecahkan masalah yang diangkat dari fenomena alam yang diamati atau teori yang mereka pelajari secara inkuiri.<br />Berkaitan dengan metode laboratorium ini, maka kegiatan laboratorium dirancang dengan tujuan utamanya melatih mahasiswa untuk meningkatan kinerja mahasiswa dalam berpraktikum dan meningkatkan motivasi belajar mereka (Samsudin, Suhendi, dan Solikhin, 2007). Mahasiswa melakukan observasi dan pengukuran, menguji suatu konsep, merancang percobaan, mengamati, memprediksi, mengolah data, dan menyimpulkan. Pada kenyataanya, kondisi ideal tersebut belum tercapai yaitu: kinerja (performance) kinerja praktikum dan motivasi mahasiswa dalam bereksperimen masih rendah. Hal ini dapat terlihat dari hasil pengamatan langsung selama eksperimen terdahulu. Hasil wawancara dengan Dosen Eksperimen Fisika Dasar (EFD), rata-rata mengeluhkan kinerja praktikum dan motivasi mahasiswanya. Mahasiswa hadir di laboratorium hanya sekedar untuk menggugurkan kewajibannya saja, tanpa memperhatikan esensi dan tujuan bereksperimen yaitu menguji konsep-konsep Fisika Dasar yang telah mereka dapatkan di mata kuliah Fisika Dasar (eksperimen bersifat verifikasi).<br />Rendahnya motivasi dan kinerja praktikum mahasiswa disebabkan oleh kegiatan ekpserimen fisika dasar yang konvensional, yaitu masih mengedepankan metode eksperimen verifikasi secara penuh. Kegiatan eksperimen verifikasi konvensional yang berlangsung cenderung membiarkan mahasiswa bekerja sendiri, kurang pengawasan, membosankan, dan membuat mahasiswa merasa tidak diperhatikan. Sehingga kinerja berpraktikum mahasiswa sekedarnya dan seenaknya saja. Maka dari itu, peneliti melakukan terobosan-terobosan dengan menggunakan metode dan strategi yang berbeda dari sebelumnya. Metode yang digunakan adalah CELS (Combination Experiment Laboratory by Simulation). CELS adalah metode berekperimen (berpraktikum) yang memadukan antara eksperimen verifikasi (eksperimen tradisional) dengan media berbantuan komputer berbasis animasi, simulasi, dan video sebagai pendahuluan dalam memandu mahasiswa berekperimen di laboratorium fisika dasar. <br />Dalam artikel ini dipaparkan hasil studi kuasi eksperimen tentang penggunaan CELS pada ekperimen elastisitas untuk meningkatkan motivasi belajar dan mengembangkan kemampuan kinerja (performance) mahasiswa. Studi eksperimen dilakukan di salah satu LPTK Jawa Barat dengan mengambil mata kuliah (Eksperimen Fisika Dasar) EFD I khususnya konsep elastisitas yang menjadi bidang kajian.<br />2. Metode Penelitian<br />Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen. Desain penelitian digunakan adalah The Randommized Posttest Experiment Group Only (Fraenkel, 1993). Dengan menggunakan desain ini, terlebih dahulu dipilih secara acak satu kelas, satu kelas ini menjadi kelompok eksperimen dan tidak terdapat kelompok control (pembanding). Selanjutnya kelompok eksperimen mahasiswa ini melakukan ekperimen dengan media komputer berbasis animasi, simulasi, dan video eksperimen yang di dalamnya terdapat pertanyaan arahan sebelum mahasiswa melakukan eksperimen berbasis verifikatif. Setelah itu kelompok ini diberikan perlakuan berupa kegiatan eksperimen virtual pendahuluan melalaui CELS.<br />Subjek penelitian ini adalah mahasiswa Eksperimen Fisika Dasar I di salah satu LPTK Provinsi Jawa Barat, dengan jumlah sampel 18 orang mahasiswa yang terbagi dalam 5 kelompok kecil, masing-masing terdiri antara 3 sampai 4 mahasiswa. Untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian ini digunakan instrumen penelitian berupa angket motivasi belajar dan lembar pengamatan Performance Assessment (Penilaian Kinerja) untuk masing-masing kelompok. <br />Kinerja bereksperimen mahasiswa diperoleh dengan cara mengumpulkan data dari lembar penilaian kinerja yang diisi oleh observer (Peneliti/Dosen dibantu Asisten Laboratorium) untuk mengamati kinerja mahasiswa dalam bereksperimen menggunakan CELS. Lembar observasi kinerja yang diberikan kepada mahasiswa, kemudian dikumpulkan dan diolah dengan menggunakan kaidah skala Likert untuk rentang nilai terendah dari 1 sampai dengan nilai tertinggi 4.<br /><br />3. Hasil Penelitian dan Pembahasan<br />Gambar 1 menunjukkan rekapitulasi persentase rata-rata motivasi belajar mahasiswa dengan menggunakan CELS. Pencapaian motivasi belajar yang paling tinggi terjadi pada aspek II yaitu ulet dalam menghadapi kesulitan (78 %), dengan kategori motivasi sangat tinggi. Motivasi yang terendah terjadi pada aspek minat dan ketajaman perhatian dalam belajar (72 %), dengan kategori motivasi tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan CELS dapat lebih memperbaiki motivasi belajar mahasiswa untuk kegiatan eksperimen fisika dasar I (EFD I).<br /><br />Keterangan:<br />Aspek I = Ketekunan dalam belajar<br />Aspek II = Ulet dalam menghadapi kesulitan<br />Aspek III = Minat dan ketajaman perhatian dalam belajar<br />Aspek IV = Berprestasi dalam belajar<br />Aspek V = Mandiri dalam belajar<br />Kategori motivasi belajar:<br />0 < X< 25 = Motivasi sangat rendah<br />25 < X<50 = Motivasi rendah<br />50 < X<75 = Motivasi tinggi<br />75 < X<100 = Motivasi sangat tinggi<br />Gambar 1. Respons Siswa tentang Motivasi Belajar untuk Setiap Aspek<br /><br />Dengan menggunakan Combination Experiment Laboratory by Simulation (CELS) menunjukkan hasil yang sangat positif dalam memperbaiki motivasi belajar mahasiswa dalam EFD I. Perbaikan motivasi belajar mahasiswa terjadi untuk semua aspek. Hal ini sesuai dengan hasil temuan bahwa mahasiswa merasa termotivasi setelah menggunakan CELS, sehingga motivasi mereka menjadi lebih baik dari sebelumnya. Temuan ini sesuai dengan yang diungkapkan Sudarman (2007); Sutinah (2006); Jamaludin (2007) bahwa kegiatan eksperimen yang dikombinasikan dengan komputer dalam pemanfaatan software dan internet dapat meningkatkan aspek pengetahuan (knowledge), kecakapan (skill), dan motivasi (motivation) mahasiswa.<br />Gambar 2 menunjukkan bahwa penggunaan CELS dapat lebih mengembangkan kemampuan kinerja (performance) mahasiswa dalam bereksperimen yang ditunjukkan dengan skor pada skala Liekert. Data penilaian kinerja diperoleh dengan menggunakan lembar observasi kinerja bereksperimen berbasis skala Liekert (4, 3, 2, dan 1). Pengamatan dan penilaian kinerja eksperimen mahasiswa, dilakukan dengan pengisian lembar observasi oleh peneliti dibantu Asisten Laboratorium untuk penilaian masing-masing kelompoknya. Masing-masing kelompok mengalami perkembangan yang positif untuk kinerja bereksperimen terutama aspek mempersiapkan alat dan bahan yaitu skor 4 pada setiap kelompok. Untuk aspek pelaksanaan eksperimen, skor maksimum 4 pada kelompok 2 dan 3, sedangkan aspek menggunakan hasil pengukuran untuk menarik kesimpulan, skor maskimum 4 pada kelompok 1, 2, dan 3.<br />Pada semua aspek kinerja untuk eksperimen menggunakan CELS, cenderung dapat lebih mengembangkan kinerja (performance) bereksperimen mahasiswa. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan dalam National Research Council/NRC (Wulan, 2007) bahwa standard asesmen (penilaian) kinerja dalam pembelajaran sains khususnya kegiatan eksperimen telah mengalami pergeseran penekanan dari ”yang mudah dinilai” menjadi ”yang penting untuk dinilai”. Penilaian pembelajaran sains (eksperimen fisika dasar) dewasa ini lebih ditekankan pada pemahaman dan penalaran ilmiah. (Marzano, 1994; NRC, 2000 dalam Wulan, 2007). Suatu penilaian otentik diperlukan untuk menilai kemampuan (ability) dalam real life situations. Sehingga kemampuan menyiapkan alat dan bahan, melaksanakan eksperimen, dan menggunakan data untuk menarik kesimpulan merupakan bagian dari real life situations dalam melakukan eksperimen. Sehingga kemampuan kinerja mahasiswa ini dapat dikembangkan melalui penggunaan CELS dalam bereksperimen di laboratorium.<br />Performance assessment (Penilaian Kinerja) direkomendasikan sebagai penilaian yang sesuai dengan hakikat sains yang mengutamakan proses dan produk (NSTA, 1998; NRC, 2000 dalam Wulan, 2007). Dalam PUSKUR (2006), asesmen (penilaian) kinerja merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta didik (mahasiswa) dalam melakukan sesuatu. Penilaian ini cocok digunakan untuk menilai ketercapaian kompetensi yang menuntut peserta didik (mahasiswa) melakukan tugas tertentu seperti: eksperimen di laboratorium, presentasi, diskusi, bermain peran, dll. Cara penilaian ini dianggap lebih otentik daripada tes tertulis karena apa yang dinilai lebih mencerminkan kemampuan peserta didik (mahasiswa) yang sebenarnya.<br /> <br />Gambar 2. Perbandingan Kemampuan Kinerja (Performance) dengan CELS dan Ekperimen Verifikasi untuk Setiap Kelompok<br /><br /><br />4. Kesimpulan<br /> Dari hasil pengolahan dan analisis data dapat diambil kesimpulan bahwa penggunaan Combination Experiment Laboratory by Simulation (CELS) dapat memperbaiki motivasi belajar mahasiswa dalam kegiatan Eksperimen Fisika Dasar I (EFD I) untuk ranah afektif. Selain itu, penggunaan CELS juga dapat mengembangkan kemampuan kinerja (performance) bereksperimen mahasiswa untuk ranah psikomotor.<br /><br />Daftar Pustaka<br /><br />Fraenkel, J. R. dan Wallen, N. E. (1993). How to Design and Evaluate Research in Education (second ed.). New York: McGraw-Hill Book Co.<br />Jamaludin, A. (2007). Internet Menuju Sekolah: Jardiknas. [Online]. Tersedia: ade_smkams@yahoo.co.id [12 Desember 2007]<br />Margono, H. (2000). Metode Laboratorium. Malang: Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA Universitas Negeri Malang Press.<br />PUSKUR. (2006). Model Penilaian Kelas Kurikulum Berbasis Kompetensi Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah. Jakarta: Puskur Balitbang Depdiknas.<br />Samsudin, A., Suhendi, dan Solikhin, D. (2007). Kegiatan Praktikum dan Inkuiri. Makalah Tidak Dipublikasikan. Bandung: SPs UPI<br />Sudarman. (2007). ”Problem Based Learning: Suatu Model Pembelajaran untuk Mengembangkan dan Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah”. Jurnal Pendidikan Inovatif. 2, (2), 68-73.<br />Sutinah, A. (2006). Pembelajaran Interaktif Berbasis Multimedia di Sekolah Dasar. [Online]. Tersedia: www.google.com/pembelajaran/ interaktif/sutinah [12 Desember 2007]<br />Wulan, A. R. (2007). Pembekalan Kemampuan Performance Assessment kepada Calon Guru Biologi dalam Menilai Kemampuan Inquiry. Disertasi Program Pendidikan IPA. Bandung: SPs. UPISyamhttp://www.blogger.com/profile/03154960360749382192noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-6779179964089018646.post-24593390055928477292009-08-22T02:26:00.000-07:002009-08-22T02:54:25.981-07:00Lesson Study untuk Membina Guru dalam Jabatan di Sekolah<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh04JWtLYZfywbFA5zckcEyFQkJmOlF3GmfWTW2L8mvzIKHlFxdwRDLIe-4VCnMK13HUb5xDSpjB0B49H8qsvQp1cukPNbKmw9WTZENz1U_gEwX4-P0xYgl8kEMbzuJueeq-KsdaEDFgwIl/s1600-h/DSC01832.jpg"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;width: 400px; height: 300px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh04JWtLYZfywbFA5zckcEyFQkJmOlF3GmfWTW2L8mvzIKHlFxdwRDLIe-4VCnMK13HUb5xDSpjB0B49H8qsvQp1cukPNbKmw9WTZENz1U_gEwX4-P0xYgl8kEMbzuJueeq-KsdaEDFgwIl/s400/DSC01832.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5372720221308055426" /></a><br /><br />Secara kodrati manusia diciptakan Allah dengan berbagai perbedaan, ada yang berkulit hitam ada juga yang putih, ada yang diberikan kemampuan otak pintar dan juga kurang, ada yang laki-laki, ada yang perempuan, dll. Untuk menyikapi perbedaan itu agar tidak menjadi masalah besar, FPMIPA UPI menerapkan sistem Lesson Study.<br /><br />Kami yakin semua orang tahu bahwa suksesnya seseorang tergantung pada pendidiknya, jika para pendidiknya (Guru) baik dan berpotensi, maka siswanya pun akan tumbuh menjadi manusia baik yang penuh potensi.<br />Namun sebaliknya, jika para pendidik datang dari orang-orang yang tak berpendidikan bahkan tak tahu cara bagaimana mendidik siswa dengan baik, maka siswanya akan tumbuh menjadi manusia yang kurang dan terbelakang.<br /><br />Untuk menghindari keterbelakang, perlu kiranya menciptakan para pengajar (Guru) yang tak hanya handal dalam pelajaran (pedagoginya), namun juga mengerti tentang kepribadian siswa sehingga mereka tahu cara mengajar yang baik untuk anak-anak dengan tingkat penalaran yang berbeda.<br /><br />Pembinaannya bisa dilakukan dengan beragam cara, salah satunya dengan menggunakan sistem lesson study (LS) yang kini menjadi acuan FPMIPA UPI untuk mengembangkan kemampuan guru dalam mendidik siswanya. Kegiatan LS ini semakin lama semakin dikembangkan di berbagai tingkat satuan pendidikan, tetapi dasar dari projek (kegiatan ini) berlangsung untuk membina Guru-guru di tingkat SMP saja. kegiatan LS berlangsung dalam dua cara, 1) Lesson Study berbasis MGMP, dan 2) Lesson Study berbasis Sekolah (LSBS). <br /><br />Lesson study adalah sebuah model pembinaaan profesi pendidikan melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif (kerjasama) & berkesinambungan berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas (kelompok) & mutual learning untuk membangun komunitas belajar.<br /><br />Pengembangan lesson study dilakukan dan didasarkan pada hasil sharing pengetahuan profesional yang mempertimbangkan pada praktek dan hasil pembelajaran yang dilaksanakan guru dengan menekankan pada kualitas belajar anak.<br /><br />Cara ini pertama kali dikembangkan dan dipraktikan di Jepang lima tahun yang lalu dan mulai ramai dikembangkan di Indonesia terutama bekerjasama dengan kampus FPMIPA UPI, UNY Yogyakarta, dan UM Malang. Salah satunya yang sedang berlangsung di Kabupaten Sumedang dan Karawang yang dilaksanakan oleh FPMIPA UPI.<br /><br />Hal ini dianggap penting untuk meningkatkan pengetahuan materi pengajaran para guru, meningkatkan pembelajaran, kemampuan observasi aktivitas belajar, kualitas rencana pembelajaran, dan lain-lain.<br /><br />Sehingga dapat meningkatkan kualitas belajar siswa serat membentuk sumber daya manusia yang handal dan kompeten.<br /><br />Kegiatan lesson study kami lakukan selama satu minggu sekali terutama di hari Sabtu. Untuk pelaksanaannya dari fase Plan, Do, See, Act atau tindak lanjut. Dalam kesempatan ini, masing-masing guru mendapat giliran melakukan kegiatan dari plan, ke Do dan See serta Act. Mereka juga akan mendapat masukan mengenai cara mengajar yang benar, bahkan kritikan yang membangun.<br /><br />Pengajar (Guru) dilarang keras untuk sakit hati ataupun malu, karena tujuan kegiatan ini bukan mencari kelemahan melainkan untuk meraih kesempurnaan yang mengarah pada kualitas belajar siswanya. Sehingga apapun masalah yang menyangkut siswa, mulai dari pelajaran, keterlambatan mencerna, malas belajar, dan lain-lain dapat diatasi dengan baik.Syamhttp://www.blogger.com/profile/03154960360749382192noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6779179964089018646.post-31047337766907064982009-08-13T00:22:00.000-07:002009-08-13T00:32:21.025-07:00RPP ALAT OPTIK<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiye9Ccz0EGZXLF1tQ75TlLon5E2dx3Kn7g8O55y2SaCesiHnNUH8ZfU-EzUNGCcL6igEI51M3FrtyG0moGkNU7iVssAADSwYLMFdjRzL4i9voKdeY1KOhlfsomL_lAndMxqfJq5FE2d26K/s1600-h/Mata1.bmp"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;width: 274px; height: 229px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiye9Ccz0EGZXLF1tQ75TlLon5E2dx3Kn7g8O55y2SaCesiHnNUH8ZfU-EzUNGCcL6igEI51M3FrtyG0moGkNU7iVssAADSwYLMFdjRzL4i9voKdeY1KOhlfsomL_lAndMxqfJq5FE2d26K/s400/Mata1.bmp" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5369347550323973970" /></a><br /><br />RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN<br />ALAT OPTIK<br /><br />Nama Sekolah : SMA .................<br />Mata Pelajaran : Fisika<br />Kelas/Semester : X/1<br />Alokasi Waktu : 2 jam pelajaran<br /><br />I. STANDAR KOMPETENSI<br />3. Menerapkan prinsip kerja alat optik<br /><br />II. KOMPETENSI DASAR<br />3.1 Menganalisis alat-alat optik secara kualitatif dan kuantitatif<br /><br />III. INDIKATOR KOMPETENSI<br />3.1.1 Mendeskripsikan fungsi dan bagian alat optik mata dan lensa <br />3.1.2 Membedakan kelainan pada mata (cacat mata)<br />3.1.3 Menentukan kekuatan lensa pada penderita miopi dan hipermetropi<br /><br />IV. TUJUAN PEMBELAJARAN<br />1. Mengetahui bagian bagian mata <br />2. Mengatahui fungsi bagian-bagain mata<br />3. Mebedakan kelainan pada mata<br />4. Mengetahui alat untuk menaggulangi cacat mata<br />5. Dapat menentukan kekuatan lensa untuk penderita miopi dan hipermetropi<br /><br />V. MATERI PEMBELAJARAN<br />1. Fungsi dan bagian-bagian mata<br />2. Kelainan pada mata dan cara pengobatannya<br />3. Bagian-bagian lensa<br />4. Jari-jari kelengkungan lensa<br />5. Pembentukan bayangan pada lensa dan cermin<br />6. Kekuatan lensa<br /><br /><br />VI. METODA PEMBELAJARAN<br />Belajar mandiri, diskusi, tanya jawab.<br /><br />VII. SUMBER BELAJAR, ALAT DAN BAHAN<br /> <br />1. Komputer<br />2. Papan tulis<br />3. LKS<br /><br /> <br /><br />VIII. JENIS DAN BENTUK PENILAIAN<br />1. Pertanyaan lisan<br /> Dilakukan secara terpadu selama proses pembelajaran, untuk mengetahui pengetahuan dan pemahaman siswa tentang konsep dan prinsip alat optik<br />2. Penugasan <br /> Dilakukan secara tertulis dalam bentuk pekerjaan rumah.<br />3. Tes Tertulis<br /> Dilakukan secara tertulis pada saat penilaian formatif dalam bentuk pilihan ganda dan uraian yang disusun berdasarkan indikator.<br /> <br /><br /><br /><br /><br />SKENARIO PEMBELAJARAN<br />(2 jam pelajaran)<br />Alat Optik<br /><br />1. Pendahuluan (5 menit)<br />a. Guru memulai pembelajaran dengan mengucapkan salam, memberi perhatian, dan memeriksa kehadiran siswa<br />b. Guru mengkondisikan kelas untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar<br />c. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan kompetensi yang akan dicapai<br />d. Guru mengarahkan perhatian siswa pada pembelajaran alat optik<br />e. Guru menjelaskan tentang metoda yang akan digunakan <br /><br />2. Kegiatan Inti I (40 menit),, berlangsung di laboratorium komputer<br />a. Siswa belajar mandiri dengan komputer masing-masing, <br />b. Guru mengawasi proses belajar siswa<br />c. Siswa menjawab pertanyaan yang ada di LKS<br /><br />3. Kegiatan Inti II (40 menit), dilaksanakan dikelas<br />a. Guru mempersilahkan siswa untuk bertanya tentang materi yang telah dipelajari<br />b. Guru bersama siswa membahas LKS<br />c. Guru menjelaskan sebagian materi sebagai penguatan bagi siswa<br /><br />4. Penutup (5 menit)<br />a. Siswa bersama guru mengadakan refleksi terhadap seluruh proses pembelajaran dan pengetahuan yang telah diperoleh.<br />b. Guru menilai pemahaman siswa dengan memberikan kuis dan tugas individual diakhir pembelajaran<br />c. Guru menginformasikan tentang materi minggu depan<br /><br />Contoh Soal<br /><br />Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan singkat dan jelas.<br />1. Sebutkan dan jelaskan cacat pada mata?<br />2. Bagaimana pembentukan bayangan pada mata miopi dan hipermetrop?<br />3. Perhatikan gambar di atas. Sebutkan bagian-bagian pada mata dan jelaskan fungsinya? <br />4. Lensa apa yang digunakan pada penderita miopi? Jelaskan!<br />5. Lensa apa yang digunakan pada penderita hipermetrop? Jelaskan!<br />6. bagian mata yang berfungsi mengatur jumlah cahaya yang masuk ke mata, serta mengatur ukuran biji mata adalah<br />a. Kornea<br />b. Retina <br />c. Iris d. Pupil<br />e. Saraf optikSyamhttp://www.blogger.com/profile/03154960360749382192noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6779179964089018646.post-91323204118803780612009-08-13T00:13:00.000-07:002009-08-13T00:15:29.762-07:00PEMBELAJARAN SAINS FISIKA SMP DENGAN MENGGUNAKAN MMI OPTIKA GEOMETRIAchmad Samsudin, M.Pd.<br />Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI Bandung <br />(achmadsamsudin@yahoo.com)<br /><br /><br />BAB I <br />PENDAHULUAN<br /><br />Mutu pendidikan, khususnya pendidikan sains di Indonesia masih rendah. Hasil studi The Third International Mathemathics and Science Study tahun 2003 melaporkan bahwa kemampuan sains siswa SMP (eighth-grade student) Indonesia hanya berada pada peringkat ke-37 dari 46 negara (TIMMS, 2004). Rendahnya mutu pendidikan di tingkat nasional, ternyata tidak jauh berbeda dengan yang terjadi di Kabupaten Kudus. Hal ini ditunjukkan dengan rata-rata hasil ujian sekolah di Kabupaten Kudus yang hanya mencapai nilai 5,84 dari skala ideal 10. Rendahnya mutu pendidikan sains di SMP tercermin dengan rendahnya penguasaan konsep siswa. Selain penguasaan konsep siswa yang rendah, sikap belajar siswa pada aspek motivasi maupun aktivitas siswa dalam pembelajaran di kelas juga kurang baik (buruk).<br />Rendahnya penguasaan konsep dan buruknya sikap belajar siswa disebabkan oleh pembelajaran konvensional yang masih mengedepankan metode ceramah, tanpa memperhatikan aktivitas belajar yang berpusat dari siswanya (student centered). Pembelajaran konvensional yang berlangsung cenderung berjalan satu arah dari guru ke siswa (teacher centered), menyebabkan pembelajaran terkesan hanya menransfer pengetahuan dari guru ke siswa saja. Pembelajaran fisika yang berpusat dari guru ini berjalan kurang efektif dalam mengembangkan ranah kognitif (penguasaan konsep) dan ranah afektif (sikap belajar) siswa, sehingga penguasaan konsep dan sikap belajar siswa di kelas masih rendah. <br />Pembelajaran konvensional yang menghasilkan penguasaan konsep dan sikap belajar siswa yang rendah, perlu diperbaiki dengan cara menerapkan model, pendekatan, dan strategi pembelajaran yang menggunakan bantuan media. Salah satu alternatif penggunaan media dalam pembelajaran yang dapat diterapkan di kelas adalah media komputer dan internet. Media komputer dan internet cukup bagus untuk digunakan dalam pembelajaran yang banyak mengandung konsep-konsep, prinsip, prosedur, dan sikap siswa (Arsyad, 2002); sehingga penguasaan konsep siswa dapat lebih meningkat dan sikap belajar siswa dapat menjadi lebih baik. <br />Media komputer dan internet ini dapat dimanfaatkan dalam bentuk suatu model pembelajaran yang berbasis multimedia interaktif. Model pembelajaran ini selanjutnya dapat disebut dengan model pembelajaran Multimedia Interaktif (MMI). Model pembelajaran MMI ini dapat digunakan untuk semua materi atau konsep dalam fisika secara umum. Penggunaan model pembelajaran MMI di kelas dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa dan memperbaiki sikap belajar siswa. <br />Model pembelajaran MMI dapat digunakan untuk meningkatkan penguasaan konsep siswa secara umum, yaitu konsep-konsep yang bersifat konkret. Selain bagus digunakan dalam pembelajaran yang mengandung konsep-konsep yang bersifat konkret, model pembelajaran MMI ini juga sangat baik digunakan dalam konsep-konsep yang bersifat abstrak bagi siswa. Pada prinsipnya model pembelajaran MMI dapat menampilkan berbagai animasi dan simulasi dari beberapa konsep yang bersifat abstrak menjadi lebih konkret, sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna (Lee, Nicoll, dan Brooks, 2005). Optika Geometri merupakan salah satu konsep fisika yang mengandung banyak konsep-konsep yang bersifat abstrak, sehingga sesuai dengan penggunaan model pembelajaran MMI.<br />Dalam artikel ini dipaparkan hasil studi eksperimen tentang penggunaan model pembelajaran Multimedia Interkatif (MMI) dalam meningkatkan penguasaan konsep fisika dan memperbaiki sikap belajar siswa. Studi eksperimen dilakukan di salah satu SMP di Kabupaten Kudus Provinsi Jawa Tengah dengan mengambil materi bahasan Optika Geometri. Sebagai pembanding hasil digunakan model pembelajaran konvensional. <br /><br />BAB II<br />ISI<br /><br />2.1. Metode Penelitian<br />Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen. Desain penelitian yang digunakan adalah The Randommized Control-Group Pretest-Posttest Control Group Design (Fraenkel, 1993). Dengan menggunakan desain ini, terlebih dahulu dipilih secara acak dua kelas, satu kelas untuk kelompok eksperimen dan satu kelas untuk kelompok kontrol. Selanjutnya kedua kelompok siswa ini diberi tes awal untuk mengetahui kemampuan awal mereka tentang materi yang akan dipelajari. Setelah itu kedua kelompok diberi perlakuan, kelompok eksperimen diberi perlakuan berupa pembelajaran dengan model MMI, sedangkan kelompok kontrol diberi perlakuan berupa pembelajaran dengan model konvensional, yaitu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan dimana dalam proses pembelajaran berpusat pada guru dengan metode pembelajaran utama yang digunakan adalah ceramah dan tanya jawab.<br />Subyek penelitian ini adalah siswa SMP kelas VIII salah satu SMP di Kabupaten Kudus Provinsi Jawa Tengah, dengan jumlah sampel 77 orang siswa yang terbagi dalam dua kelompok yaitu 39 siswa kelompok eksperimen dan 38 siswa kelompok kontrol. Untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian ini digunakan instrumen penelitian berupa tes konseptual Optika Geometri dalam bentuk tes objektif dan angket sikap belajar siswa. <br />Keunggulan penggunaan model dalam meningkatkan penguasaan konsep ditinjau berdasarkan perbandingan nilai gain yang dinormalisasi (N-gain), antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Gain yang dinormalisasi (N-gain) dapat dihitung dengan persamaan: (Hake, 1999)<br /> ... 1)<br />Disini dijelaskan bahwa g adalah gain yang dinormalisasi (N-gain) dari kedua pendekatan, Smaks adalah skor maksimum (ideal) dari tes awal dan tes akhir, Spost adalah skor tes akhir, sedangkan Spre adalah skor tes awal. Tinggi rendahnya gain yang dinormalisasi (N-gain) dapat diklasifikasikan sebagai berikut: (1) jika 0,7, maka N-gain yang dihasilkan dalam kategori tinggi, (2) jika 0,3 < < 0,7, maka N-gain yang dihasilkan dalam kategori sedang, dan (3) jika < 0,3, maka N-gain yang dihasilkan dalam kategori rendah.<br />Sikap belajar siswa diperoleh dengan cara mengumpulkan data dari angket yang dibagikan kepada siswa setelah pembelajaran dengan menggunakan model MMI selesai dilakukan. Angket yang diberikan kepada siswa, kemudian dikumpulkan dan diolah dengan menggunakan kaidah skala Liekert dengan rentang skala 1 sampai dengan 3. Artinya, sikap siswa cenderung lebih baik dari sebelum menggunakan model pembelajaran MMI dinyatakan dengan skala 3. Siswa yang merasa sikapnya masih sama saja atau tidak terdapat perubahan setelah menggunakan model pembelajaran MMI dinyatakan dengan skala 2. Siswa yang merasa sikapnya cenderung menurun atau lebih buruk dari sebelum menggunakan model pembelajaran MMI dinyatakan dengan skala 1. Jika rata-rata skor sikap belajar siswa di atas 2, maka dapat diartikan siswa merasakan adanya perbaikan sikap belajar. Sedangkan, jika rata-rata skor sikap belajar siswa di bawah 2, maka dapat diartikan siswa merasakan adanya penurunan sikap belajar. <br /><br />2.2. Hasil Penelitian dan Pembahasan<br />Gambar 2.1 menunjukkan rekapitulasi rata-rata skor hasil tes penguasaan konsep Optika Geometri untuk kelompok kontrol dan kelompok eksprimen. Rata-rata skor tes awal siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol relatif tidak berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa siswa kelompok kontrol dan eksperimen memiliki tingkat penguasaan konsep awal Optika Geometri yang hampir sama. Skor rata-rata N-gain kelompok eksperimen sebesar 42,1 %, termasuk kategori sedang. Sedangkan skor rata-rata N-gain kelompok kontrol sebesar 31,1 %, juga termasuk kategori sedang. Dari pengujian signifikansi perbedaan dua rata-rata, didapat bahwa secara signifikans skor rata-rata N-gain kelompok eksperimen lebih tinggi dari skor rata-rata N-gain kelompok kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran MMI dapat lebih meningkatkan penguasaan konsep Optika Geometri siswa dibanding penggunaan model pembelajaran konvensional. <br /> <br />Gambar 2.1. Perbandingan Skor Rerata Tes Awal, Tes Akhir, dan N-gain Penguasaan Konsep untuk Kedua Kelompok <br /><br />Skor rata-rata penguasaan konsep siswa pada setiap sub konsep Optika Geometri dapat dilihat pada Gambar 2.2. Data-data pada gambar tersebut menunjukkan bahwa rata-rata penguasaan konsep siswa pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol untuk setiap sub konsep mengalami peningkatan. Peningkatan penguasaan konsep untuk kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan peningkatan penguasaan konsep untuk kelompok kontrol. Hal ini mengindikasikan bahwa model pembelajaran MMI ini lebih cocok digunakan untuk meningkatkan penguasaan konsep Optika Geometri dibanding model pembelajaran konvensional.<br /><br /> <br />Keterangan:<br />1. Cahaya <br />2. Pemantulan pada cermin lengkung <br />3. Pembiasan pada lensa tipis <br /><br />Gambar 2.2. Perbandingan Tes Awal, Tes Akhir, dan N-gain Setiap Sub Konsep antara Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol<br /><br />Peningkatan penguasaan konsep kelompok eksperimen yang paling tinggi terjadi pada sub konsep cahaya (46,8 %) dan yang terendah terjadi pada sub konsep pemantulan pada cermin lengkung (38,7 %). Peningkatan penguasaan konsep kelompok kontrol yang paling tinggi juga terjadi pada sub konsep cahaya (34,7 %) dan yang terendah terjadi pada sub konsep pembiasan pada lensa tipis (29,3 %). <br />Sub konsep cahaya mengalami peningkatan penguasaan konsep yang paling tinggi untuk kedua kelompok. Hal ini sesuai dengan hasil temuan bahwa soal-soal yang diterapkan dalam sub konsep cahaya termasuk kategori mudah dan sedang saja, sehingga siswa tidak banyak mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal-soal konsep ini dan N-gain yang diperoleh paling besar dibandingkan yang lain. Sub konsep cahaya dalam model pembelajaran MMI juga mengandung gambar-gambar fenomena alamiah secara mendetail dibandingkan sub konsep yang lain, sehingga tanggapan siswa merasa terbantu dengan tampilan gambar fenomena ini. Implikasinya penguasaan konsep siswa untuk sub konsep cahaya mengalami peningkatan yang paling besar dibandingkan dengan yang lainnya. Pemantulan pada cermin lengkung mengalami peningkatan penguasaan konsep yang paling rendah, untuk kelompok eksperimen yaitu 38,7 %. Hal ini terjadi karena soal-soal pada konsep cermin lengkung (cekung dan cembung) banyak terdapat soal-soal yang mengandalkan pemahaman konsep yang mendalam. Soal-soal pada konsep cermin lengkung tidak hanya soal penerapan rumus saja (C3), melainkan pada aspek analisis (C4), dan evaluasi (C5) dalam Taksonomi Bloom yang direvisi. <br />Gambar 2.3 menunjukkan bahwa sikap siswa rata-rata mengalami perbaikan dalam setiap indikator setelah melakukan pembelajaran dengan model MMI. Perbaikan sikap belajar siswa yang paling tinggi terjadi pada indikator menyelesaikan soal-soal yang ada menunjukkan sikap keaktifan siswa dan berusaha memperhatikan pelajaran di kelas menunjukkan sikap perhatian (2,7), sedangkan yang terendah terjadi pada indikator semangat dalam memahami materi menunjukkan motivasi (2,5). Pada semua indikator cenderung lebih memperbaiki sikap belajar siswa dari sebelumnya. <br />Perbaikan sikap belajar siswa terjadi untuk semua indikator. Hal ini sesuai dengan hasil temuan bahwa siswa merasa termotivasi dan senang setelah menggunakan model pembelajaran MMI, sehingga sikap mereka menjadi lebih baik dari sebelumnya. Jadi dapat disimpulkan, selain meningkatkan penguasaan konsep, model pembelajaran MMI juga dapat memperbaiki sikap belajar siswa. Temuan ini sesuai dengan yang diungkapkan Sudarman (2007); Sutinah (2006); Jamaludin (2007) bahwa pembelajaran dengan model MMI dalam pemanfaatan software dan internet dapat meningkatkan aspek pengetahuan (knowledge), kecakapan (skill), dan sikap (attitude) siswa.<br /> <br />Keterangan:<br />1. Menyelesaikan soal-soal yang ada (keaktifan siswa)<br />2. Berusaha memahami teori yang diajarkan (memahami sendiri)<br />3. Ketertarikan dengan materi fisika (pengulangan konsep)<br />4. Semangat dalam memahami materi (motivasi)<br />5. Berusaha memperhatikan pelajaran di kelas (perhatian)<br /><br />Garis putus-putus (- - -) menunjukkan bahwa batas dimana sikap belajar siswa setelah menggunakan model pembelajaran MMI masih sama saja dibanding dengan sebelum pembelajaran (model pembelajaran konvensional)<br /><br />Gambar 2.3. Respons Siswa tentang Sikap Belajar untuk Setiap Indikator<br /><br />2.3. Simpulan <br /> Dari hasil pengolahan dan analisis data dapat diambil kesimpulan bahwa model pembelajaran Multimedia Interaktif (MMI) secara signifikan dapat lebih meningkatkan penguasaan konsep Optika Geometri dibanding model pembelajaran konvensional. Selain itu, penggunaan model pembelajaran MMI Optika Geometri juga dapat memperbaiki sikap belajar siswa. <br />BAB III<br />CONTOH IMPLEMENTASI<br /><br /> Di bawah ini, ditampilkan beberapa contoh implementasi model pembelajaran MMI Optika Geometri.<br /><br /> <br />Gambar 3.1. Home page Gambar 3.2. Pemantulan<br /> <br />Gambar 3.3. Applet Pembiasan Gambar 3.4. Applet Lensa<br /> <br />Gambar 3.5. Latihan Soal Gambar 3.6. Evaluasi (Ulangan)<br /><br /><br />BAB IV<br />KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN<br /><br />4.1. Keunggulan<br /> Keunggulan model pembelajaran MMI optika geometri antara lain adalah:<br />1. Menunjukkan kepada siswa, penggambaran konsep yang abstrak dapat dinyatakan secara lebih konkret, sehingga penguasaan konsepnya lebih baik. Contoh: penggambaran sinar-sinar istimewa baik dalam cermin maupun lensa.<br />2. Siswa dapat melakukan pembelajaran secara mandiri. Peran guru di kelas benar-benar sebagai fasilitator saja.<br />3. Simulasi dan animasi yang terdapat dalam MMI optika geometri, dapat meningkatkan penguasaan konsep dan memperbaiki sikap belajar siswa. <br />4. Siswa dapat belajar secara utuh, konsep-konsep yang dikembangkan dalam model pembelajaran MMI optika geometri.<br />5. Siswa dapat berlatih dan mengevaluasi secara mandiri dalam latihan soal yang disediakan dalam MMI. <br /><br />4.2. Kelemahan<br />Adapun kelemahan model pembelajaran MMI optika geometri adalah:<br />1. Untuk menggunakan komputer diperlukan pengetahuan dan keterampilan khusus tentang komputer.<br />2. Keragaman model komputer (perangkat komputer) sering menyebabkan program (software) khususnya java dan flash yang tersedia untuk satu model tidak cocok dengan model yang lainnya.<br />3. Komputer hanya efektif bila digunakan oleh satu orang atau beberapa orang dalam kelompok kecil. <br /><br />Referensi:<br /><br />Arsyad, A. (2002). Media Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara<br /><br />Fraenkel, J. R. dan Wallen, N. E. (1993). How to Design and Evaluate Research in Education (second ed.). New York: McGraw-Hill Book Co.<br /><br />Hake, R. R. (1999). Analyzing Change/Gain Scores. [Online]. Tersedia: http://lists.asu.edu/cgi-bin/wa?A2=ind9903&L=aera-d&P=R6855 [22 April 2008] <br /><br />Jamaludin, A. (2007). Internet Menuju Sekolah: Jardiknas. [Online]. Tersedia: ade_smkams@yahoo.co.id [12 Desember 2007]<br /><br />Lee, Nicoll, dan Brooks. (2002). A Comparison of Inquiry and Worked Example Web-Based Instruction Using Physlets. Dalam Computers & Education [Online], Vol 10 (5), 7 halaman. Tersedia: www.elsevier.com/locate/compedu [12 Maret 2007]<br /><br />Sudarman. (2007). ”Problem Based Learning: Suatu Model Pembelajaran untuk Mengembangkan dan Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah”. Jurnal Pendidikan Inovatif. 2, (2), 68-73.<br /><br />Sutinah, A. (2006). Pembelajaran Interaktif Berbasis Multimedia di Sekolah Dasar. [Online]. Tersedia: www.google.com/pembelajaran/ interaktif/sutinah [12 Desember 2007]<br /><br />TIMMS. (2004). Highlihts from The Trends in International Mathematics and Science Study (TIMMSS). Washington, D.C: National Center for Statistics (NCES), Institute of Education Sciences, U.S. Departement of Education.Syamhttp://www.blogger.com/profile/03154960360749382192noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6779179964089018646.post-13750390841335373472009-05-28T16:44:00.000-07:002009-05-28T17:03:42.532-07:00PEDOMAN PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH (KTI) UNTUK GURUPEDOMAN PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH (KTI)<br />UNTUK GURU<br /><br />Oleh:<br />Achmad Samsudin, M.Pd.<br />Jurdik Fisika FPMIPA UPI Bandung<br /><br /><br />BAB I <br />PENDAHULUAN<br /><br />1.1. Latar Belakang<br /><br />Kiranya, kita sependapat bahwa tenaga kependidikan memegang peran dalam mencerdaskan bangsa -- pada sajian ini, guru digunakan sebagai acuan bahasan, namun demikian berbagai kebijakan umumnya juga berlaku bagi pengawas, penilik maupun pamong belajar. Karena itu, berbagai kebijakan kegiatan telah dan akan terus dilakukan untuk meningkatkan: karir, mutu, penghargaan, dan kesejahteraannya. Harapannya, mereka akan lebih mampu bekerja sebagai tenaga profesional dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. <br />Salah satu kebijakan penting adalah dikaitkannya promosi kenaikan pangkat/jabatan guru dengan prestasi kerja. Prestasi kerja guru tersebut, sesuai dengan tupoksinya, berada dalam bidang kegiatannya: (1) pendidikan, (2) proses pembelajaran, (3) pengembangan profesi dan (4) penunjang proses pembelajaran. <br />Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara nomor 84/1993 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, serta Keputusan bersama Menteri Pendidikan dan kebudayaan dan Kepala BAKN Nomor 0433/P/1993, nomor 25 tahun 1993 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, pada prinsipnya bertujuan untuk membina karier kepangkatan dan profesionalisme guru. <br />Kebijakan itu di antaranya mewajibkan guru untuk melakukan keempat kegiatan yang menjadi bidang tugasnya, dan hanya bagi mereka yang berhasil melakukan kegiatan dengan baik diberikan angka kredit. Selanjutnya angka kredit itu dipakai sebagai salah satu persyaratan peningkatan karir. <br />Penggunaan angka kredit sebagai salah satu persyaratan seleksi peningkatan karir, bertujuan memberikan penghargaan secara lebih adil dan lebih professional terhadap kenaikan pangkat yang merupakan pengakuan profesi, serta kemudian memberikan peningkatan kesejahteraannya. <br />1.2. Permasalahan <br />Terdapat beberapa permasalahan yang terkait dengan kebijakan pengumpulan angka kredit, di antaranya adalah : <br />(a) Pengumpulan angka kredit untuk memenuhi persyaratan kenaikan dari golongan IIIa sampai dengan golongan IVa, relatif mudah diperoleh. Hal ini karena, pada jenjang tersebut, angka kredit dikumpulkan hanya dari tiga macam bidang kegiatan guru, yakni (1) pendidikan, (2) proses pembelajaran, dan (3) penunjang proses pembelajaran. Sedangkan angka kredit dari bidang pengembangan profesi, belum merupakan persyaratan wajib.<br />Akibat dari “longgarnya” proses kenaikan pangkat dari golongan IIIa ke IVa tersebut, tujuan untuk dapat memberikan penghargaan secara lebih adil dan lebih profesional terhadap peningkatan karir, kurang dapat dicapai secara optimal. <br />Longgarnya seleksi peningkatan karir menyulitkan untuk membedakan antara mereka yang berpretasi dan kurang atau tidak berprestasi. Lama kerja pada jenjang kepangkatan, lebih memberikan urunan yang siginifikan pada kenaikan pangkat. Kebijakan tersebut seolah-olah merupakan kebijakan kenaikan pangkat yang mengacu pada lamanya waktu kerja, dan kurang mampu memberikan evaluasi pada kinerja profesional. <br />(b) Permasalahan kedua, berbeda dan bahkan bertolak belakang dengan keadaan di atas. Persyaratan kenaikan dari golongan IVa ke atas relatif sangat sulit. Permasalahannya terjadi, karena untuk kenaikan pangkat golongan IVa ke atas diwajibkan adanya pengumpulan angka kredit dari unsur Kegiatan Pengembangan Profesi. <br />Angka kredit kegiatan pengembangan profesi –berdasar aturan yang berlaku saat ini-dapat dikumpulkan dari kegiatan : <br />1. menyusun Karya Tulis Ilmiah (KTI), <br />2. menemukan Teknologi Tepat Guna, <br />3. membuat alat peraga/bimbingan, <br />4. menciptakan karya seni dan <br />5. mengikuti kegiatan pengembangan kurikulum. <br />Penulisngnya, karena petunjuk teknis untuk kegiatan nomor 2 sampai dengan nomor 5 belum terlalu operasional, menjadikan sebagian terbesar guru menggunakan kegiatan penyusunan Karya Tulis Ilmiah (KTI) sebagai kegiatan pengembangan profesi. <br />Sementara itu, tidak sedikit guru dan pengawas yang “merasa” kurang mampu melaksanakan kegiatan pengembangan profesinya (= yang dalam hal ini membuat KTI) sehingga menjadikan mereka enggan, tidak mau, dan bahkan apatis terhadap pengusulan kenaikan golongannya. Terlebih lagi dengan adanya fakta bahwa (a) banyaknya KTI yang diajukan dikembalikan karena salah atau belum dapat dinilai, (b) kenaikan pangkat/golongannya belum memberikan peningkatkan kesejahteraan yang signifikannya, (c) proses kenaikan pangkat sebelumnya – dari golongan IIIa ke IVa yang “relatif lancar”, menjadikan “kesulitan” memperoleh angka kredit dari kegiatan pengembangan profesi, sebagai “hambatan yang merisaukan”. <br /> <br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />BAB II<br />MACAM-MACAM KTI<br /><br />2.1. Posisi Karya Tulis Ilmiah dalam Kegiatan Pengembangan Profesi <br />Sebagaimana diutarakan sebelumnya, kenaikan pangkat/jabatan Guru Pembina/Golongan IVa ke atas, mewajibkan adanya angka kredit dari kegiatan Pengembangan Profesi. Berbeda dengan anggapan umum yang ada saat ini, menyusun Karya Tulis Ilmiah (KTI) BUKAN merupakan satu-satunya kegiatan pengembangan profesi. <br /> <br />Pengembangan profesi terdiri dari 5 (lima) macam kegiatan, yaitu: (1) menyusun Karya Tulis Ilmiah (KTI), (2) menemukan Teknologi Tepat Guna, (3) membuat alat peraga/bimbingan, (4) menciptakan karya seni dan (5) mengikuti kegiatan pengembangan kurikulum. Namun, dengan berbagai alasan, antara lain karena belum jelasnya petunjuk operasional pelaksanaan dan penilaian dari kegiatan selain menyusun KTI, maka pelaksanaan kegiatan pengembangan profesi, sebagian terbesar dilakukan melalui KTI. <br />Diketahui bahwa KTI adalah laporan tertulis tentang (hasil) suatu kegiatan ilmiah. Karena kegiatan ilmiah itu banyak macamnya, maka laporan kegiatan ilmiah (KTI) juga beragam bentuknya. Ada yang berbentuk laporan penelitian, tulisan ilmiah populer, buku, diktat dan lain-lain. <br />KTI dapat dipilah dalam dua kelompok yaitu (a) KTI yang merupakan laporan hasil pengkajian /penelitian, dan (b) KTI berupa tinjauan/ulasan/ gagasan ilmiah. Keduanya dapat disajikan dalam bentuk buku, diktat, modul, karya terjemahan, makalah, tulisan di jurnal, atau berupa artikel yang dimuat di media masa. <br /> <br />KTI juga berbeda bentuk penyajiannya sehubungan dengan berbedanya tujuan penulisan serta media yang menerbitkannya. Karena berbedanya macam KTI serta bentuk penyajiannya, berbeda pula penghargaan angka kredit yang diberikan. Meskipun berbeda macam dan besaran angka kreditnya, semua KTI (sebagai tulisan yang bersifat ilmiah) mempunyai kesamaan, yaitu: <br />• hal yang dipermasalahkan berada pada kawasan pengetahuan keilmuan <br />• kebenaran isinya mengacu kepada kebenaran ilmiah <br />• kerangka sajiannya mencerminan penerapan metode ilmiah <br />• tampilan fisiknya sesuai dengan tata cara penulisan karya ilmiah <br />Salah satu bentuk KTI yang cenderung banyak dilakukan adalah KTI hasil penelitian perorangan (mandiri) yang tidak dipublikasikan tetapi didokumentasikan di perpustakaan sekolah dalam bentuk makalah (angka kredit 4). <br />Niat guru untuk menggunakan laporan penelitian sebagai KTI sangatlah tinggi. Namun, ada sebagian guru yang masih merasa belum memahami tentang apa dan bagaimana penelitian pembelajaran itu. Akibatnya, kerja penelitian dirasakan sebagai kegiatan yang sukar, memerlukan biaya, tenaga dan waktu yang banyak, hal mana tentu tidak sepenuhnya benar. <br />2.2. Mengapa banyak KTI yang belum memenuhi syarat.<br />Berdasar pengalaman dalam proses penilaian, terdapat hal-hal sebagai berikut:<br />(a) Dari KTI yang diajukan, --tidak sedikit—berupa KTI orang lain yang dinyatakan sebagai karyanya, atau KTI tersebut DIBUATKAN oleh orang lain, yang umumnya diambil (dijiplak) dari skripsi, tesis atau laporan penelitian. Pernah terjadi di beberapa daerah, di mana sebagian besar KTI yang diajukan sangat mirip antara yang satu dengan yang lainnya. <br />(b) Banyak pula KTI yang berisi uraian hal-hal yang terlalu umum. KTI yang tidak berkaitan dengan permasalahan atau kegiatan nyata yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan pengembangan profesinya. Mengapa demikian? Karena KTI semacam itulah yang paling mudah ditiru, dipakai kembali oleh orang lain dengan cara mengganti nama penulisnya. <br />Sebagai contoh KTI yang berjudul: (a) Membangun karakter bangsa melalui kegiatan ekstra kurikuler, (b) Peranan orang tua dalam mendidik anak, (c)Tindakan preventif terhadap kenakalan remaja, (d) Peranan pendidikan dalam pembangunan, dll. KTI di atas tidak menjelaskan permasalahan spesifik yang berkaitan dengan tugas dan tanggung jawab guru. Jadi, meskipun KTI berada dalam bidang pendidikan tetapi (a) apa manfaat KTI tersebut dalam upaya peningkatan profesi guru?, (b) bagaimana dapat diketahui bahwa KTI tersebut adalah karya guru yang bersangkutan?<br />2.3. Hubungan KTI dengan Kegiatan Penelitian <br />Penelitian merupakan kegiatan ilmiah. Sehingga, laporan hasil penelitian juga merupakan Karya Tulis Ilmiah. Bahkan, KTI yang merupakan laporan hasil penelitian, merupakan bagian penting dari macam KTI yang dapat dibuat oleh guru, widyaiswara maupun pengawas, sebagaimana tampak pada tabel berikut.<br />Guru Widyaiswara Pengawas<br />• KTI hasil penelitian <br />• KTI tinjauan/ulasan ilmiah <br />• Tulisan Ilmiah Populer <br />• Prasaran disampaikan dalam pertemuan ilmiah <br />• Buku <br />• Diktat <br />• Karya terjemahan • KTI hasil penelitian <br />• KTI tinjauan/ulasan ilmiah <br />• Tulisan Ilmiah Populer <br />• Prasaran disampaikan dalam pertemuan ilmiah <br />• Buku <br />• Karya terjemahan <br />• Orasi ilmiah sesuai dengan bidang yang diajarkan • KTI hasil penelitian <br />• KTI tinjauan/ulasan ilmiah <br />• Tulisan Ilmiah Populer <br />• Prasaran disampaikan dalam pertemuan ilmiah<br />Sumber: (Suhardjono, 2009)<br /><br />KTI pada kegiatan pengembangan profesi guru, terdiri dari 7 (tujuh) macam, dengan rincian sebagai berikut: <br />No Macam KTI Macam Publikasinya Angka<br />Kredit<br />1 KTI hasil penelitian, pengkajian, survei dan atau evaluasi Berupa buku yang diedarkan secara nasional 12,5<br /><br /> Berupa tulisan (artikel ilmiah) yang dimuat pada majalah ilmiah yang diakui oleh Depdiknas 6,0<br /><br /><br /> Berupa buku yang tidak diedarkan secara <br />nasional 6,0<br /><br /><br /> Berupa makalah 4,0<br />2 KTI yang merupakan tinjuan <br />atau gagasan sendiri dalam <br />bidang pendidikan Berupa buku yang diedarkan secara nasional 8,0 <br /><br /> Berupa tulisan (artikel ilmiah) yang dimuat pada majalah ilmiah yang diakui oleh Depdiknas 4,0 <br /><br /> Berupa buku yang tidak diedarkan secara nasional 7,0 <br /><br /> Berupa makalah 3,5<br />3 KTI yang berupa tulisan ilmiah popular yang disebarkan melalui media masa Berupa tulisan (artikel ilmiah) yang dimuat pada media masa 2,0<br />4 KTI yang berupa tinjuan, gagasan, atau ulasan ilmiah yang disampaikan sebagai prasaran dalam pertemuan ilmiah Berupa makalah dari prasaran yang disampaikan pada pertemuan ilmiah 2,5<br />5 KTI yang berupa buku pelajaran Berupa buku yang bertaraf nasional 5<br /> Berupa buku yang bertaraf propinsi 3<br />6 KTI yang berupa diktat <br />pelajaran <br /> Berupa diktat yang digunakan di sekolahnya <br /> 1<br />7 KTI yang berupa karya <br />terjemahan <br /> Berupa karya terjemahan buku pelajaran/karya ilmiah yang bermanfaat bagi pendidikan <br /> 2.5<br />Sumber: (Suhardjono, 2009)<br /><br />Akhir-akhir ini kegiatan membuat KTI yang berupa laporan hasil penelitian, menunjukan jumlah yang semakin meningkat, hal ini karena: <br />1. Para guru makin memahami bahwa salah satu tujuan kegiatan pengembangan profesi, adalah dilakukannya kegiatan nyata di kelasnya yang ditujukan untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajarannya. Bagi sebagian besar guru, melakukan kegiatan seperti itu, sudah sering / biasa dilakukan. <br />2. Kegiatan tersebut, harus dilaksanakan dengan menggunakan kaidah-kaidah ilmiah, karena hanya dengan cara itulah, mereka akan mendapat jawaban yang benar secara keilmuan terhadap apa yang ingin dikajinya. <br />3. Apabila kegiatan tersebut dilakukan di kelasnya, maka kegiatan tersebut dapat berupa penelitian eksperimen, atau penelitian tindakan yang semakin layak untuk menjadi prioritas kegiatan. Kegiatan nyata dalam proses pembelajaran, dapat berupa tindakan untuk menguji atau menerapkan hal-hal baru dalam praktik pembelajarannya. Saat ini, berbagai inovasi baru dalam pembelajaran, memerlukan verifikasi maupun penerapan dalam proses pembelajaran. <br />2.4. Penelitian Pembelajaran yang Dilakukan di Kelas <br /> <br />Berbagai kegiatan pengembangan profesi yang dapat dilakukan guru dengan melibatkan para siswanya, antara lain adalah dengan melakukan penelitian di kelasnya. Ada dua macam penelitian yang dapat dilakukan di dalam kelas, yaitu: (a) penelitian eksperimen, dan (b) penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian eksperimen atau PTK, lebih diharapkan dilakukan guru dalam upayanya menulis KTI karena: <br />• KTI tersebut merupakan laporan dari kegiatan nyata yang dilakukan para guru di kelasnya dalam upaya meningkatkan mutu pembelajarannya – (ini tentunya berbeda dengan KTI yang berupa laporan penelitian korelasi, penelitian diskriptif, ataupun ungkapan gagasan, yang umumnya tidak memberikan dampak langsung pada proses pembelajaran di kelasnya), dan <br />• Dengan melakukan kegiatan penelitian tersebut, maka para guru telah melakukan salah satu tugasnya dalam kegiatan pengembangan profesionnya. <br />Terdapat beberapa macam penelitian, antara lain penelitian eksperimen yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang akibat dari adanya suatu treatment atau perlakuan. Penelitian eksperimen dilakukan untuk mengetes suatu hipotesis dengan ciri khusus : <br />(a) adanya variabel bebas yang dimanipulasi, <br />(b) adanya pengendalian atau pengontrolan terhadap semua variabel lain kecuali variabel bebas yang dimanipulasi, <br />(c) adanya pengamatan dan pengukuran terhadap variabel terikat sebagai akibat dari tindakan manipulasi variabel bebas. <br />Di samping kedua macam penelitian tersebut, ada pula yang dinamakan penelitian tindakan (action research). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian tindakan (action research) yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelasnya. PTK berfokus pada kelas atau pada proses belajar-mengajar yang terjadi di kelas. PTK harus tertuju atau mengenai hal-hal yang terjadi di dalam kelas. <br />Tujuan utama PTK adalah untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di dalam kelas. Kegiatan penelitian ini tidak saja bertujuan untuk memecahkan masalah, tetapi sekaligus mencari jawaban ilmiah mengapa hal tersebut dapat dipecahkan dengan tindakan yang dilakukan. PTK juga bertujuan untuk meningkatkan kegiatan nyata guru dalam pengembangan profesionalnya. <br />Pada intinya PTK bertujuan untuk memperbaiki berbagai persoalan nyata dan praktis dalam peningkatan mutu pembelajaran di kelas, yang dialami langsung dalam interaksi antara guru dengan siswa yang sedang belajar. <br />2.5. Macam-macam KTI yang Popular<br />Macam-macam KTI yang sering dibuat dan dipublikasikan oleh guru meliputi:<br />2.5.1. Makalah <br />2.5.1.1. Pengertian Makalah<br />Makalah adalah karya tulis ilmiah ihwal topik tertentu yang tercakup dalam ruang lingkup suatu pembelajaran (UPI, 2008). Zulmasri (2008) mengatakan bahwa makalah adalah tulisan semi ilmiah yang bentuk dan struktur serta substansinya sederhana dan tidak lengkap. Makalah yang diterbitkan di media cetak biasanya disebut artikel. Makalah juga dapat berfungsi sebagai syarat penentu untuk menyelesaikan suatu perkuliahan bagi mahasiswa. Berdasar definsi pada Kepmendidbud No. 025/0/1995 (Suhardjono, 2009), makalah hasil penelitian adalah suatu karya tulis yang disusun oleh seseorang atau kelompok orang yang membahas suatu pokok bahasan yang merupakan hasil penelitian. Dengan demikian, KTI ini merupakan laporan hasil dari suatu kegiatan penelitian yang telah dilakukan. <br />2.5.1.2. Karakteristik Makalah<br />Makalah memiliki karakteristik sebagai berikut:<br />1. Merupakan hasil kajian pustaka dan atau laporan pelaksanaan suatu kegiatan lapangan yang sesuai dengan cakupan permasalahan suatu pembelajaran.<br />2. Mengilustrasikan pemahaman penulis (guru) tentang permasalahan teoretis yang dikaji atau kemampuan guru dalam menerapkan suatu prosedur, prinsip, atau teori yang berhubungan dengan pembelajaran.<br />3. Menunjukkan kemampuan pemahaman guru terhadap isi dari berbagai sumber yang digunakan.<br />4. Mendemonstrasikan kemampuan guru meramu berbagai sumber informasi dalam satu kesatuan sintesis yang utuh.<br />2.5.1.3. Jenis Makalah<br />Ada dua jenis makalah yang biasa berlaku di lingkungan pendidikan, yaitu makalah biasa (common paper) dan makalah posisi (position paper). Makalah biasanya dibuat untuk menunjukkan pemahaman penulis terhadap permasalahan yang dibahas. Dalam makalah ini secara deskriptif, penulis (guru) mengemukakan berbagai aliran atau pandangan tentang masalah yang dikaji. Makalah juga memberikan pendapat baik berupa kritik maupun saran mengenai aliran atau pendapat yang dikemukakan. Dalam makalah ini guru tidak perlu memihak satu aliran atau pendapat tertentu dan berargumen untuk mempertahankan pendapat tersebut.<br />Dalam makalah posisi, guru menunjukkan posisi teoritiknya dalam suatu kajian. Guru dituntut tidak hanya menunjukkan penguasaan terhadap suatu teori atau pandangan tertentu saja tetapi juga harus menunjukkan di posisi mana dia berdiri disertai dengan alasan yang didukung oleh teori dan atau harus memepelajari berbagai sumber tentang aliran dan pendapat tertentu, dari sudut pandangan yang berbeda-beda dan bahkan penulis dapat memihak pada salah satu aliran atau pendapat yang ada. Dengan demikian, untuk membuat makalah posisi, penulis dituntut memiliki kemampuan analisis, sintesis, dan evaluasi yang baik.<br />2.5.1.4. Sistematika Makalah<br />Makalah biasa dan makalah posisi, masing-masing terdiri atas pendahuluan, isi, dan kesimpulan.<br />Pendahuluan. Bagian ini menguraikan masalah yang akan dibahas yang meliputi: latar belakang masalah, masalah, prosedur pemecahan masalah, dan sistematika uraian.<br />Isi. Bagian ini memuat uraian tentang hasil kajian penulis dalam mengeksplorasi jawaban terhadap masalah yang diajukan, yang dilengkapi oleh data pendukung serta argumen-argumen yang berlandaskan pandangan pakar dan teori yang relevan. Bagian ini boleh saja terdiri atas lebih dari satu bagian.<br />Kesimpulan. Bagian ini merupakan kesimpulan dan bukan ringkasan isi. Kesimpulan adalah makna yang diberikan penulis terhadap hasil diskusi/uraian yang telah dibuatnya pada bagian isi. Dalam mengambil kesimpulan tersebut penulis mekalah harus mengacu kembali ke permasalahan yang diajukan dalam bagian pendahuluan.<br />2.5.2. Artikel Ilmiah<br />2.5.2.1. Pengertian Artikel<br />Artikel atau artikel ilmiah adalah suatu karya tulis ilmiah yang dapat berupa hasil laporan suatu penelitian maupun gagasan yang biasanya dimuat dalam suatu jurnal ilmiah sesuai dengan kaidah dan sistematika masing-masing jurnal yang bersangkutan.<br />2.5.2.2. Karakteristik Artikel<br />Artikel ilmiah memiliki karakteristik sebagai berikut:<br />1. Merupakan laporan hasil penelitian yang dilakukan peneliti (guru) terutana yang berkaitan dengan PTK untuk diterbitkan dalam jurnal ilmiah atau kegiatan seminar yang sesuai dengan cakupan permasalahan dalam suatu pembelajaran.<br />2. Merupakan suatu hasil gagasan pemikiran yang dilakukan oleh peneliti (guru) yang sesuai dengan cakupan permasalahan dalam suatu pembelajaran untuk diterbitkan dalam jurnal ilmiah atau kegiatan seminar.<br />2.5.2.3. Jenis Artikel<br />Ada dua jenis artikel yang biasa berlaku di lingkungan pendidikan, yaitu artikel hasil penelitian dan artikel suatu gagasan ilmiah. Artikel biasanya dibuat untuk melaporkan hasil penelitian atau gagasan ilmiah yang sudah dibuat oleh guru (peneliti)dan akan diajukan (ditampilkan) dalam jurnal ilmiah atau seminar ilmiah. Dalam artikel hasil penelitian, penulis (guru) mengemukakan berbagai hasil penelitian tentang suatu permasalahan atau tema yang diteliti. Bisanya hasil penelitian yang dilakukan oleh guru menggunakan metode PTK (Penelitian Tindakan Kelas). Sedangkan artikel berupa gagasan ilmiah merupakan hasil pemikiran penulis (guru) dalam memberikan suatu solusi atau pemecahan terhadap permasalah ilmiah yang berkaitan dengan bidangnya untuk dipublikasikan dalam jurnal atau seminar ilmiah.<br />2.5.2.4. Sitematika Artikel<br />Penulisan Judul dan Naskah, sebagai berikut : <br />1. Judul ditik dengan huruf capital di tengah atas halaman dan dicetak tebal (bold). <br />2. Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia atau Inggris sesuai kaidah masing-masing bahasa yang digunakan. <br />3. Naskah harus selalu dilengkapi dengan Sari (dalam bahasa Indonesia) dan Abstract (dalam bahasa Inggris). <br />4. Kata-kata bahasa asing yang tidak dapat dialihbahasakan/disadur dicantumkan dalam bentuk asli dan ditulis dengan huruf miring (italic font). <br />Format Umum Penulisan Artikel <br />Seluruh bagian dari naskah termasuk Sari, Abstract, Judul, table, gambar, catatan kaki tabel, keterangan gambar dan daftar acuan diketik satu spasi pada electronic file dan dicetak dalam kertas HVS; menggunakan huruf Arial berukuran 11 (sebelas). Setiap lembar tulisan dalam naskah diberi nomor halaman dengan jumlah maksimum 15 halaman termasuk tabel dan gambar (Buletin Sumber Daya Geologi, 2008). Susunan naskah dibuat sebagai berikut : <br />Judul (Title) <br />Pada halaman judul makalah/karya tulis dicantumkan nama setiap penulis dengan jumlah penulis maksimum 5 (lima) orang, nama dan alamat Instansi bagi masing-masing penulis; disarankan dibuat catatan kaki yang berisi nomor telepon, faxcimile serta e-mail. <br />Sari/Abstract <br />Berisi ringkasan pokok bahasan lengkap dari keseluruhan isi naskah tanpa harus memberikan keterangan terlalu rinci dari setiap bab, dengan jumlah maksimum 250 kata. Sari dicantumkan terlebih dahulu apabila naskah berbahasa Indonesia, sementara Abstract tercantum di bawah Sari; dan berlaku sebaliknya apabila naskah ditulis dalam bahasa Inggris. Disarankan disertai kata kunci/keyword yang ditulis di bawah Sari/Abstract, terdiri dari 4 (empat) hingga 6 (enam) kata. Abstract atau sari yang ditulis di bawah sari atau abstract menggunakan italic font. <br />Pendahuluan (Introduction) <br />Bab ini dapat berisi latar belakang, maksud dan tujuan penyelidikan/penelitian, permasalahan, metodologi, lokasi dan kesampaian daerah serta materi yang diselidiki/diteliti dengan bab dan subbab tidak perlu menggunakan nomor. Bab berisi pernyataan yang mencukupi sehingga pembaca dapat memahami dan mengevaluasi hasil penyelidikan/penelitian yang berkaitan dengan topik makalah/karya tulis. <br />Hasil dan Analisis (Results and Analysis). <br />Berisi hasil-hasil penyelidikan/penelitian yang disajikan dengan tulisan, tabel, grafik, gambar maupun foto; diberi nomor secara berurutan. Hindari penggunaan grafik secara berlebihan apabila dapat disajikan dengan tulisan secara singkat. Pencantuman foto atau gambar tidak berlebihan dan hanya mewakili hasil penemuan. Semua tabel, grafik gambar dan foto yang disajikan harus diacu dalam tulisan dengan keterangan yang jelas dan dapat dibaca. Font huruf/angka untuk keterangan tabel, gambar dan foto berukuran minimum 6 (enam) point.<br />Pembahasan atau Diskusi (Discussion) <br />Berisi tentang interpretasi terhadap hasil penyelidikan/penelitian dan pembahasan yang terkait dengan hasil-hasil yang pernah dilaporkan. <br />Kesimpulan dan Saran (Conclusions and Recommendation) <br />Berisi kesimpulan dan saran dari isi yang dikandung dalam makalah/karya tulis. <br />Ucapan Terima Kasih (Acknowledgements) <br />Dapat digunakan untuk menyebutkan sumber dana penyeldikan/penelitian dan untuk pernyataan penghargaan kepada institusi atau orang yang membantu dalam pelaksanaan penyelidikan/penelitian dan penulisan makalah/karya tulis. <br />Acuan (References) <br />Acuan ditulis dengan menggunakan sistem nama tahun (Harvard), nama penulis/pengarang yang tercantum didahului oleh nama akhir (surename), disusun menurut abjad dan judul makalah/karya tulis ditulis dengan huruf miring (italic font). <br />Beberapa contoh penulisan sumber acuan (Buletin Sumber Daya Geologi, 2008): <br />Jurnal <br />Harvey, R.D. dan Dillon, J.W., 1985. Maceral distribution in Illinois cals and their palaeoenvironmental implication. International Journal of Coal Geology, 5, h.141-165. <br />Buku <br />Petters, W.C., 1987. Exploration and Mining Geology. John Willey & Sons, New York, 685 h. <br />Bab dalam Buku <br />Chen, C.H., 1970. Geology and geothermal power potential of the Tatun volcanic region. Di dalam : Barnes, H.L. (ed.), 1979. Geochemistry of hydrothermal ore deposits, 2nd edition, John Wiley and Sons, New York, h.632-683. <br />Prosiding <br />Suwarna, N. dan Suminto, 1999. Sedimentology and Hydrocarbon Potential of the Permian Mengkarang Formation, Southern Sumatera. Proceedings Southeast Asian Coal Geology, Bandung.<br />Skripsi/Tesis/Disertasi <br />DAM, M.A.C., 1994. The Late Quarternary evolution of The Bandung Basin, West Java, Indonesia. <br />Ph.D Thesis at Dept. of Quarternary Geology Faculty of Earth Science Vrije Universitet Amsterdam, h.1-12. <br />Informasi dari Internet <br />Cantrell, C., 2006. Sri Lanka's tsunami drive blossom : Local man's effort keeps on giving. Http://www.boston.com/news/local/articles/2006/01/26/ sri_lankas_tsunami_Drive_blossoms / [26 Jan 2006].Syamhttp://www.blogger.com/profile/03154960360749382192noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-6779179964089018646.post-69096929408567693052007-12-31T17:12:00.000-08:002009-04-06T19:11:51.416-07:00Pendidikan Sains (Pendidikan Fisika SL)<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgwvqpK4WHp69DQHbB7dv9gTTMLmgpPrduPsEznVmCBdOWyinWF4VNG2lzcQA__Q6JiyHckNCTCyNhCpoIoEnMxFrseB9F42eHT0i89C5O0-jjxmAe2Iuqes-x3SmtemirkiuUJoe9TACJS/s1600-h/sumbing+syam.jpg"><img id="BLOGGER_PHOTO_ID_5152203504374702226" style="FLOAT: left; MARGIN: 0px 10px 10px 0px; CURSOR: hand" alt="" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgwvqpK4WHp69DQHbB7dv9gTTMLmgpPrduPsEznVmCBdOWyinWF4VNG2lzcQA__Q6JiyHckNCTCyNhCpoIoEnMxFrseB9F42eHT0i89C5O0-jjxmAe2Iuqes-x3SmtemirkiuUJoe9TACJS/s200/sumbing+syam.jpg" border="0" /></a> Assalamu'alaikum wr. wb.<br />Saya seorang pendatang baru di lingkungan Pendidikan Sains khususnya kajian Fisika Sekolah Lanjutan (Fisika SL). APa itu Pendidika Sains (IPA) kajian Pendidikan Fisika SL? Ini adalah salah satu program studi di lingkungan SPs UPI Bandung yang sekarang lagi digandrungi oleh para pendidik generasi muda maupun pendidik generasi senior di lingkungan sekolah, LPMP, kampus (Universitas berbasis LPTK), dll. Tetapi bukan itu yang saya maksud, Pendidikan Sains Fisika SL ini akan saya jadikan wadah sebagai pengutaraan "unek-unek" pikiran saya secara murni maupun pendapat para ahli yang menggunakan kaidah tata tulis karya ilmiah secara benar. Saya dapat menjadikan Pendidikan Sains khususnya Pendidikan Fisika sebagai tempat curhat kegalauan isi hati dan pikiran saya mengenai kajian pendidikan IPA (Sains) khususnya Pendidikan Fisika. Saya akan memperkenalkan diri:<br />Nama : Achmad Samsudin, M.Pd.<br />Pendidikan S1 : Pendidikann Fisika FMIPA Unnes Semarang<br />Pendidikan S2 : Pendidikan IPA (Pendidikan Fisika SL) SPs UPI Bandung<br />Saya kira cukup sekian dulu perkenalannya. saya akan mencoba secara berkala menulis mengenai apa saja yang berkaitan dengan Pendidikan Sains (Pendidikan Fisika SL). Saya mengucapkan terima kasih atas perhatiannya. Semoga hasil artikel atau berita yang diposting dapat bermanfaat bagi pembaca semua. Tak ada gading yang tak retak, karya saya masih banyak kelemahannya. Diharapkan kritik dan saran yang membangun agar dapat memperbaiki blog dan isi artikelnya menjadi lebih baik. Terima kasih... Salam Syam.<br />Wassalamu'alaikum wr. wb.Syamhttp://www.blogger.com/profile/03154960360749382192noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6779179964089018646.post-68275926107203601492009-04-06T18:19:00.000-07:002009-04-06T18:20:54.258-07:00Sejarah Fisika dan Kontribusi Islam di dalamnyaDari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas<br />Langsung ke: <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_fisika#column-one">navigasi</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_fisika#searchInput">cari</a><br />Sejarah fisika sepanjang yang telah diketahui telah dimulai pada tahun sekitar 2400 SM, ketika kebudayaan <a class="new" title="Harappan (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Harappan&action=edit&redlink=1">Harappan</a> menggunakan suatu benda untuk memperkirakan dan menghitung sudut bintang di angkasa. Sejak saat itu <a title="Fisika" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Fisika">fisika</a> terus berkembang sampai ke level sekarang. Perkembangan ini tidak hanya membawa perubahan di dalam bidang dunia benda, <a title="Matematika" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Matematika">matematika</a> dan <a class="mw-redirect" title="Filosofi" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Filosofi">filosofi</a> namun juga, melalui <a title="Teknologi" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Teknologi">teknologi</a>, membawa perubahan ke dunia <a title="Sosial" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sosial">sosial</a> <a title="Masyarakat" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Masyarakat">masyarakat</a>. Revolusi ilmu yang berlangsung terjadi pada sekitar tahun 1600 dapat dikatakan menjadi batas antara pemikiran purba dan lahirnya <a title="Fisika klasik" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Fisika_klasik">fisika klasik</a>. Dan akhirnya berlanjut ke tahun 1900 yang menandakan mulai berlangsungnya era baru yaitu era <a class="new" title="Fisika modern (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Fisika_modern&action=edit&redlink=1">fisika modern</a>. Di era ini ilmuwan tidak melihat adanya penyempurnaan di bidang ilmu pengetahuan, pertanyaan demi pertanyaan terus bermunculan tanpa henti, dari luasnya <a title="Galaksi" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Galaksi">galaksi</a>, sifat alami dari kondisi <a title="Vakum" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Vakum">vakum</a> sampai lingkungan <a class="new" title="Subatomik (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Subatomik&action=edit&redlink=1">subatomik</a>. Daftar persoalan dimana fisikawan harus pecahkan terus bertambah dari waktu ke waktu.<br /><a id="Fisika_Awal" name="Fisika_Awal"></a><br />[<a title="Sunting bagian: Fisika Awal" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sejarah_fisika&action=edit&section=1">sunting</a>] Fisika Awal<br />Sejak jaman dulu, manusia terus memperhatikan bagaimana benda-benda di sekitarnya berinteraksi, kenapa benda yang tanpa disangga jatuh keb bawah, kenapa benda yang berlainan memiliki sifat yang berlainan juga, dan sebagainya. Mereka juga mengira-ira tentang misteri alam semesta, bagaimana bentuk dan posisi bumi di tengah alam yang luas ini dan bagaima sifat-sifat dari matahari dan bulan, dua benda yang memiliki posisi penting dalam kehidupan manusia purba. Secara umum, untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini mereka secara mudah langsung mengaitkannya dengan pekerjaan dewa. Akhirnya, jawaban yang mulai ilmiah namun tentu saja masih terlalu berspekulasi, mulai berkembang. Tentu saja jawaban ini kebanyakan masih salah karena tidak didasarkan pada eksperimen, bagaimanapun juga dengan begini ilmu pengetahuan mulai mendapat tempatnya. Fisika pada masa awal ini kebanyakan berkembang dari dunia filosofi, dan bukan dari eksperimen yang sistematis.<br /><a id="Kontribusi_Islam" name="Kontribusi_Islam"></a><br />[<a title="Sunting bagian: Kontribusi Islam" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sejarah_fisika&action=edit&section=2">sunting</a>] Kontribusi Islam<br />Saat itu kebudayaan didominasi oleh Kekaisaran Roma, ilmu medik dan fisika berkembang sangat pesat yang dipimpin oleh ilmuwan dan filsuf dari Yunani. Runtuhnya Kekaisaran Roma berakibat pada mundurnya perkembangan ilmu pengetahuan di dataran Eropa. Bagaimanapun juga kebudayaan di timur tengah terus berkembang pesat, banyak ilmuwan dari Yunani yang mencari dukungan dan bantuan di timur tengah ini. Akhirnya ilmuwan muslim pun berhasil mengembangkan ilmu astronomi dan matematika, yang akhirnya menemukan bidang ilmu pengetahuan baru yaitu kimia. Setelah bangsa Arab menaklukkan Persia, ilmu pengetahuan berkembang dengan cepat di Persia dan ilmuwan terus bermunculan yang akhirnya dengan giatnya memindahkan ilmu yang telah ada dari kebudayaan Yunani ke timur tengah yang saat itu sedang mundur dari Eropa yang mulai memasuki abad kegelapan.<br />Diperoleh dari "<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_fisika">http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_fisika</a>"Syamhttp://www.blogger.com/profile/03154960360749382192noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6779179964089018646.post-56861901302127790492009-04-06T18:12:00.000-07:002009-04-06T18:17:24.808-07:00Ahmed ZewailDr. Ahmed Hassan Zewail ialah seorang tokoh pakar <a class="mw-redirect" title="Sains" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sains">sains</a> <a title="Mesir" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Mesir">Mesir</a> yang telah memenangkan <a class="mw-redirect" title="Hadiah Nobel" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hadiah_Nobel">Hadiah Nobel</a> 1999 dalam bidang <a class="mw-redirect" title="Penghargaan Nobel dalam Kimia" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Penghargaan_Nobel_dalam_Kimia">kimia</a>.<br />Dr. Zewail merupakan ilmuwan <a title="Muslim" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Muslim">Muslim</a> kedua setelah Prof. <a title="Abdus Salam" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Abdus_Salam">Abdus Salam</a> dari <a title="Pakistan" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pakistan">Pakistan</a> yang menerima penghargaan tersebut karena jasanya menemukan <a title="Femtokimia" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Femtokimia">femtokimia</a>, studi mengenai <a title="Reaksi kimia" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Reaksi_kimia">reaksi kimia</a> melintasi femtoseconds.<br />Menggunakan teknik laser ultracepat (terdiri dari cahaya laser ultrapendek), teknik ini memberikan deskripsi reaksi pada tingkat atom. Dapat dilihat sebagai bentuk kehebatan tinggi dari cahaya fotografi.<br />Kini ia menetap di San Marino, <a title="California" href="http://id.wikipedia.org/wiki/California">California</a> bersama isterinya Dema Zewail yang merupakan ahli obat-obatan di Universitas California, Los Angeles (<a class="new" title="UCLA (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=UCLA&action=edit&redlink=1">UCLA</a>).<br />Selain itu ia juga pernah mendapat Jabatan Linus Pauling dalam bidang Fisika Kimia di California Institute of Technology, Pasadena sejak tahun 1990.<br /><a id="Fakta_Menarik_Dr._Ahmad_Zewail" name="Fakta_Menarik_Dr._Ahmad_Zewail"></a><br />[<a title="Sunting bagian: Fakta Menarik Dr. Ahmad Zewail" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Ahmed_Zewail&action=edit&section=1">sunting</a>] Fakta Menarik Dr. Ahmad Zewail<br />Ilmuwan kedua Muslim yang mendapat Hadiah Nobel dalam bidang kimia pada tahun 1999.<br />Ia dilahirkan pada 26 Februari 1946 di Mesir.<br />Orang tuanya begitu mengharapkannya menjadi seorang profesor. Malah sejak kecil, orang tuanya telah meletakkan tanda nama "Dr. Ahmed" di bilik bacaannya.<br />Selain membaca, beliau sangat menyukai musik.<br />Ia tidak menyukai Ilmu Sosial karena memerlukan seseorang itu mengingat sesuatu subjek sedangkan ia lebih suka bertanya "kenapa" dan "bagaimana".<br />Minatnya dalam bidang matematika dan kimia bermula sejak kecil. Ia pernah membuat beberapa buah alat uji kaji termasuk sebuah perlengkapan dari alat pembakar milik ibunya (yang digunakan untuk membuat kopi).<br />Bapak 4 orang anak itu memiliki 2 kewarganegaraan yaitu Mesir dan AS.<br />Ia memegang 2 jabatan profesor di Caltech yaitu Profesor Fisika dan Kimia.<br />Diperoleh dari "<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ahmed_Zewail">http://id.wikipedia.org/wiki/Ahmed_Zewail</a>"Syamhttp://www.blogger.com/profile/03154960360749382192noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6779179964089018646.post-91693471082908908022009-03-25T11:34:00.000-07:002009-03-25T11:36:34.993-07:00“Upaya Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan Soal-soal Fisika Melalui Metode Belajar Kelompok Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 11 Makassar.”<b style=""><i style=""><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">“Upaya Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan Soal-soal Fisika Melalui Metode Belajar Kelompok Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 11 Makassar.”</span></i></b> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';"></span>By Endang Makassar</p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><b style=""><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">BAB I. PENDAHULUAN</span></b></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt 36pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><b style=""><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';"><span style="">A.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span></b><b style=""><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">LATAR BELAKANG</span></b></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt 36pt; text-indent: 36pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">Salah satu tujuan pelajaran IPA (fisika) adalah agar siswa menguasai berbagai konsep dan prinsip IPA (fisika) untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap percaya diri sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Pengajaran fisika juga dimaksudkan untuk pembentukan sikap yang positif terhadap fisika, yaitu merasa tertarik untuk mempelajari fisika lebih lanjut karena merasakan keindahan dalam keteraturan perilaku alam serta kemampuan fisika dalam menjelaskan berbagai peristiwa alam dan penerapan fisika dalam teknologi.</span></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt 36pt; text-indent: 36pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">Pernyataan ini mengandung makna bahwa selain untuk kepentingan penerapan dalam kehidupan penerapan sehari-hari dan teknologi, penguasaan konsep-konsep dan prinsip-prinsip fisika pada kelas-kelas awal merupakan persyaratan keberhasilan belajar fisika dan meningkatnya minat siswa terhadap fisika pada kelas-kelas selanjutnya. Dengan kata lain jika penguasaan konsep-konsep dan prinsip-prinsip fisika di kelas-kelas awal sangat rendah disertai dengan sikap negatif terhadap pelajaran fisika, sulit diharapkan siswa akan berhasil dengan baik dalam pembelajaran di kelas-kelas selanjutnya.</span></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt 36pt; text-indent: 36pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">Berbagai upaya telah ditempuh guru untuk menjadikan siswa, khususnya siswa dikelas X SMA Negeri 11 Makassar ini menguasai dan memahami fisika, diantaranya penggunaan buku paket yang didalamnya terdapat latihan soal-soal fisika dengan harapan siswa dapat mempelajarinya. Namun dalam kenyataan menunjukkan belum adanya perubahan yang berarti tentang tingkat penguasaan siswa tersebut. Hal ini dapat terlihat dari nilai hasil tes formatif (ujian mid semester dan ujian semester) pada siswa kelas X SMA Negeri 11 Makassar secara umum yang masih dibawah standar KKM sekolah tersebut, sehingga siswa harus melakukan remedial hingga beberapa kali untuk mencapai nilai standar KKM tersebut.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt 36pt; text-indent: 36pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">Berdasarkan observasi yang dilakukan penulis di SMA Negeri 11 Makassar selama kegiatan PPL berlangsung terhadap siswa memberikan gambaran bahwa secara umum siswa hanya mempelajari Fisika pada waktu jam pelajaran fisika berlangsung disekolah, hal ini terlihat dari banyaknya siswa yang mengerjakan Pekerjaan Rumah (PR) disekolah. Siswa kurang termotivasi untuk mempelajari kembali pelajaran fisika dirumah atau diluar jam pelajaran sekolah. Kebanyakan siswa berpendapat bahwa pelajaran fisika sulit karena mereka banyak menjumpai persamaan matematik sehingga ia diidentikkan dengan angka dan rumus. Bagi siswa, konsep dan prinsip fisika menjadi sulit dipahami dan dicerna oleh kebanyakan mereka. Hal ini berdampak pada rendahnya minat siswa untuk belajar fisika. Masalah ini merupakan salah satu masalah klasik yang kerap dijumpai oleh para guru fisika di sekolah.</span><span style="color: black;"></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt 36pt; text-indent: 36pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">Ketidaksukaan pada pelajaran fisika, dapat berdampak pula pada sikap siswa terhadap guru fisikanya. Tidak sedikit guru fisika yang kurang mendapat simpati dari para muridnya karena ketidakberhasilan siswa dalam belajar fisika.. Nilai yang buruk dalam tes formatif dan sumatif fisika menempatkan guru sebagai penyebab kegagalan di mata siswa dan orang tua. Sikap siswa akan sangat berbeda pada guru kesenian atau olah raga misalnya, pelajaran yang menjadi favorit bagi kebanyakan siswa.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt 36pt; text-indent: 36pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">Rendahnya kualitas proses dan hasil belajar siswa ditunjukkan oleh fakta sebagai berikut :</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt 63.8pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';"><span style="">1.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">Siswa cendrung tidak menunjukan minat yang baik terhadap pembelajaran fisika </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt 63.8pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';"><span style="">2.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">Dilihat dari hasil belajar yang ditunjukan oleh hasil tes formatif, rata-rata hasil tes formatif masih tergolong rendah.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt 63.8pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';"><span style="">3.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">Siswa cendrung belajar dengan hanya menghafal rumus-rumus tanpa memahami maknanya.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt 63.8pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';"><span style="">4.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">Kemampuan mereka untuk menyelesaikan permasalahan atau soal-soal secara umum sangat rendah.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt 63.8pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';"><span style="">5.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">Pemahaman terhadap cara siswa menyelesaikan soal-soal uraian menunjukan bahwa mereka tidak memiliki kemampuan menyelesaikan soal-soal secara sistematis (yakni visualisasi masalah, mendeskripsikan dalam deskripsi fisika, merencanakan solusi, menyelesaikan solusi, dan mencek solusi).</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt 63.8pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';"><span style="">6.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">menyelesaikan soal-soal dengan cara trial and error dengan mencocokan soal-soal dengan rumus-rumus yang dihafalkannya.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt 36pt; text-indent: 36pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">Untuk mengantisipasi keadaan tersebut, maka guru sangat memegang peranan penting untuk mengupayakan metode pembelajaran yang memungkinkan siswa memahami dan menguasai pelajaran fisika. Salah satu metode yang selama ini dilakukan oleh guru adalah pemberian tugas. Pemberian tugas dengan metode pembelajaran kelompok ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal fisika..</span><span style="color: black;"></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt 36pt; text-indent: 36pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">Menyingkapi hal diatas maka dalam kesempatan ini peneliti sengaja mengkaji suatu masalah melalui penelitian dengan judul <b style=""><i style="">“Upaya Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan Soal-soal Fisika Melalui Metode Belajar Kelompok Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 11 Makassar.”</i></b></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt 36pt; text-indent: 36pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><b style=""><i style=""><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';"> </span></i></b></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt 36pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><b style=""><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';"><span style="">B.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span></b><b style=""><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">RUMUSAN MASALAH</span></b></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt 36pt; text-indent: 36pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas,maka rumusan masalah penelitian ini adalah : Bagaimana meningkatkan kemampuan menyelesaikan <span style=""> </span>soal-soal fisika melalui penerapan metode belajar kelompok pada siswa Kelas X SMA Negeri 11 Makassar?</span></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt 36pt; text-indent: 36pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';"> </span></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt 36pt; text-indent: 36pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';"> </span></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt 36pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><b style=""><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';"><span style="">C.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span></b><b style=""><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">TUJUAN PENELITIAN</span></b></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt 36pt; text-indent: 36pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan kemampuan menyelesaikan <span style=""> </span>soal-soal fisika pada siswa kelas X SMA Negeri 11 Makassar melalui penerapan metode belajar kelompok.</span></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt 72pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><b style=""><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';"> </span></b></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt 36pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><b style=""><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';"><span style="">D.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span></b><b style=""><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">MANFAAT PENELITIAN</span></b></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt 36pt; line-height: 200%;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :</span></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt 72pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';"><span style="">1.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">Memberikan informasi tentang kemampuan siswa menyelesaikan soal-soal fisika dalam proses belajar-mengajar fisika, dengan informasi tersebut diharapkan dapat menjadi acuan bagi penelitian selanjutnya untuk melakukan penelitian peningkatan kemampuan siswa dalam proses pengajaran melalui penelitian tindakan kelas</span></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt 72pt; line-height: 200%;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';"><span style="">2.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">Untuk menjadi bahan informasi tentang kelemahan dan kelebihan mempelajari fisika dengan menggunakan metode pembelajaran kelompok untuk meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal-soal fisika..</span></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt 72pt; line-height: 200%;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';"><span style="">3.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">Menjadi alternatif pengajaran fisika disekolah dalam upaya meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal-soal fisika.</span></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt 36pt; line-height: 200%;"><b style=""><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';"> </span></b></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt 36pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';"> </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';"> </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><b style=""><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">BAB II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN</span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><b style=""><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';"> </span></b></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt 36pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><b style=""><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';"><span style="">A.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span></b><b style=""><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">TINJAUAN PUSTAKA</span></b></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt 54pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><b style=""><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';"><span style="">1.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span></b><b style=""><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">Tinjauan Umum Pembelajaran Kelompok</span></b></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt 54pt; text-indent: 38.15pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">Semua model mengajar ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur tujuan, dan stuktur penghargaan (reward). Struktur tugas mengacu pada dua hal, yaitu pada cara pembelajaran itu diorganisasikan dan jenis kegiatan yang dilakukan oleh siswa didalam kelas. Hal ini berlaku pada pengajaran klasikal maupun pengajaran dalam kelompok kecil, siswa diharapkan melakukan sesuatu selama pengajaran itu, baik tuntutan akademik dan social terhadap siswa pada saat mereka bekerja menyelesaikan tugas-tugas belajar yang diberikan.</span></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt 54pt; text-indent: 38.15pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">Struktur tugas berbeda sesuai dengan berbagai macam kegiatan yang terlibat didalam pendekatan pengajaran tertentu. Sebagai contoh, beberapa pelajaran menghendaki siswa duduk pasif sambil menerima informasi dan ceramah guru, pelajaran lain<span style=""> </span>menghendaki siswa mengerjakan LKS dan pelajaran yang lain menghendaki siswa berdiskusi dan berdebat.</span></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt 54pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">Struktur tujuan suatu pelajaran adalah sejumlah saling ketergantungan yang dibutuhkan siswa pada saat mereka mengerjakan tugas-tugas mereka. Terdapat tiga macam struktur tujuan yang telah berhasil diidentifikasi, yaitu :</span></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt 70.9pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';"><span style="">1.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">Struktur tujuan disebut indivudualistik jika pencapaian tujuan tidak memerlukan interaksi dengan orang lain dan tidak bergantung pada baik-buruknya pencapaian orang lain. Siswa yakin upaya mereka sendiri untuk mencapai tujuan tidak ada hubungannya dengan upaya orang lain dalam mencapai tujaun tersebut. Denagn demukian<span style=""> </span>setiap usaha yang dilakukan oleh setiap individu untuk mencapai tujuan merupakan selingan bagi individu lainnya.</span></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt 70.9pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';"><span style="">2.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">Struktur tujuan kooperatif terjadi jika siswa mencapai tujuan mereka hanya jika siswa lain dengan siapa mereka bekerja sama mencapai tujuan tersebut. Tiap-tiap individu ikut andil menyumbang pencapaian tujuan-tujuan tersebut. Siswa yakin bahwa tujuan mereka akan tercapai jika dan hanya jika siswa lainnya juga mencapai tujuan tersebut. Tujuan kelompok akan tercapai apabila semua anggota kelompok mencapai tujuan itu bersama-sama.</span></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt 70.9pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';"><span style="">3.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">Struktur pengghargaan untuk berbagai macam model pembelajaran juga bervariasi. Seperti halnya struktur tujuan yang dapat diklasifikasi menjadi individualistik dan koopertif. Struktur penghargaan individualistic terjadi jika suatu penghargaan itu bias dicapai oleh siswa manapun dan tidak bergantung pada pencapaian individu lainnya, sedangkan struktur penghargaan kooperatif sebaliknya, yaitu situasi dimana upaya individu membantu individu lain mendapat penghargaan menggunakan struktur penghargaan kooperatif.</span></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt 54pt; text-indent: 38.15pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">Pengorganisasian pembelajaran kooperatif dicirikan oleh struktur tugas, tujuan, dan penghargaan kooperatif, siswa yang bekerja dalam situasi pembelajaran kooperatif<span style=""> </span>didorong dan dikendalikan untuk bekerja sama pada suatu tugas bersama, dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan dalam upaya meningkatkan kemampuan menyelasaikan soal-soal fisika dengan metode belajar kelompok ini.</span></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt 72pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><b style=""><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';"><span style="">a.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span></b><b style=""><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">Tujuan pembelajaran dan hasil belajar</span></b></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt 72pt; text-indent: 36pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">Metode pembelajaran kelompok dikembangkan untuk mencapai tujuan pembelajaran, yaitu :</span></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt 92.15pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: Wingdings;"><span style="">Ø<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><b style=""><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">Hasil Belajar Akademik</span></b></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt 92.15pt; text-indent: 35.45pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">Beberapa ahli berpendapat banwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan penilaian siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar.</span></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt 92.15pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: Wingdings;"><span style="">Ø<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><b style=""><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">Penerimaan Terhadap Perbedaan Individu</span></b></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt 92.15pt; text-indent: 35.45pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">Pembelajaran kooperatif memberi peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk saling bergantung satu sama lain atau tugas-tugas bersama, dan melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif, belajar untuk menghargai satu sama lain.</span></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt 92.15pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: Wingdings;"><span style="">Ø<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><b style=""><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">Pengembangan Keterampilan Sosial</span></b></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt 92.15pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">Pembelajaran kooperatif mengajar kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi. Keterampilan ini amat penting dan sebagian besar dilakukan dalam organisasi yang saling bergantung satu sama lain dan dimasyarakat secara budaya semakin beragam.</span></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt 72pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><b style=""><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';"><span style="">b.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span></b><b style=""><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">Bentuk-bentuk Pembelajaran Kooperatif</span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt 72pt; text-indent: 36pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan prinsip <i style="">Konstruktivisme</i> dari <i style="">Vygotsky,</i> yang menganggap bahwa siswa lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit jika mereka saling mendiskusikan masalah-masalah tersebut bersama dengan temannya.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt 72pt; text-indent: 36pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">Pembelajaran kooperatif mengacu pada metode pengajaran dimana siswa bekerja sama dalam kelompok kecil yang saling membantu dalam belajar.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt 72pt; text-indent: 36pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">Untuk pencapaian tujuan pembelajaran khususnya pembelajaran fisika ditawarkan berbagai pendekatan maupun metode yang bias diterapkan oleh guru selama pembelajaran berlangsung. Untuk pembelajaran kooperatif ada beberapa macam model pendekatan yang digunakan, yaitu :</span></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt 92.15pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: Wingdings;"><span style="">Ø<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><i style=""><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">Model Student teams Achievement Division (STAD)</span></i></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt 92.15pt; text-indent: 35.45pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">STAD dikembangkan oleh <i style="">Robert Slavin dan rekan-rekannya </i>di Universitas John Hopkin, dan merupakan pendekatan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Guru yang menggunakan STAD, juga mengacu pada kelompok siswa, menyajikan materi informasi baru kepada siswa setiap minggu menggunakan presentasi verbal maupun teks.</span></p> <p class="ListParagraph" style="text-indent: 35.45pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">Siswa dalam satu kelas tertentu dipecah menjadi kelompok haruslah heterogen, yang terdiri dapi laki-laki dan perempuan, yang berasal dari berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Anggota tim menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain untuk menuntaskan materi pelajarannya dan kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami bahan pembelajaran melalui tutorial, kuis, satu sama lain dan atau setiap 2 minggu siswa diberi kuis. Kuis itu diskor dan tiap individu diberi skor perkembangan.</span></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt 92.15pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: Wingdings;"><span style="">Ø<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><i style=""><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">Model Jigsaw</span></i></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt 92.15pt; text-indent: 35.45pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">Jigsaw telah dikembangkan dan diujicoba oleh <i style="">Elliot Aronson dan rekan-rekannya </i>di Universitas John Hopkins. Dalam penerapan Jigsaw, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 5-6 orang kelompok belajar heterogen yang mempelajari materi akademik yang telah dibagi menjadi sub-sub.</span></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt 92.15pt; text-indent: 35.45pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">Setiap anggota membacakan sub-sub yang ditugaskan, kemudian anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari sub-sub yang sama bertemu dari kelompok-kelompok ahli untuk mendiskusikan sub-sub mereka. Selanjutnya para siswa kembali ketim asal mereka bergantian mengajar teman satu timnya.</span></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt 92.15pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: Wingdings;"><span style="">Ø<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><i style=""><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">Investigasi Kelompok (IK)</span></i></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt 92.15pt; text-indent: 35.45pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">Dalam pendekatan investigasi kelompok, siswa dikelompokkan menjadi tim yang beranggotakan 5-6 orang kelompok belajar heterogen. Selanjutnya siswa memilih topik untuk diselidiki secara mendalam dan mempresentasikan laporannya kepada seluruh rekan siswa lainnya. Dalam kelompok-kelompok menangani aspek yang berbeda dari topik yang sama, siswa dan guru mengevalausi tiap kontribusi kelompok terhdap kerja kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi yang dilakukan dapat berupa penialain individual atau kelompok.</span></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt 92.15pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: Wingdings;"><span style="">Ø<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><i style=""><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">Pendekatan Struktural</span></i></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt 92.15pt; text-indent: 35.45pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">Pendekatan ini member penekanan pada penggunaan struktur tertentu diantaranya <i style="">Think-Pair-Share</i> dan <i style="">Membered-Head-Together </i><span style=""> </span>yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa, dimana guru mengajukan pertanyaan kepada seluruh siswa dikelas dan siswa memberi jawaban setelah mengangkat tangan dan ditunjuk oleh guru. Struktur ini menghendaki siswa bekerja saling membantu dalam kelompok kecil dan lebih dicirikan oleh penghargaan kooperatif daripada penghargaan individual.</span></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt 92.15pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: Wingdings;"><span style="">Ø<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><i style=""><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">Pendekatan Problem-Solving</span></i><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';"></span></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt 92.15pt; text-indent: 35.45pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">Pendekatan <i style="">Problem-Solving </i><span style=""> </span>merupakan metode belajar kelompok untuk menyelesaikan suatu masalah. Salah satu jenis pendekatan yang dapat digunakan dalam pemecahan masalah yaitu model pembelajaran yang memungkinkan terjadinya sering pengetahuan antara teman sejawat dan antar siswa dan guru. Siswa perlu diberikan kesempatan untuk belajar secara intraktif kerjasama secara berkelompok dengan teman dalam mengembangkan pemahaman terhadap konsep-konsep dan prinsip-prinsip penting terutama dalam menyelesaikan persoalan-persoalan fisika.</span></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt 92.15pt; text-indent: 35.45pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">Pendekatan<i style=""> Problem-Solving </i>ini melibatkan siswa untuk penyelidikan tertentu atau investigasi. Siswa dituntut untuk memiliki kemampuan kognitif secara luas untuk menemukan solusi dari soal-soal fisika yang diberikan.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';"> </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt 72pt; text-indent: 36pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">Dari kelima pendekatan diatas yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah<span style=""> </span>Metode Pembelajaran Kelompok untuk Meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal-soal fisika. Metode ini merupakan suatu pola kerja kelompok yang setiap anggotanya adalah seorang ahli yang mandiri dan berfikir terbuka untuk menemukan solusi.</span></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt 92.15pt; text-indent: 35.45pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';"> </span></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt 54pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><b style=""><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';"><span style="">2.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span></b><b style=""><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">Metode Pembelajaran Kelompok untuk Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan Soal-soal Fisika</span></b></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt 54pt; text-indent: 38.15pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">Metode pembelajaran kelompok yang berfokus pada pengembangan pemahaman konsep, pengembangan intraksi kelompok dan kerjasama, dan latihan memecahkan masalah merupakan pilihan yang terbaik. Model pembelajaran yang memenuhi kriteria ini adalah model pengajaran koopratif (cooperative learning) yang dipadukan dengan pemecahan masalah (problem solving) secara sistematis.</span></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt 54pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">Latihan-latihan menggunakan konsep-konsep dan prinsip-prinsip pada berbagai persoalan perlu dilakukan secara bertahap. Oleh karena itu, metode pemecahan masalah secara sistematis yang terdiri dari: visualisasi masalah, mendeskripsikan masalah kedalam deskripsi fisika, merencanakan solusi, menyelesaikan solusi, dan mencek solusi sangat penting dilatihkan. Metode ini sangat diperlukan bukan hanya dalam menyelesaikan soal-soal uraian, tetapi juga dalam menyelesaikan soal-soal pilihan ganda, metode ini tidak ditulis, tetapi tetap berlangsung dalam pikiran siswa. Bila metode pembelajaran kelompok untuk meningkatkan kemampuan menyelesaian soal secara sistematis ini dilatihkan secara terus menerus, maka ketika berhadapan dengan soal, siswa dengan cepat dapat mengidentifikasi konsep apa yang dibutuhkan untuk menyelesaikan soal-soal dan rumus mana yang terkait dengan konsep tersebut.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt 54pt; text-indent: 38.15pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">Secara oprasional tingkat intraksi siswa dalam kelas adalah skor yang diperoleh siswa dalam kegiatan-kegiatan diskusi dan bertanya. Hasil belajar yang dimaksud adalah menyangkut hasil belajar dalam aspek kognitif , afektif, dan psikomotor.</span></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt 99.25pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';"><span style="">1.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">Hasil belajar pada aspek kognitif meliputi penguasaan konsep-konsep dan prinsip-prinsip penting dan kemampuan menyelesaikan soal-soal fisika.</span></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt 99.25pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';"><span style="">2.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">Hasil belajar dalam aspek afektif meliputi aspek nilai (value), minat (interset), dan sikap (attitude).</span></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt 99.25pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';"><span style="">3.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">Hasil belajar pada aspek psikomotor adalah skor siswa dalam melaksanakan keterampilan-keterampilan yang meliputi kemampuan manipulasi (manipulation), artikulasi (articulation), dan naturalisasi (naturaliszation).</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt 54pt; text-indent: 36pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">Metode pembelajaran kelompok untuk meningkatkan kemapuan siswa dalam belajar fisika ini dapat memantapkan pengetahuan yang diperoleh siswa karena dengan adanya kemampuan mereka dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan akan menyalurkan minat dan melatih siswa menelaah materi pelajaran dengan wawasan yang lebih luas.</span></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt 99.25pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';"> </span></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt 54pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><b style=""><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';"><span style="">3.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span></b><b style=""><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">Proses Belajar Mengajar</span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt 54pt; text-indent: 36pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">Keberhasilan proses belajar-mengajar sangat ditentukan oleh faktor pengelolaan pembelajaran yang memungkinkan berlangsungnya proses belajar-mengajar yang baik, sehingga diharapkan dapat terjalin suasana belajar yang baik dan penyesuaian antara komponen yang satu dengan komponen yang lainnya. Komponen yang dimaksud disini adalah guru, siswa, metode, tujuan, bahan ajar, dan hal-hal yang berkaitan dengan proses belajar-mengajar.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt 54pt; text-indent: 36pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">Guru yang kreatif dan agresif akan senantiasa memberikan variasi dalam proses mengajarnya serta selalu memperhatikan kondisi siswa yang sedang belajar akan lebih baik jika dibandingkan dengan guru yang cara belajarnya bersifat statis, sebab guru yang tidak menggunakan variasi kan membuat siswa menjadi jenuh. Sebaliknya guru yang senantiasa memperhatikan kondisi siswa yang sedang belajar dan berusaha mengarahkan siswa pada suasana belajar denga<span style=""> </span>selingan berupa cerita, humor, permainan, pujian untuk memotivasi siswa dalam membangkitkan semangat belajar siswa, sehingga proses belajar-mengajar yang diharapkan memperoleh hasil yang optimal dan tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt 54pt; text-indent: 36pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">Pengajaran yang efektif bagi siswa terjadi jika tingkat kesukaran pelajaran dapat disesuaikan dengan <span style=""> </span>tingkat kemampuan siswa. Bagaimana tingkat kesukaran pelajaran dapat disajikan secara logis dan sistematis, khususnya dalam pelajaran fisika yang banyak dijumpai konsep dan pengertian fisis, demikian pula dalam pembahasannya memerlukan penjabaran secara sistematis. Karena pada dasarnya kemampuan siswa tidak sama, maka untuk mengatasi kesukaran tersebut guru perlu menggunakan metode yang sesuai karena guru tidak tahu apakah siswa masih mampu mengikutinya. Oleh sebab itu diperlukan kejelian dan kemampuan seorang guru dalam melihat faktor-faktor yang dapat menghambat jalannya pembelajaran.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt 54pt; text-indent: 36pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">Dalam proses belajar-mengajar guru diharapkan mampu menyelesaikan masalah secara efektif, untuk itu guru harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang prinsip-prinsip mengajar sebagai dasar dalam rancangan kegiatan belajar-mengajar, seperti meluruskan tujuan, memilih bahan, memilih metode, dan menetapkan evaluasi.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt 54pt; text-indent: 36pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">Peranan guru dalam proses belajar-mengajar sangat besar karena guru harus menggunakan metode yang tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran yang efektif. Metode mengajar yang memperlakukan siswa sebaagi subyek adalah metode mengajar yang dapat mengaktifkan siswa secara maksimal.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt 54pt; text-indent: 36pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';"> </span></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt 54pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><b style=""><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';"><span style="">4.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span></b><b style=""><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">Tingkat Penguasaan</span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt 54pt; text-indent: 36pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';" lang="NO-BOK">Prestasi belajar sebenarnya menggambarkan sejauh mana tingkat penguasaan siswa terhadap materi yang disajikan oleh guru. Untuk mengetahui tingkat penguasaan tersebut, biasanya dialakukan pengukuran dalam bentuk angka sebagai hasil dari kegiatan evaluasi.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt 54pt; text-indent: 36pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';" lang="NO-BOK">Penilaian dalam bentuk lain dapat dilakukan dengan cara persentase. Respon <span style=""> </span>yang mencapai 60,00% keatas dalam mengerjakan soal-soal dengan benar digolongkan memiliki tingkat penguasaan yang cukup. Sedangkan respon yang memiliki nilai 60,00% kebawah digolongkan memiliki tingkat penguasaan yang kurang memadai.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt 54pt; text-indent: 36pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';" lang="NO-BOK">Untuk lebih jelasnya, predikat keberhasilan yang dinyatakan dalam bentuk tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran fisika dapat dilihat dari tabel berikut.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt 72pt; text-indent: 18pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';" lang="NO-BOK">Tabel 1. Predikat Tingkat Penguasaan Soal-soal oleh siswa</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt;"> </p><table class="MsoNormalTable" style="border: medium none ; margin: auto auto auto 97.55pt; border-collapse: collapse;" border="1" cellpadding="0" cellspacing="0"> <tbody> <tr style=""> <td style="border: 1pt solid black; padding: 0cm 5.4pt; width: 16.5pt; background-color: transparent;" valign="top" width="22"> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; line-height: 200%; text-align: center;" align="center"><b style=""><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';" lang="NO-BOK">No</span></b></p></td> <td style="border-style: solid solid solid none; border-color: black black black rgb(236, 233, 216); border-width: 1pt 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 148.8pt; background-color: transparent;" valign="top" width="198"> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; line-height: 200%; text-align: center;" align="center"><b style=""><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';" lang="NO-BOK">Tingkat Penguasaan (%)</span></b></p></td> <td style="border-style: solid solid solid none; border-color: black black black rgb(236, 233, 216); border-width: 1pt 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 120.5pt; background-color: transparent;" valign="top" width="161"> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; line-height: 200%; text-align: center;" align="center"><b style=""><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';" lang="NO-BOK">Predikat</span></b></p></td></tr> <tr style=""> <td style="border-style: none solid solid; border-color: rgb(236, 233, 216) black black; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 16.5pt; background-color: transparent;" valign="top" width="22"> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';" lang="NO-BOK">1.</span></p></td> <td style="border-style: none solid solid none; border-color: rgb(236, 233, 216) black black rgb(236, 233, 216); border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 148.8pt; background-color: transparent;" valign="top" width="198"> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; line-height: 200%; text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';" lang="NO-BOK">86,00 – 100,00</span></p></td> <td style="border-style: none solid solid none; border-color: rgb(236, 233, 216) black black rgb(236, 233, 216); border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 120.5pt; background-color: transparent;" valign="top" width="161"> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; line-height: 200%; text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';" lang="NO-BOK">Sangat Baik</span></p></td></tr> <tr style=""> <td style="border-style: none solid solid; border-color: rgb(236, 233, 216) black black; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 16.5pt; background-color: transparent;" valign="top" width="22"> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';" lang="NO-BOK">2.</span></p></td> <td style="border-style: none solid solid none; border-color: rgb(236, 233, 216) black black rgb(236, 233, 216); border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 148.8pt; background-color: transparent;" valign="top" width="198"> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; line-height: 200%; text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';" lang="NO-BOK">76,00 – 85,00</span></p></td> <td style="border-style: none solid solid none; border-color: rgb(236, 233, 216) black black rgb(236, 233, 216); border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 120.5pt; background-color: transparent;" valign="top" width="161"> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; line-height: 200%; text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';" lang="NO-BOK">Baik</span></p></td></tr> <tr style=""> <td style="border-style: none solid solid; border-color: rgb(236, 233, 216) black black; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 16.5pt; background-color: transparent;" valign="top" width="22"> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';" lang="NO-BOK">3.</span></p></td> <td style="border-style: none solid solid none; border-color: rgb(236, 233, 216) black black rgb(236, 233, 216); border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 148.8pt; background-color: transparent;" valign="top" width="198"> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; line-height: 200%; text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';" lang="NO-BOK">60,00 – 75,00</span></p></td> <td style="border-style: none solid solid none; border-color: rgb(236, 233, 216) black black rgb(236, 233, 216); border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 120.5pt; background-color: transparent;" valign="top" width="161"> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; line-height: 200%; text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';" lang="NO-BOK">Cukup</span></p></td></tr> <tr style=""> <td style="border-style: none solid solid; border-color: rgb(236, 233, 216) black black; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 16.5pt; background-color: transparent;" valign="top" width="22"> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';" lang="NO-BOK">4.</span></p></td> <td style="border-style: none solid solid none; border-color: rgb(236, 233, 216) black black rgb(236, 233, 216); border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 148.8pt; background-color: transparent;" valign="top" width="198"> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; line-height: 200%; text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';" lang="NO-BOK">55,00 – 59,00</span></p></td> <td style="border-style: none solid solid none; border-color: rgb(236, 233, 216) black black rgb(236, 233, 216); border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 120.5pt; background-color: transparent;" valign="top" width="161"> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; line-height: 200%; text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';" lang="NO-BOK">Kurang</span></p></td></tr> <tr style=""> <td style="border-style: none solid solid; border-color: rgb(236, 233, 216) black black; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 16.5pt; background-color: transparent;" valign="top" width="22"> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';" lang="NO-BOK">5.</span></p></td> <td style="border-style: none solid solid none; border-color: rgb(236, 233, 216) black black rgb(236, 233, 216); border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 148.8pt; background-color: transparent;" valign="top" width="198"> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; line-height: 200%; text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';" lang="NO-BOK">≤54,00</span></p></td> <td style="border-style: none solid solid none; border-color: rgb(236, 233, 216) black black rgb(236, 233, 216); border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 120.5pt; background-color: transparent;" valign="top" width="161"> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; line-height: 200%; text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';" lang="NO-BOK">Sangat Kurang</span></p></td></tr></tbody></table> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><b style=""><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';"> </span></b></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt 54pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><b style=""><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';"><span style="">5.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span></b><b style=""><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">Pemberian Tugas</span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt 54pt; text-indent: 36pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';" lang="NO-BOK">Hasil belajar merupakan indikator yang menunjukkan tingkat keberhasilan guru dalam mengajar dan keberhasilan siswa dalam proses belajar. Hasil belajar diartikan dengan sesuatu yang telah dicapai dari apa yang telah dilakukan atau dikerjakan sebelumnya.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt 54pt; text-indent: 36pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';" lang="NO-BOK">Biasanya hasil belajar itu dilakukan dengan jalan melaksanakan penilaian. Penilaian itu merupakan salah satu unsur yang penting dalam belajar, karena dengan penilaian tersebut, data yang diperoleh dapat diolah hasilnya dan dijadikan sebagai sumber informasi bagi guru untuk mengetahui tingkat keberhasilan metide mengajar yang digunakan.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt 54pt; text-indent: 36pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';" lang="NO-BOK"> </span></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt 36pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><b style=""><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';"><span style="">B.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span></b><b style=""><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">KERANGKA BERFIKIR</span></b></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt 54pt; text-indent: 36pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';" lang="NO-BOK">Aktivitas siswa dalam pembelajaran merapakan salah satu unsur yang paling penting dalam menentukan efektif tidaknya suatu pembelajaran. Selain itu guru harus mempertimbangkan model pembelajaran yang sesuai untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa. </span><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">Untuk memunculkan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar-mengajar, maka perlu dipilih suatu metode pembelajaran yang menumbuhkan<span style=""> </span>keaktifan siswa secara maksimal, sehingga siswa memperoleh kebermaknaan belajar. Selain itu dapat membantu siswa mengungkapkan dan menyelesaikan permasalahan termasuk menyelesaikan soal-soal fisika.</span></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt 54pt; text-indent: 36pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">Pembelajaran dengan metode pembelajaran kelompok untuk menyelesaikan soal-soal fisika selain dapat membantu siswa menumbuhkan sikap positif terhadap Fisika, karena didalam proses latihan penyelesaian soal-soal fisika akan melatih siswa untuk terampil menjawab persoalan yang berhubungan dengan<span style=""> </span>materi pelajaran yang telah diajarkan. </span></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt 54pt; text-indent: 36pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">Para siswa secara individu membangun kepercayaan diri terhadap kemampuannya untuk menyelesaikan persoalan-persoalan fisika sehingga akan mengurangi bahkan akan menghilangkan rasa cemas terhadap pelajaran fisika yang kebanyakan dialami oleh para siswa.</span></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt 54pt; text-indent: 36pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';"> </span></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt 36pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><b style=""><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';"><span style="">C.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span></b><b style=""><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">HIPOTESIS TINDAKAN</span></b></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt 36pt; text-indent: 36pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';" lang="NO-BOK">Berdasarkan<span style=""> </span>kajian teoritis yang telah<span style=""> </span>dikemukakan di atas, maka<span style=""> </span>diajukan<span style=""> </span>hipotesis tindakan<span style=""> </span>sebagai berikut:</span></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt 36pt; text-indent: 36pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';" lang="NO-BOK">“Penggunaan metode belajar kelompok dapat meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal-soal fisika pada siswa kelas X SMA Negeri 11 Makassar”</span></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt 36pt; text-indent: 36pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';" lang="NO-BOK"> </span></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt 36pt; text-indent: 36pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';" lang="NO-BOK"> </span></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt 36pt; text-indent: 36pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';" lang="NO-BOK"> </span></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt 36pt; text-indent: 36pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';" lang="NO-BOK"> </span></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt 36pt; text-indent: 36pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';" lang="NO-BOK"> </span></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt 36pt; text-indent: 36pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';" lang="NO-BOK"> </span></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt 36pt; text-indent: 36pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';" lang="NO-BOK"> </span></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt 36pt; text-indent: 36pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';" lang="NO-BOK"> </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><b style=""><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">BAB III. METODE PENELITIAN</span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><b style=""><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';"> </span></b></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt 36pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><b style=""><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';"><span style="">A.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span></b><b style=""><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">Jenis Penelitian</span></b></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt 36pt; text-indent: 36pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (<i style="">Classroom Action Research</i>) dengan tahapan-tahapan, yaitu Perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan evaluasi, refleksi..</span></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt 36pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><b style=""><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';"><span style="">B.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span></b><b style=""><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">Subyek Penelitian</span></b></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt 36pt; text-indent: 36pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">Subyek penelitian ini adalah Siswa Kelas X</span><span style="font-size: 9pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">6</span><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';"> SMA Negeri 11 Makassar pada tahun ajaran 2008/2009.</span></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt 36pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><b style=""><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';"><span style="">C.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span></b><b style=""><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">Variabel Penelitian</span></b></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt 36pt; text-indent: 36pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">Penelitian yang terdiri atas dua variabel, yaitu (1)Metode pembelajaran kelompok. (2) Kemampuan <span style=""> </span>menyelesaikan soal-soal fisika.</span></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt 36pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><b style=""><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';"><span style="">D.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span></b><b style=""><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">Defenisi Operasional Variabel</span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt 36pt; text-indent: 36pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">Bahasan yang jelas tentang penelitian yang akan diuraikan dalam defenisi operasional adalah sebagai berikut :</span></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt 70.9pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><b style=""><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';"><span style="">1.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span></b><b style=""><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">Metode pembelajaran kelompok </span></b></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt 72pt; text-indent: 36pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">Metode pembelajaran kelompok adalah salah satu strategi yang digunakan guru dalam proses kegiatan belajar-mengajar dengan cara membagi siswa kedalam beberapa kelompok, dimana setiap kelompok terdiri dari 5-6 orang siswa, kemudian guru memberikan soal-soal fisika untuk diselesaikan secara berkelompok pada masing-masing kelompok yang sudah terbentuk.</span></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt 70.9pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><b style=""><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';"><span style="">2.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span></b><b style=""><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">Kemampuan Menyelesaikan Soal-soal Fisika</span></b></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt 72pt; text-indent: 36pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">Penguasaan siswa terhadap materi pelajaran fisika (soal-soal fisika) yang digambarkan dengan skor yang mereka peroleh dari tes hasil belajar fisika dalam setiap ahir siklus.</span></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt 72pt; text-indent: 36pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';"> </span></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt 36pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><b style=""><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';"><span style="">E.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span></b><b style=""><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">Prosedur Penelitian</span></b></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt 36pt; text-indent: 36pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';" lang="NO-BOK">Pelaksanaan penelitian ini direncanakan dalam dua Siklus, yaitu Siklus I dan Siklus II. Pelaksanaan penelitian dilakukan karena adanya<span style=""> </span>permasalahan<span style=""> </span>yang dialami<span style=""> </span>dalam pembelajaran, kemudian<span style=""> </span>dilakukan<span style=""> </span>perencanaan tindakan<span style=""> </span>untuk mengatasi permasalahan<span style=""> </span>tersebut,<span style=""> </span>yang dilanjutkan<span style=""> </span>dengan<span style=""> </span>upaya<span style=""> </span>pelaksanaan tindakan dan observasi<span style=""> </span>pelaksanaan. Hasil<span style=""> </span>observasi selajutnya<span style=""> </span>direfleksi<span style=""> </span>untuk mengetahui hasil<span style=""> </span>pelaksanaan tindakan. Jika refleksi menunjukkan bahwa hasil diperoleh<span style=""> </span>belum memadai, maka dilanjutkan dengan Siklus II yang dimulai<span style=""> </span>dari<span style=""> </span>perencanaan, demikian<span style=""> </span>seterusnya.</span></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt 36pt; text-indent: 36pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';" lang="NO-BOK">Untuk lebih jelasnya, secara sistematis keterkaitan antara setiap komponen dengan komponen lainnya dalam satu siklus antara siklus I dengan siklus II dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:</span><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';"></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt 18pt; line-height: 200%;"><b><span style="color: black;" lang="NO-BOK"><span style="font-family:Times New Roman;font-size:100%;"> </span></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt 18pt; line-height: 200%;"><b><span style="color: black;" lang="NO-BOK"><span style="font-family:Times New Roman;font-size:100%;"> </span></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt 18pt; line-height: 200%;"><b><span style="color: black;" lang="NO-BOK"><span style="font-family:Times New Roman;font-size:100%;"> </span></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt 18pt; line-height: 200%;"><b><span style="color: black;" lang="NO-BOK"><span style="font-family:Times New Roman;font-size:100%;"> </span></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt 18pt; line-height: 200%;"> </p><table cellpadding="0" cellspacing="0" width="100%"> <tbody> <tr> <td style="border: medium none rgb(236, 233, 216); background-color: transparent;"> <div> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: center;" align="center"><span style="font-family:Times New Roman;">Observasi </span></p></div></td></tr></tbody></table> <table cellpadding="0" cellspacing="0" width="100%"> <tbody> <tr> <td style="border: medium none rgb(236, 233, 216); background-color: transparent;"> <div> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 10pt; line-height: 115%;"><span style="font-family:Times New Roman;">Perencanaan </span></span></p></div></td></tr></tbody></table> <table cellpadding="0" cellspacing="0" width="100%"> <tbody> <tr> <td style="border: medium none rgb(236, 233, 216); background-color: transparent;"> <div> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 8pt; line-height: 115%;"><span style="font-family:Times New Roman;">Pelaksanaan</span></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 8pt; line-height: 115%;"><span style="font-family:Times New Roman;">Tindakan</span></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 8pt; line-height: 115%;"><span style="font-family:Times New Roman;"> </span></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 8pt; line-height: 115%;"><span style="font-family:Times New Roman;"> </span></span></p></div></td></tr></tbody></table> <table cellpadding="0" cellspacing="0" width="100%"> <tbody> <tr> <td style="border: medium none rgb(236, 233, 216); background-color: transparent;"> <div> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: center;" align="center"><span style="font-family:Times New Roman;">Refleksi</span></p></div></td></tr></tbody></table> <table cellpadding="0" cellspacing="0" width="100%"> <tbody> <tr> <td style="border: medium none rgb(236, 233, 216); background-color: transparent;"> <div> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 9pt; line-height: 115%;"><span style="font-family:Times New Roman;">Rencana yang</span></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 9pt; line-height: 115%;"><span style="font-family:Times New Roman;">direvisi</span></span></p></div></td></tr></tbody></table> <table cellpadding="0" cellspacing="0" width="100%"> <tbody> <tr> <td style="border: medium none rgb(236, 233, 216); background-color: transparent;"> <div> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 8pt; line-height: 115%;"><span style="font-family:Times New Roman;">Pelaksanaan</span></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 8pt; line-height: 115%;"><span style="font-family:Times New Roman;">Tindakan</span></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 10pt;"><span style="font-family:Times New Roman;"> </span></p></div></td></tr></tbody></table> <table cellpadding="0" cellspacing="0" width="100%"> <tbody> <tr> <td style="border: medium none rgb(236, 233, 216); background-color: transparent;"> <div> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: center;" align="center"><span style="font-family:Times New Roman;">Observasi </span></p></div></td></tr></tbody></table> <table cellpadding="0" cellspacing="0" width="100%"> <tbody> <tr> <td style="border: medium none rgb(236, 233, 216); background-color: transparent;"> <div> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: center;" align="center"><span style="font-family:Times New Roman;">Refleksi</span></p></div></td></tr></tbody></table> <table cellpadding="0" cellspacing="0" width="100%"> <tbody> <tr> <td style="border: medium none rgb(236, 233, 216); background-color: transparent;"> <div> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: center;" align="center"><span style="color: white;"><span style="font-family:Times New Roman;">HASIL</span></span></p></div></td></tr></tbody></table> <table cellpadding="0" cellspacing="0" width="100%"> <tbody> <tr> <td style="border: medium none rgb(236, 233, 216); background-color: transparent;"> <div> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 10pt;"><b><span style="color: black;"><span style="font-family:Times New Roman;">SIKLUS II</span></span></b></p></div></td></tr></tbody></table> <table cellpadding="0" cellspacing="0" width="100%"> <tbody> <tr> <td style="border: medium none rgb(236, 233, 216); background-color: transparent;"> <div> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 10pt;"><b><span style="color: black;"><span style="font-family:Times New Roman;">SIKLUS I</span></span></b></p></div></td></tr></tbody></table><b><span style="color: black;" lang="NO-BOK"><span style="font-family:Times New Roman;font-size:100%;"> </span></span></b> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt 18pt; line-height: 200%;"><b><span style="color: black;" lang="NO-BOK"><span style="font-family:Times New Roman;font-size:100%;"> </span></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt 18pt; line-height: 200%;"><b><span style="color: black;" lang="NO-BOK"><span style="font-family:Times New Roman;font-size:100%;"> </span></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt 18pt; line-height: 200%;"><b><span style="color: black;" lang="NO-BOK"><span style="font-family:Times New Roman;font-size:100%;"> </span></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt 18pt; line-height: 200%;"><b><span style="color: black;" lang="NO-BOK"><span style="font-family:Times New Roman;font-size:100%;"> </span></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt 18pt; line-height: 200%;"><b><span style="color: black;" lang="NO-BOK"><span style="font-family:Times New Roman;font-size:100%;"> </span></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt 18pt; line-height: 200%;"><b><span style="color: black;" lang="NO-BOK"><span style="font-family:Times New Roman;font-size:100%;"> </span></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt 18pt; line-height: 200%;"><b><span style="color: black;" lang="NO-BOK"><span style="font-family:Times New Roman;font-size:100%;"> </span></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt 18pt; line-height: 200%;"><b><span style="color: black;" lang="NO-BOK"><span style="font-family:Times New Roman;font-size:100%;"> </span></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt 18pt; line-height: 200%;"><b><span style="color: black;" lang="NO-BOK"><span style="font-family:Times New Roman;font-size:100%;"> </span></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt 18pt; line-height: 200%;"><b><span style="color: black;" lang="NO-BOK"><span style="font-family:Times New Roman;font-size:100%;"> </span></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt 18pt; line-height: 200%;"><b><span style="color: black;" lang="NO-BOK"><span style="font-family:Times New Roman;font-size:100%;"> </span></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt 18pt; line-height: 200%;"><b><span style="color: black;" lang="NO-BOK"><span style="font-family:Times New Roman;font-size:100%;"> </span></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt 18pt; line-height: 200%;"><b><span style="color: black;" lang="NO-BOK"><span style="font-family:Times New Roman;font-size:100%;"> </span></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt 18pt; line-height: 200%;"><b><span style="color: black;" lang="NO-BOK"><span style="font-family:Times New Roman;font-size:100%;"> </span></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt 18pt; line-height: 200%;"><b><span style="color: black;" lang="NO-BOK"><span style="font-family:Times New Roman;font-size:100%;"> </span></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt;"><br /> </p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; line-height: 200%;"><b><u><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';" lang="NO-BOK">Keterangan</span></u></b><b><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';" lang="NO-BOK"> </span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; line-height: 200%;"><b><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';" lang="NO-BOK"> </span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><b><i style=""><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';" lang="NO-BOK">Siklus I</span></i></b><i style=""><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';" lang="NO-BOK"> </span></i><b><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';" lang="NO-BOK">;</span></b><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';" lang="NO-BOK"> Pelaksanaan penelitian pada siklus pertama ini dibagi atas 4 tahap sesuai dengan kriteria penelitian tindakan kelas dengan alokasi waktu 8 x 35 menit yang terdiri dari 4 x pertemuan, yaitu :</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt 18pt; line-height: 200%;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';" lang="NO-BOK"><span style="">a.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';" lang="NO-BOK">Tahap Perencanaan</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt 32.2pt; line-height: 200%;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';" lang="NO-BOK"><span style="">1.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';" lang="NO-BOK">Telaah kurikulum </span><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">SMA Negeri 11 Makassar</span><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';" lang="NO-BOK"> untuk mata pelajaran fisika.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt 32.2pt; line-height: 200%;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';" lang="NO-BOK"><span style="">2.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';" lang="NO-BOK">Menentukan pokok bahasan yang akan diajarkan pada siklus I.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt 32.2pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';" lang="NO-BOK"><span style="">3.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';" lang="NO-BOK">Membuat paket pedoman yaitu skenario pembelajaran dengan model pembelajaran kelompok untuk menyelesaikan soal-soal fisika.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt 32.2pt; line-height: 200%;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';" lang="NO-BOK"><span style="">4.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';" lang="NO-BOK">Membuat lembar observasi.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt 32.2pt; line-height: 200%;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';" lang="NO-BOK"><span style="">5.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';" lang="NO-BOK">Membuat evaluasi untuk mengukur hasil belajar siswa.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt 18pt; line-height: 200%;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';" lang="NO-BOK"><span style="">b.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';" lang="NO-BOK">Tahap Pelaksanaan Tindakan</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt 32.2pt; line-height: 200%;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';" lang="NO-BOK"><span style="">1.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';" lang="NO-BOK">Membagi siswa kedalam beberapa kelompok, dimana dalam setiap kelompok terdiri dari 5-6 orang.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt 32.2pt; line-height: 200%;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';" lang="NO-BOK"><span style="">2.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';" lang="NO-BOK">Menyampaikan kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dalam pembelajaran tersebut</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt 32.2pt; line-height: 200%;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';" lang="NO-BOK"><span style="">3.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';" lang="NO-BOK">Memberikan tugas berupa soal-soal fisika untuk dikerjakan dan diselesaikan kepada kelompok yang sudah terbentuk.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt 32.2pt; line-height: 200%;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';" lang="NO-BOK"><span style="">4.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';" lang="NO-BOK">Mempresentasekan hasil kerja kelompok dengan membandingkannya dengan kelompok lain dibawah bimbingan guru dimana hasilnya menjadi umpan balik bagi siswa.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt 32.2pt; line-height: 200%;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';" lang="NO-BOK"><span style="">5.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';" lang="NO-BOK">Pengembangan aktifitas-aktifitas siswa dalam belajar baik secara perorangan maupun kelompok.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt 32.2pt; line-height: 200%;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';" lang="NO-BOK"><span style="">6.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';" lang="NO-BOK">Memberikan penjelasan mengenai solusi dari penyelesaian soal-soal fisika yang diberikan.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt 32.2pt; line-height: 200%;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';" lang="NO-BOK"><span style="">7.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';" lang="NO-BOK">Memberikan kesempatan bagi siswa yang membuat kesalahan agar memperbaiki kesalahan tersebut.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt 32.2pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';" lang="NO-BOK"><span style="">8.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';" lang="NO-BOK">Memantau keaktifan dan keseriusan siswa dalam proses pembelajaran sesuai dengan pedoman observasi</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt 18pt; line-height: 200%;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';" lang="NO-BOK"><span style="">c.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';" lang="NO-BOK">Tahap Observasi</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt 18pt; text-indent: 18pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';" lang="NO-BOK">Selama pembelajaran berlangsung akan dilaksanakan pemantauan tentang keaktifan siswa berdasarkan pedoman observasi. Meningkat atau tidaknya hasil belajar fisika siswa diperoleh dari tes yang diberikan pada akhir siklus akan didata dalam lembar obsevasi, yang kemudian data hasil observasi dan hasil tes akan dianalisis.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt 18pt; line-height: 200%;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';" lang="NO-BOK"><span style="">d.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';" lang="NO-BOK">Tahap Refleksi</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt 21.3pt; text-indent: 14.15pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';" lang="NO-BOK">Pada tahap ini, setiap hasil yang diperoleh dalam proses pembelajaran akan direfleksi. Hasil Refleksi tersebut akan didiskusikan dengan guru mata pelajaran di sekolah dan akan dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam mengadakan tindakan lanjutan. </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';" lang="NO-BOK"> </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><b><i style=""><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';" lang="NO-BOK">Siklus II </span></i></b><b><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';" lang="NO-BOK">;</span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; text-indent: 36pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';" lang="NO-BOK">Dari hasil refleksi, hal-hal yang sudah baik tetap dipertahankan sedangkan hal-hal yang masih kurang diperbaiki dengan melanjutkan siklus II sebagai kelanjutan dari pelaksanaan tindakan dari siklus I yang tahapannya sama seperti siklus pertama. Data yang diperoleh dari siklus lanjutan ini juga dianalisis dengan tujuan untuk mengetahui hasil yang sebenarnya berdasarkan tujuan kegiatan belajar mengajar yang hendak dicapai.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';" lang="NO-BOK"> </span></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt 36pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><b style=""><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';"><span style="">F.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span></b><b style=""><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">Teknik Pengumpulan Data</span></b></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt 36pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">Data dari hasil penelitian ini dapat diperoleh dari :</span></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt 54pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';"><span style="">1.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">Data mengenai tingkat kemampuan siswa menyelesaikan soal-soal fisika yang diambil dari tes awal dan tes akhir tiap siklus.</span></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt 54pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';"><span style="">2.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">Data mengenai sikap, motivasi dan kesungguhan siswa mengikuti proses belajar-mengajar fisika maupun kesungguhan dan cara mengerjakan soal-soal fisika yang diberikan agar kemampuan menyelesaikan soal-soal fisika dapat meningkat.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';"> </span></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt 36pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><b style=""><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';"><span style="">G.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span></b><b style=""><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">Teknik Analisis Data</span></b></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt 36pt; text-indent: 36pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini selanjutnya akan dianalisis secara deskriktif dengan melihat hasil belajar fisika siswa yang diperoleh dalam proses belajar kelompok melalui kemampuan menyelesaikan soal-soal fisika. Hasil analisis deskriktif tersebut ditampilkan dalam bentuk skor untuk mendapatkan kesimpulan dalam penelitian ini, seperti yang diungkapkan Arikunto (2000), sebagai berikut :</span></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt 36pt; text-indent: 36pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';"> </span></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt 36pt; text-indent: 36pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';"> </span></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt 36pt; text-indent: 36pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';"> </span></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt 36pt; text-indent: 36pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';"> </span></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt 36pt; text-indent: 36pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';"> </span></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt 36pt; text-indent: 36pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';"> </span></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt 36pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">Tabel 2. Pengkategorian interval skor pada tingkat penguasaan soal-soal fisika</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt;"> </p><table class="MsoNormalTable" style="border: medium none ; margin: auto auto auto 59.5pt; border-collapse: collapse;" border="1" cellpadding="0" cellspacing="0"> <tbody> <tr style=""> <td style="border: 1pt solid black; padding: 0cm 5.4pt; width: 26.1pt; background-color: transparent;" valign="top" width="35"> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt; line-height: 200%; text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">No</span></p></td> <td style="border-style: solid solid solid none; border-color: black black black rgb(236, 233, 216); border-width: 1pt 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 4cm; background-color: transparent;" valign="top" width="151"> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt; line-height: 200%; text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">Interval skor</span></p></td> <td style="border-style: solid solid solid none; border-color: black black black rgb(236, 233, 216); border-width: 1pt 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 106.35pt; background-color: transparent;" valign="top" width="142"> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt; line-height: 200%; text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">Kategori</span></p></td></tr> <tr style=""> <td style="border-style: none solid solid; border-color: rgb(236, 233, 216) black black; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; background-color: transparent;" valign="top" width="35"> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt; line-height: 200%; text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">1.</span></p></td> <td style="border-style: none solid solid none; border-color: rgb(236, 233, 216) black black rgb(236, 233, 216); border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 4cm; background-color: transparent;" valign="top" width="151"> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt; line-height: 200%; text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">8,1 -10,0</span></p></td> <td style="border-style: none solid solid none; border-color: rgb(236, 233, 216) black black rgb(236, 233, 216); border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 106.35pt; background-color: transparent;" valign="top" width="142"> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt; line-height: 200%; text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">Sangat Tinggi</span></p></td></tr> <tr style=""> <td style="border-style: none solid solid; border-color: rgb(236, 233, 216) black black; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 26.1pt; background-color: transparent;" valign="top" width="35"> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt; line-height: 200%; text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">2.</span></p></td> <td style="border-style: none solid solid none; border-color: rgb(236, 233, 216) black black rgb(236, 233, 216); border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 4cm; background-color: transparent;" valign="top" width="151"> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt; line-height: 200%; text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">6,6 - 8,0</span></p></td> <td style="border-style: none solid solid none; border-color: rgb(236, 233, 216) black black rgb(236, 233, 216); border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 106.35pt; background-color: transparent;" valign="top" width="142"> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt; line-height: 200%; text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">Tinggi</span></p></td></tr> <tr style=""> <td style="border-style: none solid solid; border-color: rgb(236, 233, 216) black black; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 26.1pt; background-color: transparent;" valign="top" width="35"> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt; line-height: 200%; text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">3.</span></p></td> <td style="border-style: none solid solid none; border-color: rgb(236, 233, 216) black black rgb(236, 233, 216); border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 4cm; background-color: transparent;" valign="top" width="151"> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt; line-height: 200%; text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">5,6 - 6,5</span></p></td> <td style="border-style: none solid solid none; border-color: rgb(236, 233, 216) black black rgb(236, 233, 216); border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 106.35pt; background-color: transparent;" valign="top" width="142"> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt; line-height: 200%; text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">Sedang</span></p></td></tr> <tr style=""> <td style="border-style: none solid solid; border-color: rgb(236, 233, 216) black black; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 26.1pt; background-color: transparent;" valign="top" width="35"> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt; line-height: 200%; text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">4.</span></p></td> <td style="border-style: none solid solid none; border-color: rgb(236, 233, 216) black black rgb(236, 233, 216); border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 4cm; background-color: transparent;" valign="top" width="151"> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt; line-height: 200%; text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">4,1 – 5,5</span></p></td> <td style="border-style: none solid solid none; border-color: rgb(236, 233, 216) black black rgb(236, 233, 216); border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 106.35pt; background-color: transparent;" valign="top" width="142"> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt; line-height: 200%; text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">Rendah</span></p></td></tr> <tr style=""> <td style="border-style: none solid solid; border-color: rgb(236, 233, 216) black black; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 26.1pt; background-color: transparent;" valign="top" width="35"> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt; line-height: 200%; text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">5.</span></p></td> <td style="border-style: none solid solid none; border-color: rgb(236, 233, 216) black black rgb(236, 233, 216); border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 4cm; background-color: transparent;" valign="top" width="151"> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt; line-height: 200%; text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">0 -4,0</span></p></td> <td style="border-style: none solid solid none; border-color: rgb(236, 233, 216) black black rgb(236, 233, 216); border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 106.35pt; background-color: transparent;" valign="top" width="142"> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt; line-height: 200%; text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">Sangat Rendah</span></p></td></tr></tbody></table> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt 36pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';"> </span></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt 36pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><b style=""><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';"><span style="">H.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span></b><b style=""><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">Indikator Pencapaian</span></b></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt 36pt; text-indent: 36pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">Yang menjadi indikator keberhasilan penelitian ini adalah apabila kemampuan menyelesaikan soal-soal fisika sudah mencapai tingkat penguasaan berdasarkan nilai standar KKM setelah diajar dengan menggunakan metode belajar kelompok.</span></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt 36pt; text-indent: 36pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';"> </span></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt 36pt; text-indent: 36pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';"> </span></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt 36pt; text-indent: 36pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';"> </span></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt 36pt; text-indent: 36pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';"> </span></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt 36pt; text-indent: 36pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';"> </span></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt 36pt; text-indent: 36pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';"> </span></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt 36pt; text-indent: 36pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';"> </span></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt 36pt; text-indent: 36pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';"> </span></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt 36pt; text-indent: 36pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';"> </span></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt 36pt; text-indent: 36pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';"> </span></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt 36pt; text-indent: 36pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';"> </span></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';"> </span></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';"> </span></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';"> </span></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';"> </span></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';"> </span></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';"> </span></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt 36pt; text-indent: 36pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';"> </span></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt 54pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><b style=""><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">Instrument penelitian</span></b></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt 54pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';"><span style="">1.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">Tugas, yaitu tes yang diberikan kepada siswa disetiap pertemuan. Tes berbentuk uraian yang terdiri dari 5 item. Tujuan tes ini adalah sebagai indicator kemampuan penguasaan siswa pada pelajaran fisika dan juga merupakan pedoman yang dipakai untuk mengetahui kesulitan yang dialami siswa dalam pokok bahasan yang diajarkan.</span></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt 54pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';"><span style="">2.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">Tes akhir, yaitu tes yang diberikan kepada siswa yang bertujuab untuk mengukur tingkat penguasaan siswa terhadap pokok bahasan yang akan diajarkan setelah diadakan tindakan pada setiap akhir siklus.</span></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt 54pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';"><span style="">3.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">Lembar observasi, catatan yang dibuat selama berlangsungnya penelitian tindakan kelas ini.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 10pt;"><span style="font-family:Times New Roman;font-size:100%;"> </span></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt 36pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';"> </span></p> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt 36pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">Tabel 2. Pengkategorian interval skor pada tingkat penguasaan soal-soal fisika</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt;"> </p><table class="MsoNormalTable" style="border: medium none ; margin: auto auto auto 59.5pt; border-collapse: collapse;" border="1" cellpadding="0" cellspacing="0"> <tbody> <tr style=""> <td style="border: 1pt solid black; padding: 0cm 5.4pt; width: 26.1pt; background-color: transparent;" valign="top" width="35"> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt; line-height: 200%; text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">No</span></p></td> <td style="border-style: solid solid solid none; border-color: black black black rgb(236, 233, 216); border-width: 1pt 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 4cm; background-color: transparent;" valign="top" width="151"> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt; line-height: 200%; text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">Interval skor</span></p></td> <td style="border-style: solid solid solid none; border-color: black black black rgb(236, 233, 216); border-width: 1pt 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 106.35pt; background-color: transparent;" valign="top" width="142"> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt; line-height: 200%; text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">Kategori</span></p></td></tr> <tr style=""> <td style="border-style: none solid solid; border-color: rgb(236, 233, 216) black black; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 26.1pt; background-color: transparent;" valign="top" width="35"> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt; line-height: 200%; text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">1.</span></p></td> <td style="border-style: none solid solid none; border-color: rgb(236, 233, 216) black black rgb(236, 233, 216); border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 4cm; background-color: transparent;" valign="top" width="151"> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt; line-height: 200%; text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">8,1 -10,0</span></p></td> <td style="border-style: none solid solid none; border-color: rgb(236, 233, 216) black black rgb(236, 233, 216); border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 106.35pt; background-color: transparent;" valign="top" width="142"> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt; line-height: 200%; text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">Sangat Tinggi</span></p></td></tr> <tr style=""> <td style="border-style: none solid solid; border-color: rgb(236, 233, 216) black black; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 26.1pt; background-color: transparent;" valign="top" width="35"> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt; line-height: 200%; text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">2.</span></p></td> <td style="border-style: none solid solid none; border-color: rgb(236, 233, 216) black black rgb(236, 233, 216); border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 4cm; background-color: transparent;" valign="top" width="151"> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt; line-height: 200%; text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">6,6 - 8,0</span></p></td> <td style="border-style: none solid solid none; border-color: rgb(236, 233, 216) black black rgb(236, 233, 216); border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 106.35pt; background-color: transparent;" valign="top" width="142"> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt; line-height: 200%; text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">Tinggi</span></p></td></tr> <tr style=""> <td style="border-style: none solid solid; border-color: rgb(236, 233, 216) black black; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 26.1pt; background-color: transparent;" valign="top" width="35"> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt; line-height: 200%; text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">3.</span></p></td> <td style="border-style: none solid solid none; border-color: rgb(236, 233, 216) black black rgb(236, 233, 216); border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 4cm; background-color: transparent;" valign="top" width="151"> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt; line-height: 200%; text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">5,6 - 6,5</span></p></td> <td style="border-style: none solid solid none; border-color: rgb(236, 233, 216) black black rgb(236, 233, 216); border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 106.35pt; background-color: transparent;" valign="top" width="142"> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt; line-height: 200%; text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">Sedang</span></p></td></tr> <tr style=""> <td style="border-style: none solid solid; border-color: rgb(236, 233, 216) black black; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 26.1pt; background-color: transparent;" valign="top" width="35"> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt; line-height: 200%; text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">4.</span></p></td> <td style="border-style: none solid solid none; border-color: rgb(236, 233, 216) black black rgb(236, 233, 216); border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 4cm; background-color: transparent;" valign="top" width="151"> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt; line-height: 200%; text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">4,1 – 5,5</span></p></td> <td style="border-style: none solid solid none; border-color: rgb(236, 233, 216) black black rgb(236, 233, 216); border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 106.35pt; background-color: transparent;" valign="top" width="142"> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt; line-height: 200%; text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">Rendah</span></p></td></tr> <tr style=""> <td style="border-style: none solid solid; border-color: rgb(236, 233, 216) black black; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 26.1pt; background-color: transparent;" valign="top" width="35"> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt; line-height: 200%; text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">5.</span></p></td> <td style="border-style: none solid solid none; border-color: rgb(236, 233, 216) black black rgb(236, 233, 216); border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 4cm; background-color: transparent;" valign="top" width="151"> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt; line-height: 200%; text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">0 -4,0</span></p></td> <td style="border-style: none solid solid none; border-color: rgb(236, 233, 216) black black rgb(236, 233, 216); border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 106.35pt; background-color: transparent;" valign="top" width="142"> <p class="ListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0pt; line-height: 200%; text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';">Sangat Rendah</span></p></td></tr></tbody></table> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 10pt;"><span style="font-family:Times New Roman;font-size:100%;"> </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt 72pt; text-indent: 18pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';" lang="NO-BOK">Tabel 1. Predikat Tingkat Penguasaan Soal-soal oleh siswa</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt;"> </p> <table class="MsoNormalTable" style="border: medium none ; margin: auto auto auto 97.55pt; border-collapse: collapse;" border="1" cellpadding="0" cellspacing="0"><tbody><tr style=""> <td style="border: 1pt solid black; padding: 0cm 5.4pt; width: 16.5pt; background-color: transparent;" valign="top" width="22"> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; line-height: 200%; text-align: center;" align="center"><b style=""><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';" lang="NO-BOK">No</span></b></p></td> <td style="border-style: solid solid solid none; border-color: black black black rgb(236, 233, 216); border-width: 1pt 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 148.8pt; background-color: transparent;" valign="top" width="198"> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; line-height: 200%; text-align: center;" align="center"><b style=""><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';" lang="NO-BOK">Tingkat Penguasaan (%)</span></b></p></td> <td style="border-style: solid solid solid none; border-color: black black black rgb(236, 233, 216); border-width: 1pt 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 120.5pt; background-color: transparent;" valign="top" width="161"> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; line-height: 200%; text-align: center;" align="center"><b style=""><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';" lang="NO-BOK">Predikat</span></b></p></td></tr> <tr style=""> <td style="border-style: none solid solid; border-color: rgb(236, 233, 216) black black; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 16.5pt; background-color: transparent;" valign="top" width="22"> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';" lang="NO-BOK">1.</span></p></td> <td style="border-style: none solid solid none; border-color: rgb(236, 233, 216) black black rgb(236, 233, 216); border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 148.8pt; background-color: transparent;" valign="top" width="198"> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; line-height: 200%; text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';" lang="NO-BOK">86,00 – 100,00</span></p></td> <td style="border-style: none solid solid none; border-color: rgb(236, 233, 216) black black rgb(236, 233, 216); border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 120.5pt; background-color: transparent;" valign="top" width="161"> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; line-height: 200%; text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';" lang="NO-BOK">Sangat Baik</span></p></td></tr> <tr style=""> <td style="border-style: none solid solid; border-color: rgb(236, 233, 216) black black; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 16.5pt; background-color: transparent;" valign="top" width="22"> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';" lang="NO-BOK">2.</span></p></td> <td style="border-style: none solid solid none; border-color: rgb(236, 233, 216) black black rgb(236, 233, 216); border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 148.8pt; background-color: transparent;" valign="top" width="198"> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; line-height: 200%; text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';" lang="NO-BOK">76,00 – 85,00</span></p></td> <td style="border-style: none solid solid none; border-color: rgb(236, 233, 216) black black rgb(236, 233, 216); border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 120.5pt; background-color: transparent;" valign="top" width="161"> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; line-height: 200%; text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';" lang="NO-BOK">Baik</span></p></td></tr> <tr style=""> <td style="border-style: none solid solid; border-color: rgb(236, 233, 216) black black; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 16.5pt; background-color: transparent;" valign="top" width="22"> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';" lang="NO-BOK">3.</span></p></td> <td style="border-style: none solid solid none; border-color: rgb(236, 233, 216) black black rgb(236, 233, 216); border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 148.8pt; background-color: transparent;" valign="top" width="198"> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; line-height: 200%; text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';" lang="NO-BOK">60,00 – 75,00</span></p></td> <td style="border-style: none solid solid none; border-color: rgb(236, 233, 216) black black rgb(236, 233, 216); border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 120.5pt; background-color: transparent;" valign="top" width="161"> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; line-height: 200%; text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';" lang="NO-BOK">Cukup</span></p></td></tr> <tr style=""> <td style="border-style: none solid solid; border-color: rgb(236, 233, 216) black black; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 16.5pt; background-color: transparent;" valign="top" width="22"> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';" lang="NO-BOK">4.</span></p></td> <td style="border-style: none solid solid none; border-color: rgb(236, 233, 216) black black rgb(236, 233, 216); border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 148.8pt; background-color: transparent;" valign="top" width="198"> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; line-height: 200%; text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';" lang="NO-BOK">55,00 – 59,00</span></p></td> <td style="border-style: none solid solid none; border-color: rgb(236, 233, 216) black black rgb(236, 233, 216); border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 120.5pt; background-color: transparent;" valign="top" width="161"> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; line-height: 200%; text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';" lang="NO-BOK">Kurang</span></p></td></tr> <tr style=""> <td style="border-style: none solid solid; border-color: rgb(236, 233, 216) black black; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 16.5pt; background-color: transparent;" valign="top" width="22"> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';" lang="NO-BOK">5.</span></p></td> <td style="border-style: none solid solid none; border-color: rgb(236, 233, 216) black black rgb(236, 233, 216); border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 148.8pt; background-color: transparent;" valign="top" width="198"> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; line-height: 200%; text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';" lang="NO-BOK">≤54,00</span></p></td> <td style="border-style: none solid solid none; border-color: rgb(236, 233, 216) black black rgb(236, 233, 216); border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 120.5pt; background-color: transparent;" valign="top" width="161"> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; line-height: 200%; text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 12pt; color: black; line-height: 200%; font-family: 'Times New Roman';" lang="NO-BOK">Sangat Kurang</span></p></td></tr></tbody></table>Syamhttp://www.blogger.com/profile/03154960360749382192noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6779179964089018646.post-5652064513898147532009-03-23T18:55:00.000-07:002009-03-23T18:58:16.135-07:00Alkimia Bahasa Arab al-kimiya atau al-khimiya (الكيمياء atau الخيمياء) (Cikal Bakal Ilmu Kimia Modern)<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjxA2OXbde-oJBHgC9oB55EE_pw1xT6xA2N3ZQpVPJDPur2eaH0KsC8wHG2kijnl6J8FVMWHyDZnG173LycOWO1QqHQsgYoCddht1t_cjEvex78svw4WE0UiN3269O353wsG96Rq58VsXEV/s1600-h/250px-Flamel-figures[1].png"><img id="BLOGGER_PHOTO_ID_5316567688563613010" style="DISPLAY: block; MARGIN: 0px auto 10px; WIDTH: 250px; CURSOR: hand; HEIGHT: 216px; TEXT-ALIGN: center" alt="" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjxA2OXbde-oJBHgC9oB55EE_pw1xT6xA2N3ZQpVPJDPur2eaH0KsC8wHG2kijnl6J8FVMWHyDZnG173LycOWO1QqHQsgYoCddht1t_cjEvex78svw4WE0UiN3269O353wsG96Rq58VsXEV/s400/250px-Flamel-figures%5B1%5D.png" border="0" /></a><br /><div></div><div>Alkimia adalah <a title="Protosains" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Protosains">protosains</a> yang menggabungkan unsur-unsur <a title="Kimia" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kimia">kimia</a>, <a title="Fisika" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Fisika">fisika</a>, <a title="Astrologi" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Astrologi">astrologi</a>, <a title="Seni" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Seni">seni</a>, <a title="Semiotika" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Semiotika">semiotika</a>, <a title="Metalurgi" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Metalurgi">metalurgi</a>, <a title="Kedokteran" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kedokteran">kedokteran</a>, <a title="Mistisisme" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Mistisisme">mistisisme</a>, dan <a title="Agama" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Agama">agama</a>. Dua tujuan yang saling berkaitan yang diupayakan oleh banyak ahli alkimia adalah <a class="mw-redirect" title="Batu filosof" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Batu_filosof">batu filosof</a>, sebuah zat mitos yang memungkinkan terjadinya <a title="Transmutasi" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Transmutasi">transmutasi</a> logam biasa menjadi <a title="Emas" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Emas">emas</a>; dan <a title="Panacea universal" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Panacea_universal">panacea universal</a>, obat yang dapat menyembuhkan segala penyakit dan memperpanjang usia. Alkimia dapat dipandang sebagai cikal-bakal ilmu <a title="Kimia" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kimia">kimia</a> modern sebelum dirumuskannya <a title="Metode ilmiah" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Metode_ilmiah">metode ilmiah</a>.<br />Kata alkimia berasal dari <a title="Bahasa Arab" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Arab">Bahasa Arab</a> al-kimiya atau al-khimiya (الكيمياء atau الخيمياء), yang mungkin dibentuk dari partikel al- dan kata <a title="Bahasa Yunani" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Yunani">Bahasa Yunani</a> khumeia (χυμεία) yang berarti "mencetak bersama", "menuangkan bersama", "melebur", "aloy", dan lain-lain (dari khumatos, "yang dituangkan, batang logam"). Etimologi lain mengaitkan kata ini dengan kata "Al Kemi", yang berarti "Seni Mesir", karena bangsa Mesir Kuno menyebut negerinya "Kemi" dan dipandang sebagai penyihir sakti di seluruh dunia kuno.<br />Daftar isi[<a class="internal" id="togglelink" href="javascript:toggleToc()">sembunyikan</a>]<br /><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Alkimia#Tinjauan_umum">1 Tinjauan umum</a><br /><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Alkimia#Sejarah">2 Sejarah</a><br /><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Alkimia#Alkimia_dan_Astrologi">2.1 Alkimia dan Astrologi</a><br /><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Alkimia#Alkimia_Tiongkok">2.2 Alkimia Tiongkok</a><br /><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Alkimia#Alkimia_India">2.3 Alkimia India</a><br /><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Alkimia#Alkimia_di_Mesir_Kuno">2.4 Alkimia di Mesir Kuno</a><br /><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Alkimia#Alkimia_di_dunia_Yunani">2.5 Alkimia di dunia Yunani</a><br /><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Alkimia#Alkimia_di_Kekaisaran_Romawi">2.6 Alkimia di Kekaisaran Romawi</a><br /><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Alkimia#Alkimia_di_dunia_Islam">2.7 Alkimia di dunia Islam</a><br /><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Alkimia#Alkimia_di_Eropa_Zaman_Pertengahan">2.8 Alkimia di Eropa Zaman Pertengahan</a><br /><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Alkimia#Alkimia_di_Zaman_Modern_dan_Renaisans">2.9 Alkimia di Zaman Modern dan Renaisans</a><br /><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Alkimia#Keruntuhan_Alkimia_Barat">2.10 Keruntuhan Alkimia Barat</a><br /><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Alkimia#Alkimia_dalam_sastra">2.11 Alkimia dalam sastra</a><br /><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Alkimia#Rujukan">3 Rujukan</a><br /><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Alkimia#Halaman_alkimia_lainnya">3.1 Halaman alkimia lainnya</a><br /><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Alkimia#Filsafat_alternatif">3.2 Filsafat alternatif</a><br /><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Alkimia#Hubungan_ilmiah">3.3 Hubungan ilmiah</a><br /><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Alkimia#Zat_yang_digunakan_alkimia">3.4 Zat yang digunakan alkimia</a><br /><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Alkimia#Sumber_lain">3.5 Sumber lain</a><br /><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Alkimia#Pranala_luar">4 Pranala luar</a><br />//<br /><a id="Tinjauan_umum" name="Tinjauan_umum"></a><br />[<a title="Sunting bagian: Tinjauan umum" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Alkimia&action=edit&section=1">sunting</a>] Tinjauan umum<br />Pada umumnya, orang menganggap ahli alkimia sebagai ahli <a class="mw-redirect" title="Pseudosains" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pseudosains">pseudosains</a> yang berupaya mengubah <a title="Timah" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Timah">timah</a> menjadi <a title="Emas" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Emas">emas</a>, meyakini bahwa semua materi tersusun atas <a class="new" title="Empat unsur (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Empat_unsur&action=edit&redlink=1">empat unsur</a> tanah, udara, api, dan air, dan mengulik pingiran <a title="Mistisisme" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Mistisisme">mistisisme</a> dan <a title="Sihir" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sihir">Sihir</a>. Dari sudut pandang masa kini, upaya dan keyakinan mereka dianggap memiliki keabsahan terbatas, tetapi kalau mau objektif, kita harus menilai mereka dalam konteks zaman mereka. Mereka mencoba menjelajahi dan menyelidiki alam sebelum tersedianya sebagian besar alat dan praktik ilmiah dasar, dan alih-alih bergantung pada pegalaman, tradisi, pengamatan dasar, dan mistisisme untuk mengisi lobang-lobang ini.<br />Untuk memahami para ahli alkimia, cobalah merenungkan betapa ajaibnya perubahan suatu zat menjadi zat lain, yang menjadi dasar <a title="Metalurgi" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Metalurgi">metalurgi</a> sejak dimulainya ilmu ini pada akhir zaman <a title="Neolitikum" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Neolitikum">Neolitikum</a>, bagi kebudayaan yang tidak memahami <a title="Fisika" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Fisika">fisika</a> atau <a title="Kimia" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kimia">kimia</a> secara formal. Bagi ahli alkimia, tak ada alasan kuat untuk memisahkan dimensi kimiawi (material) dengan dimensi penafsiran, perlambangan, atau filsafat. Pada masa itu, fisika yang tak memiliki wawasan metafisika dianggap tak lengkap seperti halnya metafisika yang tak memiliki perwujudan fisik. Jadi, <a class="new" title="Lambang alkimia (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Lambang_alkimia&action=edit&redlink=1">lambang</a> dan proses alkimia biasanya memiliki baik makna batiniah yang merujuk pada perkembangan spiritual praktisinya, maupun makna material yang berkaitan dengan perubahan fisik zat.<br /><a title="Transmutasi" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Transmutasi">Transmutasi</a> logam biasa menjadi emas melambangkan upaya menuju kesempurnaan atau ketinggian tertinggi eksistensi. Ahli alkimia meyakini bahwa seluruh alam semesta sedang bergerak menuju keadaan sempurna; dan emas, karena tak pernah rusak, dianggap zat yang paling sempurna. Dengan mencoba mengubah logam biasa menjadi emas, mereka sebenarnya mencoba membantu alam semesta. Maka, cukup logis jika mereka berpikir bahwa dengan memahami rahasia ketakberubahan emas, mereka akan menemukan kunci untuk menangkal penyakit dan pembusukan organik; demikianlah pertautan antara tema-tema kimiawi, spiritual, dan <a title="Astrologi" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Astrologi">astrologi</a> menjadi ciri-ciri alkimia zaman pertengahan.<br />Maka, penafsiran naif sebagian ahli alkimia, atau harapan palsu yang dipromosikan sebagian yang lain, jangan sampai mengurangi nilai upaya para praktisi lain yang lebih tulus. Selain itu, bidang alkimia banyak berubah sepanjang zaman, dimulai sebagai cabang metalurgis/obat agama, menjadi dewasa menjadi bidang studi yang kaya dan sah, berdevolusi menjadi mistisisme dan penipuan blak-blakan, dan akhirnya memberikan sebagian <a class="new" title="Pengetahuan empiris (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pengetahuan_empiris&action=edit&redlink=1">pengetahuan empiris</a> dasar untuk bidang kimia dan <a class="mw-redirect" title="Obat-obatan" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Obat-obatan">obat-obatan</a> modern.<br />Hingga <a title="Abad ke-18" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Abad_ke-18">abad ke-18</a>, alkimia dianggap sebagai ilmu serius di Eropa; contohnya, <a title="Isaac Newton" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Isaac_Newton">Isaac Newton</a> mengabdikan banyak waktu untuk Seni ini. Ahli alkimia terkemuka lainnya di dunia Barat adalah <a title="Roger Bacon" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Roger_Bacon">Roger Bacon</a>, Santo <a title="Thomas Aquinas" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Thomas_Aquinas">Thomas Aquinas</a>, <a title="Tycho Brahe" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tycho_Brahe">Tycho Brahe</a>, <a class="new" title="Thomas Browne (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Thomas_Browne&action=edit&redlink=1">Thomas Browne</a>, dan <a class="new" title="Parmigianino (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Parmigianino&action=edit&redlink=1">Parmigianino</a>. Penurunan alkimia dimulai pada <a title="Abad ke-18" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Abad_ke-18">abad ke-18</a> dengan lahirnya kimia modern, yang memberikan kerangka kerja yang lebih teliti dan andal untuk transmutasi zat dan obat-obatan, dalam desain baru alam semesta yang berdasarkan materialisme rasional.<br />Idealisme transmutasi zat dalam alkimia menjadi terkenal lagi pada <a title="Abad ke-20" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Abad_ke-20">abad ke-20</a> ketika para fisikawan mampu mengubah atom timah menjadi atom emas melalui reaksi <a title="Nuklir" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Nuklir">nuklir</a>. Namun, atom emas baru ini, karena merupakan <a title="Isotop" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Isotop">isotop</a> yang labil, hanya bertahan lima detik lalu terurai. Lebih belakangan, laporan mengenai transmutasi unsur atas-tabel — dengan cara <a title="Elektrolisis" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Elektrolisis">elektrolisis</a> atau <a class="new" title="Kavitasi suara (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kavitasi_suara&action=edit&redlink=1">kavitasi suara</a> — menjadi pusat kontroversi <a title="Fusi dingin" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Fusi_dingin">fusi dingin</a> (cold fusion) pada tahun 1989. Tak satu pun klaim-klaim ini dapat diduplikasi. Dalam kedua kasus ini, kondisi yang diperlukan berada jauh di luar jangkauan para ahli alkimia kuno.<br />Perlambangan alkimia sesekali digunakan pada <a title="Abad ke-20" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Abad_ke-20">abad ke-20</a> oleh <a title="Psikologi" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Psikologi">psikolog</a> dan filosof. <a class="mw-redirect" title="Carl Jung" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Carl_Jung">Carl Jung</a> memeriksa kembali perlambangan dan teori alkimia dan mulai menunjukkan makna batin dalam pekerjaan alkimia sebagai jalan spiritual. Filsafat, lambang, dan metode alkimia menikmati kelahiran kembali dalam konteks <a class="new" title="Posmodernisme (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Posmodernisme&action=edit&redlink=1">posmodern</a>, seperti gerakan <a class="mw-redirect" title="New Age" href="http://id.wikipedia.org/wiki/New_Age">New Age</a>. Bahkan sebagian fisikawan bermain-main dengan gagasan alkimia dalam buku-buku seperti <a class="new" title="The Tao of Physics (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=The_Tao_of_Physics&action=edit&redlink=1">The Tao of Physics</a> dan <a class="new" title="The Dancing Wu Li Masters (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=The_Dancing_Wu_Li_Masters&action=edit&redlink=1">The Dancing Wu Li Masters</a>.<br />Sejarah alkimia menjadi bidang akademis yang giat. Seraya bahasa ahli alkimia yang kabur — dan tentunya hermetis — perlahan-lahan dapat "dipecahkan sandinya", para ahli sejarah menjadi semakin menyadari hubungan intelektual antara alkimia dengan segi-segi lain sejarah budaya Barat, seperti <a class="new" title="Rosicrucianism (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Rosicrucianism&action=edit&redlink=1">masyarakat Rosicrucian</a> dan masyarakat mistis lainnya, <a title="Sihir" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sihir">sihir</a>, dan tentu saja evolusi <a class="mw-redirect" title="Sains" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sains">sains</a> dan <a title="Filsafat" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Filsafat">filsafat</a>.<br /><a id="Sejarah" name="Sejarah"></a><br />[<a title="Sunting bagian: Sejarah" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Alkimia&action=edit&section=2">sunting</a>] Sejarah<br />Alkimia mencakup beberapa tradisi filsafat yang tersebar selama empat ribu tahun dan tiga benua, dan ketertarikan umum mereka pada bahasa yang penuh sandi dan perlambangan menyulitkan kita melacak hal-hal yang memengaruhi dan hubungan "genetisnya".<br />Kita dapat membedakan sedikitnya dua benang utama, yang tampaknya tidak bercampur, setidaknya pada tahap-tahap awal: <a class="new" title="Alkimia Tiongkok (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Alkimia_Tiongkok&action=edit&redlink=1">alkimia Tiongkok</a>, berpusat di <a title="Tiongkok" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tiongkok">Tiongkok</a> dan wilayah pengaruh budayanya; dan <a class="new" title="Alkimia Barat (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Alkimia_Barat&action=edit&redlink=1">alkimia Barat</a>, yang pusatnya berpindah-pindah antara <a title="Mesir" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Mesir">Mesir</a>, <a title="Yunani" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Yunani">Yunani</a> dan <a title="Roma" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Roma">Roma</a>, dunia <a title="Islam" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Islam">Islam</a>, dan akhirnya kembali ke <a title="Eropa" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Eropa">Eropa</a>. <a class="new" title="Alkimia Tiongkok (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Alkimia_Tiongkok&action=edit&redlink=1">Alkimia Tiongkok</a> berkaitan erat dengan <a title="Taoisme" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Taoisme">Taoisme</a>, sementara <a class="new" title="Alkimia Barat (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Alkimia_Barat&action=edit&redlink=1">alkimia Barat</a> mengembangkan sistem filsafatnya sendiri, yang hanya sedikit berkaitan dengan agama-agama besar Barat. Masih belum terjawab apakah kedua benang ini memiliki asal-usul yang sama, atau sejauh apa mereka saling memengaruhi.<br /><a id="Alkimia_dan_Astrologi" name="Alkimia_dan_Astrologi"></a><br />[<a title="Sunting bagian: Alkimia dan Astrologi" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Alkimia&action=edit&section=3">sunting</a>] Alkimia dan Astrologi<br />Alkimia di dunia Barat dan tempat-tempat lain yang mempraktikkannya secara luas berkaitan dan bertautan erat dengan <a title="Astrologi" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Astrologi">astrologi</a> bergaya <a title="Yunani" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Yunani">Yunani</a>-<a title="Babilonia" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Babilonia">Babilonia</a> tradisional; dalam berbagai hal, alkimia dan astrologi dibangun untuk saling melengkapi dalam pencarian pengetahuan gaib. Secara tradisional, setiap tujuh <a title="Planet" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Planet">planet</a> dalam tata surya yang dikenal orang zaman itu bertalian dengan, menguasai, dan mengatur <a title="Logam" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Logam">logam</a> tertentu.<br />Karena <a title="Isaac Newton" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Isaac_Newton">Isaac Newton</a> merupakan ahli alkimia yang terkenal pada masanya, sedangkan astrologi dan alkimia (sampai sekarang pun) begitu berkaitan erat, mungkin sekali Newton memiliki pengetahuan yang baik tentang astrologi, atau setidaknya pemahaman dasar mengenai metodologi astrologi yang berkaitan dengan alkimia. Maka, secara logis, seseorang pastilah tahu banyak tentang astrologi agar dapat menggunakan alkimia secara efektif, dan Newton serta para ahli alkimia terkemuka lainnya tentu mengetahui hal ini.<br /><a id="Alkimia_Tiongkok" name="Alkimia_Tiongkok"></a><br />[<a title="Sunting bagian: Alkimia Tiongkok" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Alkimia&action=edit&section=4">sunting</a>] Alkimia Tiongkok<br />Sementara alkimia Barat akhirnya berpusat pada transmutasi logam biasa menjadi logam mulia, hubungan antara alkimia Tiongkok dan obat-obatan lebih kentara. <a class="mw-redirect" title="Batu filosof" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Batu_filosof">Batu filosof</a> milik alkimiawan Eropa dapat diperbandingkan dengan <a class="new" title="Grand Elixir of Immortality (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Grand_Elixir_of_Immortality&action=edit&redlink=1">Grand Elixir of Immortality</a> yang dicari-cari para alkimiawan Tiongkok. Namun, dalam pandangan hermetis, kedua tujuan ini tidaklah berdiri sendiri, dan batu filsafat sering disetarakan dengan <a title="Panacea universal" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Panacea_universal">panacea universal</a>. Dengan demikian, kedua tradisi ini mungkin memiliki lebih banyak kesamaan daripada yang diperkirakan semula.<br /><a class="mw-redirect" title="Bubuk hitam" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bubuk_hitam">Bubuk hitam</a> mungkin merupakan ciptaan terpenting alkimiawan Tiongkok. Disebut-sebut dalam teks <a title="Abad ke-9" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Abad_ke-9">abad ke-9</a> dan sudah digunakan dalam <a class="new" title="Kembang api (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kembang_api&action=edit&redlink=1">kembang api</a> pada <a title="Abad ke-10" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Abad_ke-10">abad ke-10</a>, bubuk ini sudah digunakan dalam <a title="Meriam" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Meriam">meriam</a> pada <a title="1290" href="http://id.wikipedia.org/wiki/1290">1290</a>. Dari Tiongkok, penggunaan <a class="mw-redirect" title="Mesiu" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Mesiu">mesiu</a> menyebar ke Jepang, bangsa Mongol, dunia Arab, dan Eropa. Mesiu digunakan bangsa Mongol melawan bangsa Hongaria pada <a title="1241" href="http://id.wikipedia.org/wiki/1241">1241</a>, dan di Eropa dimulai pada <a title="Abad ke-14" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Abad_ke-14">abad ke-14</a>.<br />Alkimia Tiongkok berkaitan erat dengan <a class="new" title="Obat tradisional Tiongkok (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Obat_tradisional_Tiongkok&action=edit&redlink=1">obat-obatan</a> dalam bentuk <a title="Taoisme" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Taoisme">Taoisme</a>, seperti <a title="Akupunktur" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Akupunktur">akupunktur</a> dan <a title="Moxibustion" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Moxibustion">moxibustion</a>, dan dengan <a class="mw-redirect" title="Bela diri" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bela_diri">bela diri</a> seperti <a class="new" title="Tai Chi Chuan (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Tai_Chi_Chuan&action=edit&redlink=1">Tai Chi Chuan</a> dan <a class="new" title="Kung Fu (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kung_Fu&action=edit&redlink=1">Kung Fu</a> (meskipun beberapa aliran Tai Chi meyakini bahwa ilmu mereka diturunkan dari cabang-cabang Higienis atau <a title="Filsafat" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Filsafat">Filosofis</a> Taoisme, bukan cabang Alkimia).<br /><a id="Alkimia_India" name="Alkimia_India"></a><br />[<a title="Sunting bagian: Alkimia India" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Alkimia&action=edit&section=5">sunting</a>] Alkimia India<br />Hanya sedikit yang diketahui di Barat tentang ciri-ciri dan sejarah alkimia <a title="India" href="http://id.wikipedia.org/wiki/India">India</a>. Seorang alkimiawan Iran <a title="Abad ke-11" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Abad_ke-11">abad ke-11</a> bernama <a title="Al-Biruni" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Al-Biruni">al-Biruni</a> melaporkan bahwa mereka "memiliki ilmu yang mirip dengan alkimia yang asing bagi mereka, ilmu yang disebut <a class="new" title="Rasavātam (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Rasav%C4%81tam&action=edit&redlink=1">Rasavātam</a>. Nama ini berarti seni yang terbatas pada operasi, obat, senyawa, dan obat-obatan tertentu, yang sebagian besar diambil dari tumbuhan. Prinsipnya adalah mengembalikan kesembuhan bagi orang yang sakit parah, dan mengembalikan kemudaan bagi usia tua." Contoh teks terbaik yang berdasarkan pada sains ini adalah The Vaishashik Darshana karya <a title="Maharsi Kanada" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Maharsi_Kanada">Kanada</a> (fl. 600 <a class="mw-redirect" title="SM" href="http://id.wikipedia.org/wiki/SM">SM</a>), yang menggambarkan teori atom seabad sebelum <a class="mw-redirect" title="Democritus" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Democritus">Democritus</a>.<br /><a id="Alkimia_di_Mesir_Kuno" name="Alkimia_di_Mesir_Kuno"></a><br />[<a title="Sunting bagian: Alkimia di Mesir Kuno" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Alkimia&action=edit&section=6">sunting</a>] Alkimia di Mesir Kuno<br />Alkimiawan Barat umumnya menelusur asal-usul seni mereka ke <a title="Mesir Kuno" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Mesir_Kuno">Mesir Kuno</a>. <a title="Metalurgi" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Metalurgi">Metalurgi</a> dan <a title="Mistisisme" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Mistisisme">mistisisme</a> bertautan erat di dunia kuno, karena perubahan bijih kusam menjadi <a title="Logam" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Logam">logam</a> berkilau pasti bagi mereka serupa sihir, yang dikuasai suatu aturan misterius. Oleh karena itu, diperkirakan alkimia di Mesir Kuno dikuasai oleh kelas pendeta.<br />Kota <a title="Iskandariyah" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Iskandariyah">Iskandariyah</a> di Mesir adalah pusat pengetahuan alkimia, dan tetap diagungkan hingga setelah keruntuhan budaya Mesir Kuno sekalipun, selama masa-masa Yunani dan Romawi. Sayangnya, hampir tak ada dokumen Mesir asli tentang alkimia yang masih tersisa sekarang. Andaikan ada, tulisan-tulisan itu kemungkinan besar hilang ketika <a class="mw-redirect" title="Kaisar Romawi" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kaisar_Romawi">Kaisar</a> <a class="mw-redirect" title="Diocletian" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Diocletian">Diocletian</a> memerintahkan pembakaran buku-buku alkimia setelah meredam pemberontakan di Iskandariyah (<a title="296" href="http://id.wikipedia.org/wiki/296">296</a>), yang merupakan pusat alkimia Mesir. Alkimia Mesir sebagian besar dikenal melalui tulisan para filosof kuno (Helenisme) <a title="Yunani" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Yunani">Yunani</a>, yang sekarang hanya tersisa sebagai terjemahan Islam.<br />Menurut legenda, pendiri alkimia Mesir adalah Dewa <a class="new" title="Thoth (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Thoth&action=edit&redlink=1">Thoth</a>, yang disebut Hermes-Thoth atau Thrice-Great Hermes (<a title="Hermes Trismegistus" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hermes_Trismegistus">Hermes Trismegistus</a>) oleh bangsa Yunani. Konon ia menulis sesuatu yang disebut 42 Kitab Pengetahuan, yang mencakup semua bidang pengetahuan — termasuk alkimia. Lambang Hermes adalah <a class="new" title="Caduceus (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Caduceus&action=edit&redlink=1">caduceus</a> atau tongkat ular, yang menjadi salah satu dari banyak lambang utama alkimia. "<a class="new" title="Tablet Emerald (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Tablet_Emerald&action=edit&redlink=1">Tablet Emerald</a>" atau <a class="new" title="Hermetica (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Hermetica&action=edit&redlink=1">Hermetica</a> karya Thrice-Greatest Hermes, yang dikenal hanya melalui terjemahan Yunani dan <a title="Bahasa Arab" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Arab">Arab</a>, secara umum diakui telah membentuk dasar praktik dan filsafat alkimia Barat, yang disebut <a title="Hermetisisme" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hermetisisme">filsafat hermetis</a> oleh para praktisi awalnya.<br />Inti pertama "Tablet Emerald" menyampaikan tujuan ilmu hermetis: "sebenar-benarnya, seyakin-yakinnya, dan tanpa keraguan, apa-apa yang di bawah itu sama dengan apa-apa yang di atas, dan apa-apa yang di atas sama dengan apa-apa yang di bawah, untuk menciptakan mukjizat satu hal" (<a class="new" title="Johann Ludwig Burkhardt (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Johann_Ludwig_Burkhardt&action=edit&redlink=1">Burckhardt</a>, h. 196-7). Ini adalah keyakinan <a class="new" title="Makrokosmos (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Makrokosmos&action=edit&redlink=1">makrokosmos</a>-<a class="new" title="Mikrokosmos (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Mikrokosmos&action=edit&redlink=1">mikrokosmos</a> inti bagi filsafat <a class="mw-redirect" title="Hermetis" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hermetis">hermetis</a>. Dengan kata lain, tubuh manusia (mikrokosm) dipengaruhi oleh dunia luar (makrokosm), yang mencakup langit melalui <a title="Astrologi" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Astrologi">astrologi</a>, dan bumi melalui <a class="mw-redirect" title="Unsur" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Unsur">unsur</a> (Burckhardt, h. 34-42).<br />Setelahnya, bangsa Masedonia yang berbahasa Yunani menaklukkan Mesir dan mendirikan kota Iskandariyah pada <a title="331" href="http://id.wikipedia.org/wiki/331">331</a>. Ini mempertemukan mereka dengan pemikiran Mesir.<br /><a id="Alkimia_di_dunia_Yunani" name="Alkimia_di_dunia_Yunani"></a><br />[<a title="Sunting bagian: Alkimia di dunia Yunani" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Alkimia&action=edit&section=7">sunting</a>] Alkimia di dunia Yunani<br />Bangsa Yunani mengambil keyakinan hermetis bangsa Mesir dan memadukannya dengan filsafat <a title="Pythagoras" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pythagoras">Pythagoreanisme</a>, <a class="new" title="Ionianisme (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Ionianisme&action=edit&redlink=1">ionianisme</a>, dan <a class="new" title="Gnostisisme (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Gnostisisme&action=edit&redlink=1">gnostisisme</a>. Pada intinya, Filsafat Pythagorean adalah keyakinan bahwa bilangan mengatur alam semesta, keyakinan yang berasal dari pengamatan bunyi, bntang, bentuk geometris seperti segitiga, atau apa pun yang perhitungannya dapat menghasilkan angka <a class="new" title="Rasio (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Rasio&action=edit&redlink=1">rasio</a>. Pemikiran <a class="new" title="Ionia (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Ionia&action=edit&redlink=1">Ionia</a> didasarkan pada keyakinan bahwa alam semesta dapat dijelaskan melalui mempelajari <a title="Fenomena" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Fenomena">fenomena alam</a>; filsafat ini diyakini diciptakan oleh <a title="Thales" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Thales">Thales</a> dan muridnya <a title="Anaximander" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Anaximander">Anaximander</a>, dan kemudian dikembangkan oleh <a title="Plato" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Plato">Plato</a> dan <a title="Aristoteles" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Aristoteles">Aristoteles</a>, yang karya-karyanya menjadi bagian alkimia. Menurut keyakinan ini, alam semesta dapat digambarkan oleh beberapa <a class="mw-redirect" title="Hukum alam" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hukum_alam">hukum alam</a> yang dapat diketahui melalui penjelajahan filosofis yang hati-hati, saksama, teliti. Komponen ketiga yang dimasukkan ke filsafat hermetis oleh bangsa Yunani adalah <a class="new" title="Gnotisisme (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Gnotisisme&action=edit&redlink=1">gnotisisme</a>, keyakinan yang tersebar luas di <a title="Kekaisaran Romawi" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kekaisaran_Romawi">Kekaisaran Romawi</a> Kristen, bahwa dunia itu tidak sempurna karena diciptakan dengan cara yang tercacat, dan bahwa mempelajari sifat materi spiritual akan menuntun kita ke keselamatan. Mereka juga meyakini bahwa <a title="Tuhan" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tuhan">Tuhan</a> tidak "menciptakan" alam semesta dalam makna klasik, tetapi bahwa alam semesta diciptakan "dari-Nya", tetapi kemudan rusak (bukan dirusakkan oleh pelanggaran Adam dan Hawa, yakni <a class="new" title="Dosa waris (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Dosa_waris&action=edit&redlink=1">dosa waris</a>). Menurut keyakinan Gnostisisme, memuja kosmos, alam, dan makhluk dunia, itulah memuja Tuhan Sejati. Kaum Gnostik tidak mencari keselamatan dari dosa, melainkan berupaya melepaskan diri dari ketidaktahuan, meyakini bahwa dosa hanyalah konsekuensi dari ketidaktahuan. Teori Platonis dan neo-Platonis tentang universal dan ke-Mahakuasa-an Tuhan juga diserap.<br />Sebuah konsep yang sangat penting yang diperkenalkan pada masa ini, berasal dari <a class="mw-redirect" title="Empedocles" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Empedocles">Empedocles</a> dan dikembangkan <a title="Aristoteles" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Aristoteles">Aristoteles</a>, adalah bahwa semua hal di alam semesta terbentuk dari hanya empat unsur: tanah, udara, air, dan api. Menurut Aristoteles, setiap unsur memiliki lingkup asalnya, tempatnya kembali jika tidak terganggu (Lindsay, h. 16) .<br />Keempat unsur bangsa Yunani lebih merupakan aspek kualitatif materi, bukan kuantitatif sebagaimana unsur kimia modern. "...Alkimia sejati tak pernah menganggap tanah, udara, air, dan api sebagai zat fisik atau kimia sebagaimana makna katanya di masa kini. Keempat unsur ini sederhananya adalah sifat-sifat primer dan umum. Melalui sifat-sifat ini, zat nirbentuk dan kuantitatif dari semua benda mewujudkan dirinya dalam bentuk-bentuk yang jelas" (Hitchcock, h. 66). Para alkimiawan selanjutnya (jika Plato dan Aristoteles boleh disebut alkimiawan) mengembangkan aspek mistis konsep ini secara luas.<br /><a id="Alkimia_di_Kekaisaran_Romawi" name="Alkimia_di_Kekaisaran_Romawi"></a><br />[<a title="Sunting bagian: Alkimia di Kekaisaran Romawi" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Alkimia&action=edit&section=8">sunting</a>] Alkimia di Kekaisaran Romawi<br />Bangsa <a title="Romawi" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Romawi">Romawi</a> mengambil alkimia dan metafisika Yunani, sebagaimana mereka menyerap sebagian besar pengetahuan dan filsafat Yunani. Pada akhir <a title="Kekaisaran Romawi" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kekaisaran_Romawi">Kekaisaran Romawi</a>, filsafat alkimia Yunani telah digabungkan dengan filsafat bangsa Mesir dan membentuk aliran Hermetisisme (Lindsay).<br />Namun, perkembangan agama <a class="mw-redirect" title="Kristen" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kristen">Kristen</a> di Kekaisaran tersebut membawa jalur pemikiran yang bertolak belakang, berakar dari <a title="Agustinus dari Hippo" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Agustinus_dari_Hippo">Agustinus</a> (354-430 M), seorang filsuf Kristen awal yang menuliskan keyakinannya menjelang runtuhnya Kekaisaran Romawi. Pada intinya, ia merasa bahwa <a class="new" title="Akal (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Akal&action=edit&redlink=1">akal</a> dan <a title="Iman" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Iman">iman</a> dapat digunakan untuk memahami Tuhan, tetapi <a class="new" title="Filsafat eksperimental (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Filsafat_eksperimental&action=edit&redlink=1">filsafat eksperimental</a> itu buruk: "Dalam jiwa juga terdapat, melalui indra badaniah ini, sejenis keinginan dan keingintahuan hampa yang bertujuan bukan untuk menikmati tubuh, tetapi memperoleh pengalaman melalui tubuh, dan keingintahuan hampa ini dihormati atas nama pembelajaran dan ilmu pengetahuan" (Agustinus, h. 245).<br />Gagasan Augustinian jelas-jelas menentang eksperimen, tetapi ketika teknik eksperimental Aristotelian tersedia bagi dunia Barat, teknik tersebut tidak ditolak. Namun, pemikiran Augustinian sudah mendarah daging dalam masyarakat Zaman Pertengahan dan digunakan untuk menuding alkimia sebagai ilmu yang tidak ilahiah. Pada akhirnya, pada akhir era pertengahan, arus pemikiran ini menciptakan celah permanen, yang memisahkan alkimia dari agama yang justru dahulu mendorong kelahirannya.<br />Sebagian besar pengetahuan Romawi tentang alkimia, sebagaimana pengetahuan Yunani dan Mesir, sekarang hilang. Di Alexandria, pusat pengkajian alkimia di Kekaisaran Roma, seni tersebut disampaikan dari mulut ke mulut dan untuk mempertahankan kerahasiaan, hanya sedikit yang dituliskan. (Sejak itu kata "hermetis" berarti "rahasia") (Lindsay, h. 155). Mungkin saja ada sebagian yang ditulis di Alexandria, dan kemudian hilang atau terbakar di masa-masa kericuhan setelah itu.<br /><a id="Alkimia_di_dunia_Islam" name="Alkimia_di_dunia_Islam"></a><br />[<a title="Sunting bagian: Alkimia di dunia Islam" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Alkimia&action=edit&section=9">sunting</a>] Alkimia di dunia Islam<br />Setelah runtuhnya Kekaisaran Romawi, fokus perkembangan alkimia berpindah ke Timur Tengah. Yang diketahui tentang alkimia <a title="Islam" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Islam">Islam</a> jauh lebih banyak karena dokumentasinya lebih baik: malah, sebagian besar tulisan yang diturunkan selama bertahun-tahun diabadikan dalam bentuk terjemahan Islam (Burckhardt, h. 46).<br />Dunia Islam merupakan tempat peleburan bagi alkmia. Pemikiran <a title="Plato" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Plato">Platonis</a> dan <a title="Aristoteles" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Aristoteles">Aristotelian</a>, yang sudah sedikit-banyak disisihkan menjadi ilmu hermetis, terus diasimilasi. Alkimiawan Islam seperti <a class="mw-redirect" title="Al-Razi" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Al-Razi">Abu Bakar Muhammad bin Zakariya al-Razi</a> (Rasis atau Rhazes dalam <a title="Bahasa Latin" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Latin">Bahasa Latin</a>) juga menyumbangkan temuan-temuan kimiawi penting, seperti teknik <a class="mw-redirect" title="Penyulingan" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Penyulingan">penyulingan</a> (kata alembic dan <a title="Alkohol" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Alkohol">alkohol</a> juga berasal dari <a title="Bahasa Arab" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Arab">Bahasa Arab</a>), <a title="Asam klorida" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Asam_klorida">asam klorida</a>, <a title="Asam sulfat" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Asam_sulfat">asam sulfat</a>, dan <a title="Asam nitrat" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Asam_nitrat">asam nitrat</a>, al-natrun, dan <a class="mw-redirect" title="Alkali" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Alkali">alkali</a> — yang kemudian membentuk nama untuk unsur <a title="Natrium" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Natrium">natrium</a> dan <a title="Kalium" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kalium">kalium</a> — dan banyak lagi. Penemuan bahwa air raja atau <a title="Aqua regia" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Aqua_regia">aqua regia</a>, campuran asam nitrat dan asam klorida, dapat melarutkan logam termulia — emas — adalah penemuan yang mengompori imajinasi para alkimiawan selama seribu tahun berikutnya.<br />Para filosuf Islam juga memberikan sumbangan besar untuk hermetisisme alkimia. Penulis yang paling berpengaruh dalam hal ini adalah <a title="Abu Musa Jabir bin Hayyan" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Abu_Musa_Jabir_bin_Hayyan">Jabir bin Hayyan</a> (جابر إبن حيان dalam Bahasa Arab, Geberus dalam Bahasa Latin; Geber dalam Bahasa Inggris). Tujuan utama Jabir adalah <a class="new" title="Takwin (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Takwin&action=edit&redlink=1">takwin</a>, penciptaan buatan makhluk hidup dalam laboratorium alkimia, hingga dan termasuk manusia. Ia menganalisis setiap unsur Aristotelian, panas, dingin, kering, dan lembap (Burkhardt, h. 29). Menurut Jabir, dalam setiap logam, dua sifat ini berada di dalam dan dua berada di luar. Misalnya, timah itu dingin dan kering di luar, sedangkan emas itu panas dan lembab. Maka, Jabir berteori, dengan mengatur ulang sifat-sifat sebuah logam, bisa dihasilkan logam lain (Burckhardt, h. 29). Dengan penalaran ini, pencarian <a class="mw-redirect" title="Batu filosof" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Batu_filosof">batu filosof</a> diperkenalkan dalam alkimia Barat. Jabir mengembangkan <a class="new" title="Numerologi (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Numerologi&action=edit&redlink=1">numerologi</a> yang rumit, yakni huruf-akar dari nama sebuah zat dalam <a title="Bahasa Arab" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Arab">Bahasa Arab</a>, jika ditransformasi, akan berkaitan dengan sifat fisika unsur tersebut.<br />Sekarang sudah umum diterima bahwa alkimia Tiongkok memengaruhi alkimiawan Arab (Edwardes hh. 33-59; Burckhardt, h. 10-22), meskipun sejauh apa pengaruh itu masih diperdebatkan. Demikian pula, ilmu <a class="mw-redirect" title="Hindu" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hindu">Hindu</a> diasimilasi ke dalam alkimia Islam, tetapi, sekali lagi, besarnya dan pengaruhnya tidak banyak diketahui.<br /><a id="Alkimia_di_Eropa_Zaman_Pertengahan" name="Alkimia_di_Eropa_Zaman_Pertengahan"></a><br />[<a title="Sunting bagian: Alkimia di Eropa Zaman Pertengahan" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Alkimia&action=edit&section=10">sunting</a>] Alkimia di Eropa Zaman Pertengahan<br />Karena kuatnya hubungan dengan kebudayaan Yunani dan Romawi , alkimia diterima dengan mudah oleh filsafat Kristen, dan para alkimiawan Eropa zaman pertengahan memperluas penyerapannya terhadap pengetahuan alkimia Islam. <a class="new" title="Gerbert of Aurillac (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Gerbert_of_Aurillac&action=edit&redlink=1">Gerbert of Aurillac</a>, yang kemudian menjadi <a title="Paus Silvester II" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Paus_Silvester_II">Paus Silvester II</a>, (meninggal 1003) adalah salah seorang di antara yang pertama membawa ilmu pengetahuan Islam ke Eropa dari <a title="Spanyol" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Spanyol">Spanyol</a>. Tokoh sesudahnya seperti <a class="new" title="Adelard of Bath (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Adelard_of_Bath&action=edit&redlink=1">Adelard of Bath</a>, yang hidup pada <a class="new" title="Abad 12 (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Abad_12&action=edit&redlink=1">abad 12</a>, membawa pengetahuan tambahan. Tetapi sampai dengan <a class="new" title="Abad 13 (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Abad_13&action=edit&redlink=1">abad 13</a> gerakan-gerakan tersebut terutama bersifat asimilatif. (Hollister h. 124, 294)<br />Pada periode ini muncul beberapa penyimpangan terhadap prinsip <a class="new" title="Augustinian (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Augustinian&action=edit&redlink=1">Augustinian</a> dari para pemikir Kristen awal. <a class="new" title="Anselm of Canterbury (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Anselm_of_Canterbury&action=edit&redlink=1">Saint Anselm</a> (<a title="1033" href="http://id.wikipedia.org/wiki/1033">1033</a>–<a title="1109" href="http://id.wikipedia.org/wiki/1109">1109</a>) adalah seorang Benedictine (pengikut St. Benedict) yang mempercayai bahwa keyakinan/iman harus mendahului rasionalisme, sebagaimana Augustine serta kebanyakan teolog sebelum Anselm mempercayai, akan tetapi Anselm lebih berpendapat bahwa iman dan rasionalisme bersifat sesuai dan ia menyemangati rasionalisme di dalam konteks Kristen. Pandangan-pandangannya menyiapkan tempat terjadinya ledakan filsafat. <a class="new" title="Saint Abelard (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Saint_Abelard&action=edit&redlink=1">Saint Abelard</a> seorang penganut karya Anselm, meletakkan dasar diterimanya pemikiran Aristotelian sebelum karya-karya pertama Aristoteles menjangkau dunia Barat. Pengaruh besarnya pada alkimia adalah keyakinannya bahwa alam semesta Platonis tidak memiliki eksistensi terpisah di luar <a title="Kesadaran" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kesadaran">kesadaran</a> manusia. Abelard juga men-sistematika-kan analisis kontradiksi-kontradiksi filsafat. (Hollister, p. 287-8)<br /><a class="new" title="Robert Grosseteste (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Robert_Grosseteste&action=edit&redlink=1">Robert Grosseteste</a> (<a title="1170" href="http://id.wikipedia.org/wiki/1170">1170</a>–<a title="1253" href="http://id.wikipedia.org/wiki/1253">1253</a>) adalah perintis teori ilmiah yang kemudian digunakan dan dipoles oleh para ahli kimia. Ia mengambil metode analisis Abelard dan menambahkan penggunaan pengamatan, eksperimentasi, dan penyimpulan dalam membuat evaluasi ilmiah. Grosseteste juga banyak menjembatani pemikiran Platonis dan Aristotelian. (Hollister hh. 294-5)<br /><a title="Albertus Magnus" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Albertus_Magnus">Albertus Magnus</a> (<a title="1193" href="http://id.wikipedia.org/wiki/1193">1193</a>–<a title="1280" href="http://id.wikipedia.org/wiki/1280">1280</a>) dan <a title="Thomas Aquinas" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Thomas_Aquinas">Thomas Aquinas</a> (<a title="1225" href="http://id.wikipedia.org/wiki/1225">1225</a>–<a title="1274" href="http://id.wikipedia.org/wiki/1274">1274</a>) keduanya adalah pengikut <a class="mw-redirect" title="Dominican" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Dominican">Dominican</a> yang mempelajari Aristoteles dan berusaha mendamaikan kesenjangan antara filsafat dengan agama Kristen. Aquinas banyak menyumbangkan karya dalam pengembangan <a title="Metode ilmiah" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Metode_ilmiah">metode ilmiah</a>. Lebih jauh lagi, ia menyatakan bahwa alam semesta bisa diketahui dengan hanya melalui <a class="new" title="Pemikiran logis (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pemikiran_logis&action=edit&redlink=1">pemikiran logis</a>: ini bertentangan dengan keyakinan Platonis yang umumnya dipegang bahwa alam semesta hanya bisa diketahui semata-mata melalui ilham ketuhanan. Magnus dan Aquinas adalah di antara yang pertama-tama menguji teori alkimiawi, dan mereka bisa juga dianggap sebagai alkimiawan, dengan perkecualian bahwa mereka hanya melakukan sedikit <a class="new" title="Eksperimentasi (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Eksperimentasi&action=edit&redlink=1">eksperimentasi</a>. Salah satu sumbangan Aquinas yang utama adalah keyakinan bahwa karena akal pikiran tidak akan tidak sejalan dengan kehendak Tuhan, maka akal pikiran pasti sesuai dengan <a title="Teologi" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Teologi">teologi</a>. (Hollister h. 290-4, 355)<br />Seorang alkimiawan sejati pertama di Eropa Zaman Pertengahan adalah <a title="Roger Bacon" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Roger_Bacon">Roger Bacon</a>. Karyanya untuk alkimia adalah sebanyak yang dihasilkan <a title="Robert Boyle" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Robert_Boyle">Robert Boyle</a> untuk ilmu <a title="Kimia" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kimia">kimia</a> dan <a title="Galileo Galilei" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Galileo_Galilei">Galileo Galilei</a> untuk <a title="Astronomi" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Astronomi">astronomi</a> dan <a title="Fisika" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Fisika">fisika</a>. Bacon (<a title="1214" href="http://id.wikipedia.org/wiki/1214">1214</a>–<a title="1294" href="http://id.wikipedia.org/wiki/1294">1294</a>) adalah <a title="Fransiskan" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Fransiskan">Fransiskan</a> Oxford yang menjelajahi bidang ilmu <a title="Optik" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Optik">optik</a> dan <a class="mw-redirect" title="Linguistik" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Linguistik">bahasa</a> selain alkimia. Ide pengikut Fransiskan untuk ambil bagian di dunia bukannya menolak dunia membawanya pada keyakinan bahwa eksperimentasi lebih penting daripada pemikiran: " Di antara tiga cara di mana manusia merasa memperoleh pengetahuan: otoritas (karena itu adalah haknya), pemikiran, pengalaman; maka hanya yang terakhirlah yang efektif dan mampu mendamaikan akal budi." (Bacon p. 367) "<a class="new" title="Ilmu Pengetahuan Eksperimental (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Ilmu_Pengetahuan_Eksperimental&action=edit&redlink=1">Ilmu Pengetahuan Eksperimental</a> menguasai kesimpulan semua bidang ilmu pengetahuan. Ia mengungkapkan kebenaran-kebenaran di mana pembuktian dari <a title="Prinsip" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Prinsip">prinsip</a>/hukum-hukum umum tidak diketemukan sebelumnya." (Hollister h. 294-5) Roger Bacon juga dikenal sebagai yang memulai pencarian <a title="Batu filsuf" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Batu_filsuf">batu filsuf</a> serta obat mujarab untuk kehidupan (the elixir of life): "Obat itu akan menghilangkan semua kekotoran dan sifat-sifat buruk dari beberapa jenis logam, dalam pendapat bijaksananya, melenyapkan banyak sifat-sifat buruk yeng mungkin telah berada di tubuh manusia selama berabad-abad." Ide tentang <a title="Keabadian" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Keabadian">keabadian</a> diganti dengan gagasan tentang <a class="new" title="Umur panjang (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Umur_panjang&action=edit&redlink=1">umur panjang</a>; setelah itu semua, kehidupan manusia di Bumi hanya sekedar menunggu dan menyiapkan diri untuk keabadian di dunia Tuhan. Ide tentang keabadian di Bumi tidak berbenturan dengan teologi Kristen.(Edwardes h. 37-8)<br />Bacon bukan hanya dikenal sebagai seorang alkimiawan di puncak jaman pertengahan,melainkan juga yang paling signifikan. Karya-karyanya dipakai oleh para alkimiawan yang tak terhitung jumlahnya dari abad limabelas sampai sembilanbelas. Alkimiawan lain di masa Bacon memiliki beberapa ciri yang sama. Pertama, dan yang paling jelas, yaitu hampir semuanya adalah anggota kependetaan (clergy). Mudahnya, ini disebabkan karena sedikit orang di luar sekolah parokial mendapatkan pelajaran yang meneliti karya-karya turunan dari karya Arab. Juga, alkimia pada masa ini disetujui oleh gereja sebagai metode yang baik untuk mengeksplorasi dan mengembangkan teologi. Alkimia juga menarik bagi orang-orang gereja karena ia menawarkan pandangan rasionalistik tentang alam semesta di mana saat itu manusia baru mulai belajar tentang rasionalisme.(Edwardes h. 24-7)<br />Maka pada akhir abad tigabelas, alkimia berkembang menjadi sebuah sistem keyakinan yang hampir terstruktur. Para ahli percaya pada teori makrokosmos-mikrokosmos dari Hermes, itu berarti, mereka mempercayai bahwa proses yang berpengaruh pada mineral dan zat-zat lain juga akan berpengaruh pada tubuh manusia (misalnya, jika seseorang bisa mempelajari rahasia pemurnian emas, maka ia bisa menerapkan tekniknya untuk memurnikan <a title="Jiwa" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jiwa">jiwa</a> manusia. Mereka percaya pada empat unsur dan empat kualitas yang telah diuraikan di atas, dan mereka memiliki tradisi kuat untuk membungkus ide-ide tulisan mereka ke dalam ruangan labirin <a title="Jargon" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jargon">jargon</a> yang bersandi, penuh dengan jebakan yang membingungkan. Akhir kata, alkimiawan mempraktekkan seni mereka: mereka bereksperimen secara aktif dengan bahan kimiawi serta membuat observasi dan <a title="Teori" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Teori">teori</a> tentang bagaimana cara alam semesta bekerja. Keseluruhan filsafat mereka berkisar antara keyakinan mereka bahwa jiwa manusia terpisah di dalam diri manusia sejak jatuhnya Adam. Dengan memurnikan dua sisi jiwa itu, manusia bisa kembali menyatu dengan Tuhan. (<a class="new" title="Burckhardt h. 149 (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Burckhardt_h._149&action=edit&redlink=1">Burckhardt h. 149</a>)<br />Pada abad empatbelas, pandangan-pandangan ini mengalami perubahan penting. <a class="new" title="William of Ockham (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=William_of_Ockham&action=edit&redlink=1">William of Ockham</a>, seorang Fransiskan <a title="Oxford" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Oxford">Oxford</a> yang meninggal pada <a title="1349" href="http://id.wikipedia.org/wiki/1349">1349</a>, menyerang pandangan kaum <a class="new" title="Thomist (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Thomist&action=edit&redlink=1">Thomist</a> tentang kesesuaian antara iman dan pemikiran. Pandangannya, diterima secara luas sekarang, bahwa Tuhan hanya semata-mata diterima lewat iman; Ia tidak bisa dibatasi oleh pemikiran manusia. Tentu saja pandangan ini tidak salah apabila seseorang menerima dalil tentang ketakterbatasan Tuhan versus keterbatasan kemampuan pemikiran manusia, tapi ini secara tidak langsung menghapus praktek alkimia di abad empatbelas dan limabelas. (Hollister p. 335) <a title="Paus Yohanes XXII" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Paus_Yohanes_XXII">Paus Yohanes XXII</a> di awal tahun <a title="1300" href="http://id.wikipedia.org/wiki/1300">1300</a> mengeluarkan fatwa menentang alkimia, di mana hasilnya adalah membersihkan semua personinl gereja dari praktek Seni. (Edwardes, p.49) Iklim berubah, <a class="mw-redirect" title="Black death" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Black_death">Black plague</a>, dan meningkatnya <a class="mw-redirect" title="Peperangan" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Peperangan">peperangan</a> serta bencana <a title="Kelaparan" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kelaparan">kelaparan</a> yang menandai abad ini, tidak diragukan lagi juga menghambat pencarian filsafat secara umum.<br /><a class="image" title="Simbol misterius alkimia yang terpahat di batu nisan Nicholas Flamel berada di dalam Gereja Holy Innocents di Paris." href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Flamel-figures.png"></a><br /><a class="internal" title="Perbesar" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Flamel-figures.png"></a>Simbol misterius alkimia yang terpahat di batu nisan <a class="new" title="Nicholas Flamel (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Nicholas_Flamel&action=edit&redlink=1">Nicholas Flamel</a> berada di dalam Gereja <a class="new" title="Holy Innocents (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Holy_Innocents&action=edit&redlink=1">Holy Innocents</a> di Paris.<br />Alkimia dijaga kehidupannya oleh orang semacam <a title="Nicolas Flamel" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Nicolas_Flamel">Nicolas Flamel</a>, ia patut diperhitungkan karena ia adalah seorang di antara sedikit alkimiawan yang menulis pada saat sulit tersebut. Flamel yang hidup dari tahun <a title="1330" href="http://id.wikipedia.org/wiki/1330">1330</a> sampai <a title="1417" href="http://id.wikipedia.org/wiki/1417">1417</a> merupakan pembuat pola dasar (<a class="new" title="Archetype (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Archetype&action=edit&redlink=1">archetype</a>) dari alkimia tahap selanjutnya. Dia bukan seorang dari kalangan relijius sebagaimana kebanyakan pendahulunya, Dan seluruh ketertarikannya pada subjek seputar pencarian batu filsuf, di mana ia dianggap telah menemukannya; karya-karyanya banyak menghabiskan waktu dengan uraian proses dan reaksi-reaksi, tapi tidak pernah benar-benar memberikan rumus terjadinya transmutasi. Kebanyakan karya-karyanya bertujuan mengumpulkan pengetahuan alkimia yang telah ada sebelumnya, khususnya yang berkaitan dengan batu filsuf. (Burckhardt pp.170-181)<br />Selama <a class="new" title="Akhir zaman pertengahan (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Akhir_zaman_pertengahan&action=edit&redlink=1">akhir zaman pertengahan</a> (1300-1500) para alkimiawan kebanyakan seperti Flamel: mereka berkonsentrasi pada pencarian batu filsuf dan obat awet muda (elixir of youth), yang sekarang dipercayai sebagai dua hal terpisah. Kiasan yang samar-samar dan <a class="new" title="Simbolisme (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Simbolisme&action=edit&redlink=1">simbolisme</a> dalam tulisan mengarah pada penafsiran yang bervariasi. Misalnya, kebanyakan alkimiawan pada periode ini menafsirkan pemurnian jiwa untuk mengartikan transmutasi timah menjadi emas (di mana mereka percaya bahwa <a class="mw-redirect" title="Air raksa" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Air_raksa">air raksa</a> elemental, atau 'quicksilver', memiliki peranan penting). Mereka ini dianggap sebagai <a class="new" title="Tukang sihir (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Tukang_sihir&action=edit&redlink=1">tukang sihir</a> oleh kebanyakan orang, dan seringkali disiksa karena praktek-praktek mereka. (Edwards hh. 50-75; Norton hh lxiii-lxvii)<br /><a title="Tycho Brahe" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tycho_Brahe">Tycho Brahe</a>, yang lebih dikenal dengan penyelidikannya tentang <a title="Astronomi" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Astronomi">astronomi</a> dan <a title="Astrologi" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Astrologi">astrologi</a>, juga seorang alkimiawan. Ia memiliki laboratorium yang dibangun untuk tujuan itu di institut observatorium/riset <a class="new" title="Uraniborg (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Uraniborg&action=edit&redlink=1">Uraniborg</a>.<br />Salah seorang yang namanya muncul di awal abad enambelas adalah <a class="new" title="Heinrich Cornelius Agrippa (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Heinrich_Cornelius_Agrippa&action=edit&redlink=1">Heinrich Cornelius Agrippa</a>. Alkimiawan ini percaya bahwa dirinya adalah seorang ahli sihir, dalam arti sebenarnya merasa bahwa dirinya mampu memanggil <a class="new" title="Makhluk gaib (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Makhluk_gaib&action=edit&redlink=1">makhluk gaib</a>. Pengaruhnya tidak begitu berarti, tetapi seperti halnya Flamel, ia menghasilkan tulisan-tulisan yang menjadi acuan para alkimiawan tahun-tahun sesudahnya. Sekali lagi seperti halnya Flamel, ia berbuat banyak untuk merubah alkimia dari filsafat yang sifatnya mistis menjadi magic <a class="mw-redirect" title="Okult" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Okult">okultis</a>. Ia meneruskan filosofi para alkimiawan terdahulu, termasuk di dalamnya ilmu pengetahuan eksperimental, numerologi dsb., tapi ia menambahkan teori magic, yang mana ini menguatkan ide alkimia sebagai keyakinan okultist. Meskipun demikian, Agrippa adalah tetap seorang Kristen, walaupun pandangannya seringkali mengalami konflik dengan gereja. (Edwardes p56-9; Wilson p.23-9)<br /><a id="Alkimia_di_Zaman_Modern_dan_Renaisans" name="Alkimia_di_Zaman_Modern_dan_Renaisans"></a><br />[<a title="Sunting bagian: Alkimia di Zaman Modern dan Renaisans" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Alkimia&action=edit&section=11">sunting</a>] Alkimia di Zaman Modern dan Renaisans<br />Alkimia Eropa terus berlanjut seperti ini hingga terbitnya Zaman <a class="mw-redirect" title="Renaisans" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Renaisans">Renaisans</a>. Era ini juga menyaksikan menjamurnya penipu yang menggunakan tipuan kimiawi dan sulap untuk "mendemonstrasikan" transmutasi logam biasa menjadi emas, atau yang mengaku memiliki pengetahuan rahasia yang — dengan modal awal "sedikit" — pasti akan mencapai tujuan tersebut.<br />Nama terpenting pada masa ini adalah Philippus Aureolus <a title="Paracelsus" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Paracelsus">Paracelsus</a> (Theophrastus Bombastus von Hohenheim, <a title="1493" href="http://id.wikipedia.org/wiki/1493">1493</a>–<a title="1541" href="http://id.wikipedia.org/wiki/1541">1541</a>) yang mencetak alkimia menjadi bentuk baru, menolak sebagian okultisme yang telah bertimbun selama bertahun-tahun, mempromosikan penggunaan pengamatan dan eksperimen untuk mempelajari tubuh manusia. Ia menolak tradisi Gnotisisme, tetapi mempertahankan sebagian besar filsafat Hermetis, neo-Platonis, dan Pythagorean; namun, ilmu Hermetis memuat begitu banyak teori Aristotelian sehingga penolakannya terhadap Gnotisisme hampir tak ada artinya. Khususnya, Paracelsus menolak teori-teori sihir Agrippa dan Flamel. Ia tak menganggap dirinya seorang penyihir, dan mengecam orang-orang yang mengaku demikian (Williams hh. 239-45).<br />Paracelsus merintis penggunaan zat kimia dan mineral dalam bidang kedokteran, dan menulis "Banyak orang berkata bahwa alkimia bertujuan membuat emas dan perak. Bagiku, tujuan alkimia bukan itu, melainkan untuk mempelajari kebaikan dan kekuatan yang terkandung dalam obat" (Edwardes, h. 47). Pandangan hermetisnya adalah bahwa penyakit dan kesehatan dalam tubuh bergantung pada keselarasan antara manusia si mikrokosm dan Alam si makrokosm. Ia memakai pendekatan yang berbeda dengan para pendahulunya, yakni menggunakan analogi ini bukan dalam rangka pemurnian-jiwa, tetapi dengan maksud bahwa manusia harus memiliki keseimbangan mineral tertentu dalam tubuhnya, dan bahwa penyakit-penyakit tubuh tertentu dapat disembuhkan dengan obat tertentu (Debus & Multhauf, p.6-12). Meskipun upayanya mengobati penyakit dengan obat seperti air raksa mungkin tampak keliru dari sudut pandang modern, gagasan dasarnya tentang obat kimiawi ternyata bertahan diuji waktu.<br />Di <a title="Inggris" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Inggris">Inggris</a>, topik alkimia dalam masa ini sering dikaitkan dengan Dokter <a class="new" title="John Dee (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=John_Dee&action=edit&redlink=1">John Dee</a> (<a title="13 Juli" href="http://id.wikipedia.org/wiki/13_Juli">13 Juli</a> <a title="1527" href="http://id.wikipedia.org/wiki/1527">1527</a> – <a title="Desember" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Desember">Desember</a> <a title="1608" href="http://id.wikipedia.org/wiki/1608">1608</a>), yang lebih dikenal sebagai <a class="new" title="Astrolog (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Astrolog&action=edit&redlink=1">astrolog</a>, kriptografer, dan "konsultan ilmiah" umum bagi <a class="mw-redirect" title="Ratu Elizabeth I" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ratu_Elizabeth_I">Ratu Elizabeth I</a>. Dee dipandang sebagai ahli karya-karya <a title="Roger Bacon" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Roger_Bacon">Roger Bacon</a>, dan cukup tertarik pada alkimia sehingga menulis buku tentang topik ini (Monas Hieroglyphica, <a title="1564" href="http://id.wikipedia.org/wiki/1564">1564</a>) dengan pengaruh <a title="Kabala" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kabala">Kabala</a>. Teman Dee, <a class="new" title="Edward Kelley (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Edward_Kelley&action=edit&redlink=1">Edward Kelley</a> — yang mengklaim bercakap-cakap dengan <a title="Malaikat" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Malaikat">malaikat</a> melalui bola kristal dan memiliki bubuk yang dapat mengubah <a class="mw-redirect" title="Air raksa" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Air_raksa">air raksa</a> menjadi <a title="Emas" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Emas">emas</a> — mungkin merupakan asal-usul citra charlatan-alkimiawan yang banyak dikenal.<br />Di antara alkimiawan-alkimiawan lain pada masa ini, yang patut dicatat adalah <a class="new" title="Michal Sedziwoj (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Michal_Sedziwoj&action=edit&redlink=1">Michał Sędziwój</a> (Michael Sendivogius) (<a title="1566" href="http://id.wikipedia.org/wiki/1566">1566</a> - <a title="1636" href="http://id.wikipedia.org/wiki/1636">1636</a>), seorang alkimiawan berkebangsaan <a title="Polandia" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Polandia">Polandia</a>, <a class="new" title="Filosof (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Filosof&action=edit&redlink=1">filosof</a> dan dokter, perintis ilmu kimia. Ia mengasumsikan bahwa udara mengandung <a title="Oksigen" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Oksigen">oksigen</a>, 170 tahun sebelum <a class="new" title="Karl Wilhelm Scheele (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Karl_Wilhelm_Scheele&action=edit&redlink=1">Scheele</a> dan <a title="Joseph Priestley" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Joseph_Priestley">Priestley</a>, dengan menghangatkan nitre (<a class="new" title="Saltpetre (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Saltpetre&action=edit&redlink=1">saltpetre</a>). Dia menganggap gas yang dihasilkannya sebagai "minuman kehidupan".<br /><a id="Keruntuhan_Alkimia_Barat" name="Keruntuhan_Alkimia_Barat"></a><br />[<a title="Sunting bagian: Keruntuhan Alkimia Barat" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Alkimia&action=edit&section=12">sunting</a>] Keruntuhan Alkimia Barat<br />Berakhirnya alkimia Barat disebabkan oleh bangkitnya sains modern, yang menekankan eksperimentasi yang setepat-tepatnya dan menganggap remeh "kebijaksanaan kuno". Meskipun benih peristiwa-peristiwa ini ditanam seawal <a title="Abad ke-17" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Abad_ke-17">abad ke-17</a>, alkimia masih berjalan dengan baik selama dua ratusan tahun, dalam fakta ia mungkin telah mencapai titik terjauh (apogee)-nya pada <a class="mw-redirect" title="Abad 18" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Abad_18">abad 18</a>. Akhir 1781 <a class="new" title="James Price (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=James_Price&action=edit&redlink=1">James Price</a> menyatakan telah menghasilkan bubuk yang bisa men-transmutasi air raksa menjadi perak atau emas.<br /><a title="Robert Boyle" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Robert_Boyle">Robert Boyle</a> (<a title="1627" href="http://id.wikipedia.org/wiki/1627">1627</a>–<a title="1691" href="http://id.wikipedia.org/wiki/1691">1691</a>), lebih dikenal dengan studinya tentang gas (cf. <a class="new" title="Hukum Boyle (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Hukum_Boyle&action=edit&redlink=1">hukum Boyle</a>) merintis metode ilmiah dalam penyelidikan kimiawi. Ia tidak memiliki asumsi apa-apa dalam eksperimennya dan ia menghimpun tiap data yang relevan; dalam sebuah eksperimen, Boyle akan mencatat tempat di mana eksperimen berlangsung, karakteristik angin, posisi matahari dan bulan, dan angka barometer, siapa tahu hal-hal tersebut terbukti relevan. (Pilkington h.11) Pendekatan ini suatu saat membawa pada pembentukan ilmu kimia modern pada <a class="mw-redirect" title="Abad 18" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Abad_18">abad 18</a> dan <a class="mw-redirect" title="Abad 19" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Abad_19">abad 19</a> , Berdasarkan penemuan revolusioner dari <a title="Antoine Lavoisier" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Antoine_Lavoisier">Lavoisier</a> dan <a title="John Dalton" href="http://id.wikipedia.org/wiki/John_Dalton">John Dalton</a> — yang pada akhirnya menyediakan kerangka kerja yang logis, kuantitatif dan dapat diandalkan untuk memahami transmutasi materi, serta mengungkapkan kegagalan tujuan alkimia yang telah berlangsung lama seperti misalnya batu fisuf.<br />Sementara itu, alkimia Paracelsian menuntun pada pengembangan ilmu obat-obatan modern. Para eksperimentalis secara berangsur-angsur menemukan cara kerja tubuh manusia, seperti peredaran darah (<a title="William Harvey" href="http://id.wikipedia.org/wiki/William_Harvey">Harvey</a>, <a title="1616" href="http://id.wikipedia.org/wiki/1616">1616</a>), dan pada suatu saat mengetahui bahwa banyak penyakit disebabkan oleh infeksi kuman (<a title="Robert Koch" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Robert_Koch">Koch</a> and <a title="Louis Pasteur" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Louis_Pasteur">Pasteur</a>, <a class="mw-redirect" title="Abad 19" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Abad_19">abad 19</a>) atau kekurangan vitamin dan zat gizi alami (<a class="new" title="James Lind (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=James_Lind&action=edit&redlink=1">Lind</a>, <a title="Christiaan Eijkman" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Christiaan_Eijkman">Eijkman</a>, <a class="new" title="Casimir Funk (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Casimir_Funk&action=edit&redlink=1">Funk</a>, et al.). Didukung oleh perkembangan paralel dalam ilmu kimia organik, ilmu pengetahuan baru itu dengan mudahnya menggeser alkimia dari perannya di bidang medis, interpretif dan preskriptif, sekaligus mengurangi harapan terhadap obat/ramuan ajaib dan membeberkan ketidakefektifan dan bahkan kadar racun yang dimiliki obat semacam itu.<br />Maka, ketika ilmu pengetahuan dengan mantap berlanjut menguak tabir dan merasionalkan mesin waktu alam semesta, yeng dibangun pada metafisika materialistik-nya sendiri, Alkimia dicabut dari hubungannya dengan kimia dan medis — tapi masih terbebani olehnya. Alkimia berkurang menjadi sebuah sistem filsafat yang dianggap sulit dimengerti, lemah hubungannya dengan dunia material, ia mengalami nasib yang serupa dengan disiplin ilmu <a class="new" title="Esoteris (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Esoteris&action=edit&redlink=1">esoteris</a> lainnya seperti <a title="Astrologi" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Astrologi">Astrologi</a> dan <a class="mw-redirect" title="Kabbalah" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kabbalah">Kabbalah</a>: dikeluarkan dari kurikulum, dihindari oleh para pendukung sebelumnya, diasingkan oleh para ilmuwan, dan pada umumnya dipandang sebagai lambang <a class="new" title="Charlatan (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Charlatan&action=edit&redlink=1">charlatanism</a> dan <a class="new" title="Takhayul (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Takhayul&action=edit&redlink=1">takhayul</a>.<br />Perkembangan ini bisa ditafsirkan sebagai bagian dari reaksi yang lebih luas di dalam intelektualisme Eropa melawan gerakan <a class="mw-redirect" title="Romantik" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Romantik">Romantik</a> dari abad sebelumnya. Mungkin akan bijaksana untuk meneliti bagaimana sebuah disiplin ilmu yang pernah mendapat martabat intelektual dan material, lebih dari dua ribu tahun, dapat dengan mudahnya lenyap dari alam pemikiran Barat.<br /><a id="Alkimia_dalam_sastra" name="Alkimia_dalam_sastra"></a><br />[<a title="Sunting bagian: Alkimia dalam sastra" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Alkimia&action=edit&section=13">sunting</a>] Alkimia dalam sastra<br />Banyak pengarang mengecam alkimiawan dan menggunakannya sebagai bahan olok-olokan. Yang terkenal adalah naskah sandiwara <a class="new" title="The Alchemist (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=The_Alchemist&action=edit&redlink=1">The Alchemist</a> oleh <a title="Ben Johnson" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ben_Johnson">Ben Johnson</a>.<br />Dalam buku anak <a title="Harry Potter" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Harry_Potter">Harry Potter</a>, "Batu Filosof" disebut-sebut. Batu ini diciptakan oleh para alkimiawan dalam dunia ciptaan <a title="J.K. Rowling" href="http://id.wikipedia.org/wiki/J.K._Rowling">J.K. Rowling</a>. batu ini bisa merubah logam apapun menjadi emas murni, dan menciptakan "Minuman Kehidupan" yang membuat peminumnya hidup selamanya.<br />Di bagian kedua dari <a class="new" title="Faust (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Faust&action=edit&redlink=1">Faust</a>, <a title="Johann Wolfgang von Goethe" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Johann_Wolfgang_von_Goethe">Johann Wolfgang von Goethe</a> menggambarkan pelayan Faust, Wagner menggunakan ilmu alkimia untuk menciptakan <a class="new" title="Homunculus (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Homunculus&action=edit&redlink=1">homunculus</a>.<br />Istilah alkimia kadang-kadang digunakan mengacu pada studi yang terhambat dalam rangka menjadi ilmu pengetahuan tetapi belum mencapai tahapan itu. Misalnya, <a class="new" title="Larry Niven (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Larry_Niven&action=edit&redlink=1">Larry Niven</a> dalam kisahnya <a class="new" title="Known Space (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Known_Space&action=edit&redlink=1">Known Space</a> menggambarkan <a title="Psikologi" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Psikologi">psikologi</a> abad duapuluh sebagai 'pada tahapan alkimia', sebelum disempurnakan oleh generasi selanjutnya menjadi benar-benar sebuah ilmu pengetahuan.<br /><a id="Rujukan" name="Rujukan"></a><br />[<a title="Sunting bagian: Rujukan" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Alkimia&action=edit&section=14">sunting</a>] Rujukan<br />Augustine (1963). The Confessions. Trans. Rex Warner. New York: Mentor Books.<br />Burckhardt, Titus (1967). Alchemy: Science of the Cosmos, Science of the Soul. Trans. William Stoddart. Baltimore: Penguin.<br />Debus, Allen G. and Multhauf, Robert P. (1966). Alchemy and Chemistry in the Seventeenth Century. Los Angeles: William Andrews Clark Memorial Library, University of California.<br />Edwardes, Michael (1977). The Dark Side of History. New York: Stein and Day.<br />Gettings, Fred (1986). Encyclopedia of the Occult. London: Rider.<br />Hitchcock, Ethan Allen (1857). Remarks Upon Alchemy and the Alchemists. Boston: Crosby, Nichols.<br />Hollister, C. Warren (1990). Medieval Europe: A Short History. 6th ed. Blacklick, Ohio: McGraw-Hill College.<br />Lindsay, Jack (1970). The Origins of Alchemy in Graeco-Roman Egypt. London: Muller.<br />Marius (1976). On the Elements. Trans. Richard Dales. Berkeley: University of California Press.<br />Norton, Thomas (Ed. John Reidy) (1975). Ordinal of Alchemy. London: Early English Text Society.<br />Pilkington, Roger (1959). Robert Boyle: Father of Chemistry. London: John Murray.<br />Weaver, Jefferson Hane (1987). The World of Physics New York: Simon & Schuster.<br />Wilson, Colin (1971). The Occult: A History. New York: Random House.<br />Zumdahl, Steven S. (1989). Chemistry. 2nd ed. Lexington, Maryland: D. C. Heath and Co.<br /><a id="Halaman_alkimia_lainnya" name="Halaman_alkimia_lainnya"></a><br />[<a title="Sunting bagian: Halaman alkimia lainnya" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Alkimia&action=edit&section=15">sunting</a>] Halaman alkimia lainnya<br /><a class="new" title="Vulcan of the alchemists (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Vulcan_of_the_alchemists&action=edit&redlink=1">Vulcan of the alchemists</a><br /><a class="new" title="Philosopher's stone (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Philosopher%27s_stone&action=edit&redlink=1">Philosopher's stone</a><br /><a class="new" title="Hermeticism (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Hermeticism&action=edit&redlink=1">Hermeticism</a><br /><a class="new" title="Transmutation (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Transmutation&action=edit&redlink=1">Transmutation</a><br /><a class="new" title="Duality (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Duality&action=edit&redlink=1">Duality</a><br /><a class="new" title="The four humours (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=The_four_humours&action=edit&redlink=1">The four humours</a><br /><a class="new" title="Alkahest (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Alkahest&action=edit&redlink=1">Alkahest</a>, <a class="new" title="Arcanum (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Arcanum&action=edit&redlink=1">arcanum</a>, <a class="new" title="Berith (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berith&action=edit&redlink=1">berith</a>, <a class="new" title="Elixir (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Elixir&action=edit&redlink=1">elixir</a>, <a class="new" title="Quintessence (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Quintessence&action=edit&redlink=1">quintessence</a><br /><a class="new" title="Alembic (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Alembic&action=edit&redlink=1">Alembic</a><br /><a class="new" title="Circle with a point at its centre (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Circle_with_a_point_at_its_centre&action=edit&redlink=1">Circle with a point at its centre</a><br /><a class="new" title="Goldwasser (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Goldwasser&action=edit&redlink=1">Gold water</a><br /><a class="new" title="Alchemical symbol (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Alchemical_symbol&action=edit&redlink=1">Alchemical symbol</a><br /><a class="new" title="Operative Alchemy (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Operative_Alchemy&action=edit&redlink=1">Operative Alchemy</a><br /><a id="Filsafat_alternatif" name="Filsafat_alternatif"></a><br />[<a title="Sunting bagian: Filsafat alternatif" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Alkimia&action=edit&section=16">sunting</a>] Filsafat alternatif<br /><a class="new" title="Tradisi misteri Barat (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Tradisi_misteri_Barat&action=edit&redlink=1">Tradisi misteri Barat</a><br /><a title="Astrologi" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Astrologi">Astrologi</a><br /><a class="new" title="Necromancy (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Necromancy&action=edit&redlink=1">Necromancy</a>, <a title="Sihir" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sihir">sihir</a>,<br /><a class="new" title="Esotericism (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Esotericism&action=edit&redlink=1">Esotericism</a>, <a class="new" title="Rosicrucianism (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Rosicrucianism&action=edit&redlink=1">Rosicrucianism</a>, <a title="Illuminati" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Illuminati">Illuminati</a><br /><a title="Taoisme" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Taoisme">Taoisme</a> dan <a class="new" title="Lima Unsur (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Lima_Unsur&action=edit&redlink=1">Lima Unsur</a><br /><a class="new" title="Kayaku-Jutsu (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kayaku-Jutsu&action=edit&redlink=1">Kayaku-Jutsu</a><br /><a title="Akupunktur" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Akupunktur">Akupunktur</a>, <a title="Moxibustion" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Moxibustion">moxibustion</a>, <a class="mw-redirect" title="Ayurveda" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ayurveda">ayurveda</a>, <a class="new" title="Homeopathy (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Homeopathy&action=edit&redlink=1">homeopathy</a><br /><a class="new" title="Antroposofi (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Antroposofi&action=edit&redlink=1">Antroposofi</a><br /><a title="Psikologi" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Psikologi">Psikologi</a> and <a class="mw-redirect" title="Carl Jung" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Carl_Jung">Carl Jung</a><br /><a class="mw-redirect" title="New Age" href="http://id.wikipedia.org/wiki/New_Age">New Age</a><br /><a id="Hubungan_ilmiah" name="Hubungan_ilmiah"></a><br />[<a title="Sunting bagian: Hubungan ilmiah" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Alkimia&action=edit&section=17">sunting</a>] Hubungan ilmiah<br /><a title="Kimia" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kimia">Kimia</a><br /><a class="new" title="Isaac Newton's occult studies (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Isaac_Newton%27s_occult_studies&action=edit&redlink=1">Isaac Newton's occult studies</a><br /><a class="new" title="Efek Kolisko (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Efek_Kolisko&action=edit&redlink=1">Efek Kolisko</a><br /><a title="Fisika" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Fisika">Fisika</a><br /><a title="Metode ilmiah" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Metode_ilmiah">Metode ilmiah</a><br /><a title="Protosains" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Protosains">Protosains</a>, <a class="mw-redirect" title="Pseudosains" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pseudosains">Pseudosains</a>, dan <a class="new" title="Anti-sains (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Anti-sains&action=edit&redlink=1">Anti-sains</a><br /><a class="new" title="Teori ilmiah usang (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Teori_ilmiah_usang&action=edit&redlink=1">Teori ilmiah usang</a><br /><a class="new" title="Historisisme (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Historisisme&action=edit&redlink=1">Historisisme</a><br /><a id="Zat_yang_digunakan_alkimia" name="Zat_yang_digunakan_alkimia"></a><br />[<a title="Sunting bagian: Zat yang digunakan alkimia" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Alkimia&action=edit&section=18">sunting</a>] Zat yang digunakan alkimia<br /><a title="Emas" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Emas">Emas</a> • <a title="Perak" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Perak">Perak</a> • <a title="Timah" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Timah">Timah</a> • <a title="Tembaga" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tembaga">Tembaga</a> • <a title="Seng" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Seng">Seng</a> • <a class="mw-redirect" title="Air raksa" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Air_raksa">Air raksa</a><br /><a title="Fosfor" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Fosfor">Fosfor</a> • <a title="Belerang" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Belerang">belerang</a> • <a title="Arsen" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Arsen">arsen</a> • <a class="new" title="Antimoni (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Antimoni&action=edit&redlink=1">antimoni</a><br /><a title="Vitriol" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Vitriol">Vitriol</a> • <a title="Magnesium" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Magnesium">magnesium</a> • <a class="mw-redirect" title="Mesiu" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Mesiu">mesiu</a><br /><a title="Amonia" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Amonia">Amonia</a> • <a class="new" title="Amonium klorida (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Amonium_klorida&action=edit&redlink=1">amonium klorida</a> • <a title="Alkohol" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Alkohol">alkohol</a><br /><a title="Asam sulfat" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Asam_sulfat">Asam sulfat</a> •<a title="Asam klorida" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Asam_klorida">asam klorida</a> • <a title="Asam nitrat" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Asam_nitrat">asam nitrat</a> • <a title="Asam asetat" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Asam_asetat">asam asetat</a> • <a class="mw-redirect" title="Asam formiat" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Asam_formiat">asam formiat</a> • <a title="Asam sitrat" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Asam_sitrat">asam sitrat</a><br /><a title="Aqua regia" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Aqua_regia">Aqua regia</a><br /><a id="Sumber_lain" name="Sumber_lain"></a><br />[<a title="Sunting bagian: Sumber lain" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Alkimia&action=edit&section=19">sunting</a>] Sumber lain<br /><a class="new" title="Daftar ahli alkimia (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Daftar_ahli_alkimia&action=edit&redlink=1">Daftar ahli alkimia</a><br /><a class="new" title="Daftar ahli okult (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Daftar_ahli_okult&action=edit&redlink=1">Daftar ahli okult</a><br /><a id="Pranala_luar" name="Pranala_luar"></a><br />[<a title="Sunting bagian: Pranala luar" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Alkimia&action=edit&section=20">sunting</a>] Pranala luar<br /><a class="external text" title="http://www.levity.com/alchemy/texts.html" href="http://www.levity.com/alchemy/texts.html" rel="nofollow">Alchemy prime source documents online</a><br /><a class="external text" title="http://www.hermeticresearch.org" href="http://www.hermeticresearch.org/" rel="nofollow">Hermetic Research</a> is a Portal on serious Hermetic study and discussion.<br /><a class="external text" title="http://tooting.webspace.fish.co.uk/green/key.html" href="http://tooting.webspace.fish.co.uk/green/key.html" rel="nofollow">The Key</a> Modern operative work<br /><a class="external text" title="http://etext.lib.virginia.edu/cgi-local/DHI/dhi.cgi?id=" href="http://etext.lib.virginia.edu/cgi-local/DHI/dhi.cgi?id=dv1-04" rel="nofollow">Dictionary of the History of Ideas:</a> Alchemy<br /><a class="external text" title="http://www.gutenberg.org/etext/14218" href="http://www.gutenberg.org/etext/14218" rel="nofollow">The Story of Alchemy and the Beginnings of Chemistry</a>, 1913, from <a class="mw-redirect" title="Project Gutenberg" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Project_Gutenberg">Project Gutenberg</a><br /><a class="external text" title="http://peace.wikicities.com" href="http://peace.wikicities.com/" rel="nofollow">Operative Alchemy</a> Cyber retreat ~ Peace ☮ Elements 2005<br />Diperoleh dari "<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Alkimia">http://id.wikipedia.org/wiki/Alkimia</a>"<br /><a title="Istimewa:Daftar kategori" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Istimewa:Daftar_kategori">Kategori</a>: <a title="Kategori:Alkimia" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kategori:Alkimia">Alkimia</a></div>Syamhttp://www.blogger.com/profile/03154960360749382192noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6779179964089018646.post-58380149710757595262009-03-23T18:25:00.000-07:002009-03-23T18:28:54.188-07:00Abu Ali Muhammad al-Hassan ibnu al-Haitham (Bahasa Arab:ابو علی، حسن بن حسن بن الهيثم)<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi5riIdyGm3-GDDII1bXmHd9uX5YtB3PEv-vpdjR3HmLwJNtz5LTaxogsCkk7k9GmhaCjLCRYBUQ7LXARpCVhL1bIGcq8AO5cXAqffk6kEoY-Nscr8mXySMzyPsfBuydrj8-rFP37c6hwTO/s1600-h/493px-Ibn_al-Haytham[1].png"><img id="BLOGGER_PHOTO_ID_5316560146279333202" style="DISPLAY: block; MARGIN: 0px auto 10px; WIDTH: 329px; CURSOR: hand; HEIGHT: 400px; TEXT-ALIGN: center" alt="" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi5riIdyGm3-GDDII1bXmHd9uX5YtB3PEv-vpdjR3HmLwJNtz5LTaxogsCkk7k9GmhaCjLCRYBUQ7LXARpCVhL1bIGcq8AO5cXAqffk6kEoY-Nscr8mXySMzyPsfBuydrj8-rFP37c6hwTO/s400/493px-Ibn_al-Haytham%5B1%5D.png" border="0" /></a><br /><div></div><br /><div>Abu Ali Muhammad al-Hassan ibnu al-Haitham (<a title="Bahasa Arab" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Arab">Bahasa Arab</a>:ابو علی، حسن بن حسن بن الهيثم) atau Ibnu Haitham (<a title="Basra" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Basra">Basra</a>,<a title="965" href="http://id.wikipedia.org/wiki/965">965</a> - <a title="Kairo" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kairo">Kairo</a> <a title="1039" href="http://id.wikipedia.org/wiki/1039">1039</a>), dikenal dalam kalangan cerdik pandai di Barat, dengan nama Alhazen, adalah seorang <a title="Ilmuwan" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ilmuwan">ilmuwan</a> <a title="Islam" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Islam">Islam</a> yang ahli dalam bidang <a class="mw-redirect" title="Sains" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sains">sains</a>, <a title="Falak" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Falak">falak</a>, <a title="Matematika" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Matematika">matematika</a>, <a title="Geometri" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Geometri">geometri</a>, <a class="mw-redirect" title="Pengobatan" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pengobatan">pengobatan</a>, dan <a title="Filsafat" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Filsafat">filsafat</a>. Beliau banyak pula melakukan penyelidikan mengenai <a title="Cahaya" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Cahaya">cahaya</a>, dan telah memberikan ilham kepada ahli sains barat seperti <a class="new" title="Boger (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Boger&action=edit&redlink=1">Boger</a>, <a class="new" title="Bacon (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Bacon&action=edit&redlink=1">Bacon</a>, dan <a class="mw-redirect" title="Kepler" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kepler">Kepler</a> dalam menciptakan <a title="Mikroskop" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Mikroskop">mikroskop</a> serta <a title="Teleskop" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Teleskop">teleskop</a>..<br />Daftar isi[<a class="internal" id="togglelink" href="javascript:toggleToc()">sembunyikan</a>]<br /><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ibnu_Haitham#Sejarah">1 Sejarah</a><br /><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ibnu_Haitham#Masa_ilmuwan-ilmuwan_Islam">1.1 Masa ilmuwan-ilmuwan Islam</a><br /><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ibnu_Haitham#Perjalanan_hidup">1.2 Perjalanan hidup</a><br /><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ibnu_Haitham#Karya_dan_penelitian">2 Karya dan penelitian</a><br /><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ibnu_Haitham#Sains">2.1 Sains</a><br /><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ibnu_Haitham#Filsafat">2.2 Filsafat</a><br /><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ibnu_Haitham#Karya">2.3 Karya</a><br />//<br /></div><br /><div>[<a title="Sunting bagian: Masa ilmuwan-ilmuwan Islam" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Ibnu_Haitham&action=edit&section=2">sunting</a>] Masa ilmuwan-ilmuwan Islam<br /><a title="Islam" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Islam">Islam</a> sering kali diberikan gambaran sebagai agama yang mundur dan memundurkan. Islam juga dikatakan tidak menggalakkan umatnya menuntut dan menguasai pelbagai lapangan ilmu. Kenyataan dan gambaran yang diberikan itu bukan saja tidak benar tetapi bertentangan dengan hakikat sejarah yang sebenarnya.<br />Sejarah telah membuktikan betapa dunia Islam telah melahirkan banyak golongan sarjana dan ilmuwan yang cukup hebat dalam bidang <a class="mw-redirect" title="Falsafah" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Falsafah">falsafah</a>, <a class="mw-redirect" title="Sains" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sains">sains</a>, <a title="Politik" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Politik">politik</a>, kesusasteraan, kemasyarakatan, <a title="Agama" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Agama">agama</a>, pengobatan, dan sebagainya. Salah satu ciri yang dapat diperhatikan pada para tokoh <a class="new" title="Ilmuwan Islam (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Ilmuwan_Islam&action=edit&redlink=1">ilmuwan Islam</a> ialah mereka tidak sekedar dapat menguasai ilmu tersebut pada usia yang muda, tetapi dalam masa yang singkat dapat menguasai beberapa bidang ilmu secara bersamaan.<br />Walaupun tokoh itu lebih dikenali dalam bidang <a class="mw-redirect" title="Sains" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sains">sains</a> dan pengobatan tetapi dia juga memiliki kemahiran yang tinggi dalam bidang <a title="Agama" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Agama">agama</a>, <a class="mw-redirect" title="Falsafah" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Falsafah">falsafah</a>, dan sebagainya. Salah seorang daripada tokoh tersebut ialah Ibnu Haitham atau nama sebenarnya Abu All Muhammad al-Hassan ibnu al-Haitham.<br /><a id="Perjalanan_hidup" name="Perjalanan_hidup"></a><br />[<a title="Sunting bagian: Perjalanan hidup" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Ibnu_Haitham&action=edit&section=3">sunting</a>] Perjalanan hidup<br />Dalam kalangan cerdik pandai di Barat, beliau dikenali dengan nama Alhazen. Ibnu Haitham dilahirkan di <a class="mw-redirect" title="Basrah" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Basrah">Basrah</a> pada tahun 354H bersamaan dengan <a title="965" href="http://id.wikipedia.org/wiki/965">965</a> <a title="Masehi" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Masehi">Masehi</a>. Beliau memulai pendidikan awalnya di Basrah sebelum dilantik menjadi pegawai pemerintah di bandar kelahirannya. Setelah beberapa lama berkhidmat dengan pihak pemerintah di sana, beliau mengambil keputusan merantau ke <a class="mw-redirect" title="Ahwaz" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ahwaz">Ahwaz</a> dan <a class="mw-redirect" title="Baghdad" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Baghdad">Baghdad</a>. Di perantauan beliau telah melanjutkan pengajian dan menumpukan perhatian pada penulisan.<br />Kecintaannya kepada ilmu telah membawanya berhijrah ke <a title="Mesir" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Mesir">Mesir</a>. Selama di sana beliau telah mengambil kesempatan melakukan beberapa kerja penyelidikan mengenai aliran dan saliran Sungai <a class="mw-redirect" title="Nil" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Nil">Nil</a> serta menyalin buku-buku mengenai <a title="Matematika" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Matematika">matematika</a> dan <a title="Falak" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Falak">falak</a>. Tujuannya adalah untuk mendapatkan uang cadangan dalam menempuh perjalanan menuju <a title="Universitas Al-Azhar" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Universitas_Al-Azhar">Universitas Al-Azhar</a>.<br />Hasil daripada usaha itu, beliau telah menjadi seo­rang yang amat mahir dalam bidang sains, falak, mate­matik, <a title="Geometri" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Geometri">geometri</a>, pengobatan, dan falsafah. Tulisannya mengenai mata, telah menjadi salah satu rujukan yang penting dalam bidang pengajian sains di Barat. Malahan kajiannya mengenai pengobatan mata telah menjadi asas kepada pengajian pengobatan modern mengenai mata.<br /><a id="Karya_dan_penelitian" name="Karya_dan_penelitian"></a><br />[<a title="Sunting bagian: Karya dan penelitian" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Ibnu_Haitham&action=edit&section=4">sunting</a>] Karya dan penelitian<br /><a id="Sains" name="Sains"></a><br />[<a title="Sunting bagian: Sains" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Ibnu_Haitham&action=edit&section=5">sunting</a>] Sains<br />Ibnu Haitham merupakan ilmuwan yang gemar melakukan penyelidikan. Penyelidikannya mengenai cahaya telah memberikan ilham kepada ahli sains barat seperti Boger, Bacon, dan Kepler mencipta mikroskop serta teleskop. Beliau merupakan orang pertama yang menulis dan menemui pelbagai data penting mengenai cahaya.<br />Beberapa buah buku mengenai cahaya yang ditulisnya telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggeris, antaranya ialah Light dan On Twilight Phenomena. Kajiannya banyak membahaskan mengenai senja dan lingkaran cahaya di sekitar bulan dan matahari serta bayang bayang dan gerhana.<br />Menurut Ibnu Haitham, cahaya fajar bermula apabila mata­hari berada di garis 19 darjah di ufuk timur. Warna merah pada senja pula akan hilang apabila mata­hari berada di garis 19 darjah ufuk barat. Dalam kajiannya, beliau juga telah berjaya menghasilkan kedudukan cahaya seperti bias cahaya dan pembalikan cahaya.<br />Ibnu Haitham juga turut melakukan percubaan terhadap kaca yang dibakar dan dari situ terhasillah teori lensa pembesar. Teori itu telah digunakan oleh para saintis di Itali untuk menghasilkan kanta pembesar yang pertama di dunia.<br />Yang lebih menakjubkan ialah Ibnu Haitham telah menemui prinsip isi padu udara sebelum seorang saintis yang bernama Trricella mengetahui perkara itu 500 tahun kemudian. Ibnu Haitham juga telah menemui kewujudan tarikan graviti sebelum Issaac Newton mengetahuinya. Selain itu, teori Ibnu Hai­tham mengenai jiwa manusia sebagai satu rentetan perasaan yang bersambung-sambung secara teratur telah memberikan ilham kepada saintis barat untuk menghasilkan wayang gambar. Teori beliau telah membawa kepada penemuan filem yang kemudiannya disambung-sambung dan dimainkan kepada para penonton sebagaimana yang dapat kita tontoni pada masa kini.<br /><a id="Filsafat" name="Filsafat"></a><br />[<a title="Sunting bagian: Filsafat" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Ibnu_Haitham&action=edit&section=6">sunting</a>] Filsafat<br />Selain sains, Ibnu Haitham juga banyak menulis mengenai falsafah, logik, metafizik, dan persoalan yang berkaitan dengan keagamaan. Beliau turut menulis ulasan dan ringkasan terhadap karya-karya sarjana terdahulu.<br />Penulisan falsafahnya banyak tertumpu kepada aspek kebenaran dalam masalah yang menjadi pertikaian. Padanya pertikaian dan pertelingkahan mengenai sesuatu perkara berpunca daripada pendekatan yang digunakan dalam mengenalinya.<br />Beliau juga berpendapat bahawa kebenaran hanyalah satu. Oleh sebab itu semua dakwaan kebenaran wajar diragui dalam menilai semua pandangan yang sedia ada. Jadi, pandangannya mengenai falsafah amat menarik untuk disoroti.<br />Bagi Ibnu Haitham, falsafah tidak boleh dipisahkan daripada matematik, sains, dan ketuhanan. Ketiga-tiga bidang dan cabang ilmu ini harus dikuasai dan untuk menguasainya seseorang itu perlu menggunakan waktu mudanya dengan sepenuhnya. Apabila umur semakin meningkat, kekuatan fizikal dan mental akan turut mengalami kemerosotan.<br /><a id="Karya" name="Karya"></a><br />[<a title="Sunting bagian: Karya" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Ibnu_Haitham&action=edit&section=7">sunting</a>] Karya<br />Ibnu Haitham membuktikan pandangannya apabila beliau begitu ghairah mencari dan mendalami ilmu pengetahuan pada usia mudanya. Sehingga kini beliau berjaya menghasilkan banyak buku dan makalah. Antara buku karyanya termasuk:<br />Al'Jami' fi Usul al'Hisab yang mengandungi teori-teori ilmu metametik dan metametik penganalisaannya;<br />Kitab al-Tahlil wa al'Tarkib mengenai ilmu geometri;<br />Kitab Tahlil ai'masa^il al 'Adadiyah tentang algebra;<br />Maqalah fi Istikhraj Simat al'Qiblah yang mengupas tentang arah kiblat bagi segenap rantau;<br />M.aqalah fima Tad'u llaih mengenai penggunaan geometri dalam urusan hukum syarak dan<br />Risalah fi Sina'at al-Syi'r mengenai teknik penulisan puisi.<br />Sumbangan Ibnu Haitham kepada ilmu sains dan falsafah amat banyak. Kerana itulah Ibnu Haitham dikenali sebagai seorang yang miskin dari segi material tetapi kaya dengan ilmu pengetahuan. Beberapa pandangan dan pendapatnya masih relevan sehingga ke hari ini.<br />Walau bagaimanapun sebahagian karyanya lagi telah "dicuri" dan "diceduk" oleh ilmuwan Barat tanpa memberikan penghargaan yang sewajarnya kepada beliau. Sesungguhnya barat patut berterima kasih kepada Ibnu Haitham dan para sarjana Islam kerana tanpa mereka kemungkinan dunia <a title="Eropa" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Eropa">Eropa</a> masih diselubungi dengan kegelapan.<br />Kajian Ibnu Haitham telah menyediakan landasan kepada perkembangan ilmu sains dan pada masa yang sama tulisannya mengenai falsafah telah membuktikan keaslian pemikiran sarjana Islam dalam bidang ilmu tersebut yang tidak lagi dibelenggu oleh pemikiran falsafah <a title="Yunani" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Yunani">Yunani</a>.<br />Diperoleh dari "<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ibnu_Haitham">http://id.wikipedia.org/wiki/Ibnu_Haitham</a>"<br /><a title="Istimewa:Daftar kategori" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Istimewa:Daftar_kategori">Kategori</a>: <a title="Kategori:Artikel yang perlu dirapikan" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kategori:Artikel_yang_perlu_dirapikan">Artikel yang perlu dirapikan</a> <a title="Kategori:Cendekiawan Muslim" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kategori:Cendekiawan_Muslim">Cendekiawan Muslim</a> <a class="new" title="Kategori:Kelahiran 965 (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kategori:Kelahiran_965&action=edit&redlink=1">Kelahiran 965</a> <a class="new" title="Kategori:Kematian 1039 (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kategori:Kematian_1039&action=edit&redlink=1">Kematian 1039</a></div>Syamhttp://www.blogger.com/profile/03154960360749382192noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6779179964089018646.post-73229083801631387352009-03-23T18:20:00.000-07:002009-03-23T18:23:03.020-07:00TOKOH SAINS ISLAM1. Al-Kindi<br />Al-Kindi (يعقوب بن اسحاق الكندي) (lahir: <a title="801" href="http://id.wikipedia.org/wiki/801">801</a> - wafat: <a title="873" href="http://id.wikipedia.org/wiki/873">873</a>), bisa dikatakan merupakan filsuf pertama yang lahir dari kalangan <a title="Islam" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Islam">Islam</a>. Semasa hidupnya, selain bisa ber<a title="Bahasa Arab" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Arab">bahasa Arab</a>, ia mahir <a title="Bahasa Yunani" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Yunani">berbahasa Yunani</a> pula. Banyak karya-karya para filsuf <a title="Yunani" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Yunani">Yunani</a> diterjemahkannya dalam bahasa Arab; antara lain karya <a title="Aristoteles" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Aristoteles">Aristoteles</a> dan <a title="Plotinus (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Plotinus&action=edit&redlink=1">Plotinus</a>. Sayangnya ada sebuah karya Plotinus yang diterjemahkannya sebagai karangan Aristoteles dan berjudulkan Teologi menurut Aristoteles, sehingga di kemudian hari ada sedikit kebingungan.<br />Al-Kindi berasal dari kalangan bangsawan, dari <a title="Irak" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Irak">Irak</a>. Ia berasal dari suku Kindah, hidup di Basra dan meninggal di Bagdad pada tahun 873. Ia merupakan seorang tokoh besar dari bangsa Arab yang menjadi pengikut <a title="Aristoteles" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Aristoteles">Aristoteles</a>, yang telah mempengaruhi konsep al Kindi dalam berbagai doktrin pemikiran dalam bidang sains dan psikologi.<br />Al Kindi menuliskan banyak karya dalam berbagai bidang, geometri, astronomi, astrologi, aritmatika, musik(yang dibangunnya dari berbagai prinip aritmatis), fisika, medis, psikologi, meteorologi, dan politik.<br />Ia membedakan antara intelek aktif dengan intelek pasif yang diaktualkan dari bentuk intelek itu sendiri. Argumen diskursif dan tindakan demonstratif ia anggap sebagai pengaruh dari intelek ketiga dan yang keempat. Dalam <a title="Ontologi" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ontologi">ontologi</a> dia mencoba mengambil parameter dari kategori-kategori yang ada, yang ia kenalkan dalam lima bagian: zat(materi), bentuk, gerak, tempat, waktu, yang ia sebut sebagai substansi primer.<br />Al Kindi mengumpulkan berbagai karya filsafat secara ensiklopedis, yang kemudian diselesaikan oleh <a title="Ibnu Sina" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ibnu_Sina">Ibnu Sina</a> (<a title="Avicenna" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Avicenna">Avicenna</a>) seabad kemudian. Ia juga tokoh pertama yang berhadapan dengan berbagai aksi kejam dan penyiksaan yang dilancarkan oleh para bangsawan religius-ortodoks terhadap berbagai pemikiran yang dianggap <a title="Bid'ah" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bid%27ah">bid’ah</a>, dan dalam keadaan yang sedemikian tragis (terhadap para pemikir besar Islam) al Kindi dapat membebaskan diri dari upaya kejam para bangsawan ortodoks itu.<br />Sumber : <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Al-Kindi">http://id.wikipedia.org/wiki/Al-Kindi</a><br />2. Al-Farabi<br />Abū Nasir Muhammad bin al-Farakh al-Fārābi (<a title="870" href="http://id.wikipedia.org/wiki/870">870</a>-<a title="950" href="http://id.wikipedia.org/wiki/950">950</a>, Bahasa Persia: محمد فارابی ) atau Abū Nasir al-Fārābi (dalam beberapa sumber ia dikenal sebagai Muhammad bin Muhammad bin Tarkhan bin Uzalagh al-Farabi), juga dikenal di dunia barat sebagai Alpharabius, Al-Farabi, Farabi, dan Abunasir adalah seorang filsuf <a title="Islam" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Islam">Islam</a> yang menjadi salah satu ilmuwan dan filsuf terbaik di zamannya. Ia berasal dari Farab, <a title="Kazakhstan" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kazakhstan">Kazakhstan</a>. Sampai umur 50, ia tetap tinggal di Kazakhstan. Tetapi kemudian ia pergi ke <a title="Baghdad" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Baghdad">Baghdad</a> untuk menuntut ilmu di sana selama 20 tahun. Lalu ia pergi ke <a title="Alepo (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Alepo&action=edit&redlink=1">Alepo</a> (Halib), <a title="Suriah" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Suriah">Suriah</a> untuk mengabdi kepada sang raja di sana.<br />Al-Farabi adalah seorang komentator <a title="Filsafat" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Filsafat">filsafat</a> Yunani yang sangat ulung di dunia Islam. Meskipun kemungkinan besar ia tidak bisa ber<a title="Bahasa Yunani" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Yunani">bahasa Yunani</a>, ia mengenal para filsuf <a title="Yunani" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Yunani">Yunani</a>; <a title="Plato" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Plato">Plato</a>, <a title="Aristoteles" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Aristoteles">Aristoteles</a> dan <a title="Plotinus (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Plotinus&action=edit&redlink=1">Plotinus</a> dengan baik. Kontribusinya terletak di berbagai bidang seperti <a title="Matematika" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Matematika">matematika</a>, <a title="Filosofi" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Filosofi">filosofi</a>, <a title="Pengobatan" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pengobatan">pengobatan</a>, bahkan <a title="Musik" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Musik">musik</a>. Al-Farabi telah menulis berbagai buku tentang <a title="Sosiologi" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sosiologi">sosiologi</a> dan sebuah buku penting dalam bidang musik, <a title="Kitab al-Musiqa (halaman belum tersedia)" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kitab_al-Musiqa&action=edit&redlink=1">Kitab al-Musiqa</a>. Ia dapat memainkan dan telah menciptakan bebagai alat musik.<br />Al-Farabi muda belajar ilmu-ilmu islam dan musik di Bukhara. Setelah mendapat pendidikan awal, Al_farabi belajar logika kepada orang Kristen Nestorian yang berbahasa Suryani, yaitu Yuhanna ibn Hailan. Pada masa kekhalifahan Al-Muta’did (892-902M), Al-farabi dan Yhanna ibn Hailan pergi ke Baghdad dan Al-farabi unggul dalam ilmu logika. Al-Farabi selanjutnya banyak memberi sumbangsihnya dalam penempaan filsafat baru dalam bahasa Arab. Pada kekahlifahan Al-Muktafi (902-908M) dan awal kekhalifahan Al-Muqtadir (908-932M) Al-farabi dan Ibn Hailan meninggalkan Baghdad menuju Harran. Dari Baghdad Al-Farabi pergi ke Konstantinopel dan tinggal di sana selama dealapan tahun serta mempelajari seluruh silabus filsafat.<br />Al-Farabi dikenal sebagai “guru kedua” setelah <a title="Aristoteles" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Aristoteles">Aristoteles</a>. Dia adalah filosof islam pertama yang berupaya menghadapkan, mempertalikan dan sejauh mungkin menyelaraskan filsafat politik Yunani klasik dengan islam serta berupaya membuatnya bisa dimengerti di dalam konteks agama-agama wahyu. Karyanya yang paling terkenal adalah Al-Madinah Al-Fadhilah (Kota atau Negara Utama)yang membahas tetang pencapaian kebahagian melalui kehidupan politik dan hubungan antara rezim yang paling baik menurut pemahaman Plato dengan hukum Ilahiah islam. Filsafat politik Al-Farabi, khususnya gagasannya mengenai penguasa kota utama mencerminkan rasionalisasi ajaran Imamah dalam Syi’ah.<br />Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Al-Farabi<br />Ditulis dalam <a title="Lihat seluruh tulisan dalam Tokoh" href="http://id.wordpress.com/tag/tokoh/" rel="category tag">Tokoh</a> Tag: <a href="http://id.wordpress.com/tag/para-pakar-sains/" rel="tag">Para Pakar Sains</a><br />« <a href="http://rodhiyah.wordpress.com/2009/03/13/tokoh-sains-islam/">Tokoh Sains Islam</a>Syamhttp://www.blogger.com/profile/03154960360749382192noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6779179964089018646.post-81814509928047829102009-03-11T18:09:00.000-07:002009-03-11T18:11:15.753-07:00PEMBELAJARAN INOVATIF PEMANFAATAN OUTBOND SAINS SEBAGAI SARANA MEWUJUDKAN MEANINGFUL LEARNINGPEMBELAJARAN INOVATIF<br />PEMANFAATAN OUTBOND SAINS SEBAGAI SARANA MEWUJUDKAN<br />MEANINGFUL LEARNING<br />Oleh Astuti Wijayanti*)<br />*) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta 1<br />ABSTRAK<br />Seperti kita ketahui, berdasarkan Kurikulum Sains SD, sains merupakan cara<br />mencari tahu tentang alam sekitar secara sistematis untuk mengusai pengetahuan,<br />fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan, dan memiliki sikap<br />ilmiah. Pendidikan sains bermanfaat bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan<br />alam sekitar. Pendidikan sains menekankan pada pemberian pengalaman langsung<br />dan kegiatan praktis untuk mengembangkan kompetensi agar siswa memahami alam<br />sekitar secara ilmiah. Pendidikan sains diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat<br />sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih<br />mendalam tentang alam sekitar.<br />Idealnya, pembelajaran sains digunakan sebagai wahana bagi siswa untuk<br />menjadi ilmuwan, terutama siswa SD. Melalui pembelajaran sains di sekolah siswa<br />dilatih berpikir, membuat konsep ataupun dalil melalui pengamatan, dan percobaan.<br />Namun ha tersebut berbeda dengan realita di lapangan masih terkendala untuk<br />mewujudkan idealita tersebut.<br />Kajian ini bertujuan menggali bagaimana lingkungan pembelajaran lebih<br />menarik dengan memunculkan penggunaan pembelajaran inovatif melalui outbond<br />sains sebagai sarana mewujudkan meaningful learning. Pada dasarnya, diskusi ini<br />difokuskan pada kemanfaatan outbond dalam membelajarkan siswa menjadi manusia<br />seutuhnya, yang dapat menginternalisasikan dimensi spiritual ke dalam kegiatan<br />belajar siswa.<br />A. Pendahuluan<br />Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (ipteks) saat ini<br />mengakibatkan perubahan-perubahan di berbagai bidang kehidupan. Mulyasa (2008:<br />9) mengemukakan bahwa pendidikan harus dapat memenuhi tuntutan dan kebutuhan<br />masyarakat, terutama dalam kaitannya dengan permasalahan-permasalahan<br />perkembangan ipteks. Kesuksesan pendidikan anak Indonesia merupakan ujung<br />tombak kemajuan bangsa Indonesia untuk dapat bersaing dengan negara lain.<br />Realita proses pembelajaran di kelas tradisional, siswa kurang didorong untuk<br />mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di dalam kelas<br />didominasi oleh kegiatan belajar yang hanya mengarahkan siswa untuk menghafal<br />*) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta 2<br />informasi saja, otak siswa dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai<br />informasi. Siswa tidak dituntut untuk memahami dan menghubungkan informasi yang<br />diingatnya itu dengan kehidupan sehari-hari siswa. Pembelajaran dengan menerapkan<br />pendekatan tersebut kurang mendorong siswa untuk dapat mengembangkan<br />kemampuan berpikir. Sebagaimana yang diungkapkan Mary (2002: 1) bahwa<br />Thinking outside the box is sometimes difficult when students and teachers are<br />working within the constraints of a traditional classroom. Students especially<br />have their outlooks limited by classroom walls because they often do not yet<br />have a wide perspective on the potential for their actions to have civic<br />consequences.<br />Saat ini pembelajaran yang dilakukan masih belum bermakna. Hal ini<br />sebagaimana diungkapkan Abdurrahman (2007: 100) bahwa selama mengikuti<br />pembelajaran di sekolah siswa jarang bersentuhan dengan pendidikan nilai yang<br />berorientasi pada pembentukan watak dan kepribadian. Hal tersebut mengakibatkan<br />pembelajaran kurang bermakna dan juga mengakibatkan siswa kurang termotivasi<br />untuk mempelajari sains yang ditunjukkan dengan sikap bosan mengikuti proses<br />pembelajaran sehingga sains kurang berkesan dalam benak mereka (Martin, et al.,<br />2005: 6). Oleh karena itu, perlu suatu pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan<br />tahap perkembangan intelektual siswa dan dapat memberikan makna bagi siswa<br />untuk dapat menjadi manusia seutuhnya. Pembelajaran dengan outbond sains<br />memungkinkan siswa mengalami langsung konsep yang dipelajari serta<br />mengembangkan penalaran logis dan mengajarkan siswa untuk menguasai nilai-nilai<br />spiritual, emosional dan intelektual secara optimal. Hal itu dikarenakan materi<br />pembelajaran dapat dirangkum menjadi kegiatan yang dekat dengan pengalaman<br />siswa dalam kesehariannya sehingga menjadi bermakna bagi kehidupan.<br />B. Pembahasan<br />1. Pembelajaran Inovatif<br />Inovasi pendidikan (education innovation) adalah pembaharuan pendidikan<br />secara parsial berskala sekolah atau kelas, dengan objek pembaharuan mengenai salah<br />satu komponen pendidikan (Sukardjo & Das Salirawati, 2008). Santyasa (2005: 5)<br />*) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta 3<br />menambahkan bahwa pembelajaran inovatif adalah pembelajaran yang lebih bersifat<br />student centered, artinya pembelajaran yang lebih memberikan peluang kepada siswa<br />untuk mengkontruksi pengetahuan secara mandiri (self directed) dan dimediasi oleh<br />teman sebaya. Dari pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran<br />inovatif adalah pembaharuan pendidikan yang mengaktifkan siswa untuk<br />meningkatkan kualitas pendidikan dengan menciptakan pembelajaran student<br />centered.<br />Menurut Marsaja (2007) keunggulan pembelajaran inovatif adalah: (1)<br />Kualitas hasil belajar yang dicapai menjadi lebih tinggi; (2) Lingkup hasil belajar<br />menjadi lebih komprehensif; (3) Pembelajaran inovatif tidak saja menekankan pada<br />hasil belajar kognitif, tetapi juga hasil belajar proses dan sikap. Konsekuensinya tentu<br />akan memerlukan waktu yang lebih lama karena dilakukan untuk mencapai banyak<br />hasil belajar. Pembelajaran inovatif dengan metode yang berpusat pada siswa (student<br />centered learning) juga memiliki keragaman model pembelajaran yang menuntut<br />partisipasi aktif dari siswa. Metode-metode tersebut diantaranya sebagai berikut<br />a. Berbagi informasi (information sharing) dengan cara: curah gagasan<br />(brainstorming), kooperatif, kolaboratif, diskusi kelompok (group discussion),<br />diskusi panel (panel discussion), simposium, dan seminar<br />b. Pembelajaran melalui pemecahan masalah (problem solving based learning)<br />dengan cara: studi kasus, tutorial, dan lokakarya.<br />c. Belajar dari pengalaman (experience based) dengan cara: simulasi, bermain<br />peran (roleplay), permainan (game), dan kelompok temu;<br />Salah satu metode alternatif yang saat ini sedang digemari dan diyakini lebih berhasil<br />dari kegiatan ceramah adalah pendidikan luar ruang (outbound education), yang sarat<br />dengan permainan yang menantang, mengandung nilai-nilai pendidikan, dan<br />mendekatkan siswa dengan alam.<br />2. Meaningful Learning<br />Dunia pendidikan saat ini sering lebih menitikberatkan pada bagaimana<br />mengembangkan kecerdasan kognitif sehingga terjebak pada rasional oriented dan<br />melepaskan orientasi irrasional maupun metafisik, semacam spiritual, dan konsep diri<br />yang dianggap sebagai penghambat. Keadaaan yang demikian mengakibatkan<br />pembunuhan karakter yang dimiliki siswa dari sebuah kesatuan dalam dimensi<br />*) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta 4<br />kediriannya. Menurut Abdurrahman (2007: 74) proses pembelajaran meliputi<br />keseluruhan unsur baik kognitif, afektif dan psikomotorik. Apabila proses<br />pembelajaran tidak berjalan secara simultan maka akan terjadi split personality (diri<br />yang terpisah) pada setiap siswa.<br />Gejala split personality ini tampak dalam perjalanan dunia pendidikan kita,<br />tak terkecuali pendidikan sains. Hal ini menjadi tantangan bagi para guru untuk<br />mengupayakan bagaimana melakukan pembelajaran yang menitikberatkan pada<br />proses penyempurnaan manusia atau memanusiakan manusia (to be human) dan<br />mengartikan hidup (enoble life). Spiritualisme yang dilaksanakan dalam pendidikan<br />berorientasi praktik riil seorang guru dan siswa untuk menyempurnakan proses<br />menuju kematangan hidupnya. Pada akhirnya yang diinginkan adalah dimensi<br />spiritual yang mapan dalam diri setiap siswa. Siswa tidak hanya mamapu menangkap<br />pesan lahiriah dari apa yang ia pelajari, namun lebih dari itu siswa juga mampu<br />memproyeksikan pesan esoterik dari setiap teori yang ia pelajari.<br />Pendidikan adalah proses interaksi antara siswa dengan dirinya sendiri<br />(konsentris), siswa dan alam sekitar (horisontal) dan interaksi siswa dengan Allah swt<br />(vertikal), tetapi banyak metode pengajaran kita yang memisah-misahkan ketiga<br />interaksi tersebut. Oleh karena itu guru hendaknya menyadari pentingnya<br />pembelajaran yang bermakna dengan menciptakan keseimbangan antara guru, siswa,<br />dan lingkungan. Hal tersebut dapat diwujudkan dengan memahami dan menerapkan<br />berbagai metode atau model mengajar semisal CTL, Cooperative learning, Quantum<br />learning, quantum teaching, accelerated learning dan sebagainya.<br />Menurut Bartlet pembelajaran lebih bermakna adalah proses pembelajaran<br />yang membangun makna (input), kemudian prosesnya melalui struktur kognitif<br />sehingga akan berkesan lama dalam ingatan/memori (terjadi rekonstruksi). Sementara<br />itu, menurut John Dewey, pembelajaran sejati adalah lebih berdasar pada<br />penjelajahan yang terbimbing dengan pendampingan daripada sekedar transmisi<br />pengetahuan. Pembelajaran merupakan individual discovery. Hal tersebut senada<br />dengan pendapat Burton (1962: 25) bahwa “Learning is experience”. Pengalaman<br />merupakan sumber dari pengetahuan, nilai dan keterampilan. Pendidikan memberikan<br />*) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta 5<br />kesempatan dan pengalaman dalam proses pencarian informasi, menyelesaikan<br />masalah dan membuat keputusan bagi kehidupannya sendiri<br />(www.bocahkecil.info/belajar-bersama-alam.html).<br />Metode belajar inovatif yaitu outbond sains dapat menjadi salah satu sarana<br />yang dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan pertumbuhan fisik dan<br />perkembangan mental siswa seutuhnya sehingga terwujud pembelajaran yang<br />bermakna. Artinya, siswa mampu membangun fisik dan mentalnya dengan belajar<br />sambil bermain karena melalui permainan outbond sains akan terbangun suasana<br />yang lepas, bebas, menyenangkan dan atraktif serta memberi makna dalam belajar<br />siswa..<br />3. Outbond Sains<br />Alam kaya akan pengetahuan. Hal yang tidak dapat siswa pelajari di dalam<br />ruangan, dapat siswa dapatkan di luar ruangan, sehingga siswa dapat belajar membuat<br />kesimpulan dan menguji apa yang diterimanya di kelas. Terdapat tiga tahapan yang<br />dapat dilakukan siswa untuk memudahkan masuknya informasi, yaitu mendengar,<br />menulis atau menggambar lalu melihat dan melakukan percobaan sendiri. Misalnya,<br />belajar tentang bunga, siswa dapat mengeksplorasi bunga misal macam-macam warna<br />mahkota bunga, adanya putik dan benang sari, dan sebagainya. Guru hendaknya<br />dapat mengajak siswa untuk melakukan observasi di lapangan misalnya mengamati,<br />menyentuh atau meraba dan menganalisa. Sebagai contoh siswa melakukan observasi<br />untuk mengenal bagian dari tumbuhan, misalnya daun, akar, batang, kelopak, dan<br />sebagainya. Tak hanya itu, guru juga memaparkan pada siswa masing-masing<br />fungsinya dan bentuknya yang beragam sehingga siswa belajar mengenal apa yang<br />ada di alam melalui semua inderanya.<br />Pembelajaran sains dengan memanfaatkan lingkungan dapat dilakukan dengan<br />cara membawa lingkungan ke dalam kelas, seperti: menghadirkan nara sumber untuk<br />menyampaikan materi di dalam kelas. Agar penggunaan lingkungan sebagai sumber<br />belajar berjalan efektif, maka perlu dilakukan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi<br />serta tindak lanjutnya. Di samping itu pemanfaatan lingkungan dapat ditempuh<br />*) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta 6<br />dengan cara melakukan kegiatan dengan membawa siswa ke lingkungan, seperti<br />survey, karyawisata, berkemah, praktek lapangan dan sebagainya.<br />Outbond adalah suatu program pembelajaran di alam terbuka yang<br />berdasarkan pada prinsip experiential learning (belajar melalui pengalaman<br />langsung) yang disajikan dalam bentuk permainan, simulasi, diskusi dan petualangan<br />sebagai media penyampaian materi. Artinya dalam program outbond tersebut siswa<br />secara aktif dilibatkan dalam seluruh kegiatan yang dilakukan. Dengan langsung<br />terlibat pada aktivitas (learning by doing) siswa akan segera mendapat umpan balik<br />tentang dampak dari kegiatan yang dilakukan, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai<br />bahan pengembangan diri setiap siswa dimasa mendatang. Hal tersebut juga dapat<br />diartikan bahwa proses belajar dari pengalaman (experiental learning) dengan<br />menggunakan seluruh panca indera (global learning) yang nampaknya rumit,<br />memiliki kekuatan karena situasinya “memaksa” siswa memberikan respon spontan<br />yang melibatkan fisik, emosi, dan kecerdasan sehingga secara langsung mereka dapat<br />lebih memahami diri sendiri dan orang lain.<br />Outbond juga dikenal dengan sebutan media outbond activities. Outbond<br />merupakan salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru di<br />sekolah. Dengan konsep interaksi antar siswa dan alam melalui kegiatan simulasi di<br />alam terbuka. Hal tersebut diyakini dapat memberikan suasana yang kondusif untuk<br />membentuk sikap, cara berfikir serta persepsi yang kreatif dan positif dari setiap<br />siswa guna membentuk jiwa kepemimpinan, kebersamaan/teamwork, keterbukaan,<br />toleransi dan kepekaan yang mendalam, yang pada harapannya akan mampu<br />memberikan semangat, inisiatif, dan pola pemberdayaan baru dalam suatu sekolah.<br />Melalui simulasi outdoor activities ini, siswa juga akan mampu<br />mengembangkan potensi diri, baik secara individu (personal development) maupun<br />dalam kelompok (team development) dengan melakukan interaksi dalam bentuk<br />komunikasi yang efektif, manajemen konflik, kompetisi, kepemimpinan, manajemen<br />resiko, dan pengambilan keputusan serta inisiatif. Adapun tujuan outbond menurut<br />Adrianus dan Yufiarti (http://widhoy.multiply.com) tujuan outbond adalah untuk:<br />a. Mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan diri siswa.<br />*) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta 7<br />b. Berekspresi sesuai dengan caranya sendiri yang masih dapat diterima<br />lingkungan.<br />c. Mengetahui dan memahami perasaan, pendapat orang lain dan memahami<br />perbedaan.<br />d. Membangkitkan semangat dan motivasi untuk terus terlibat dalam<br />kegiatan-kegiatan.<br />e. Lebih mandiri dan bertindak sesuai dengan keinginan.<br />f. Lebih empati dan sensitif dengan perasaan orang lain.<br />g. Mampu berkomunikasi dengan baik<br />h. Mengetahui cara belajar yang efektif dan kreatif.<br />i. Memberikan pemahaman terhadap sesuatu tentang pentingnya karakter<br />yang baik.<br />j. Menanamkan nilai-nilai yang positif sehingga terbentuk karakter siswa<br />melalui berbagai contoh nyata dalam pengalaman hidup.<br />k. Membangun kualitas hidup siswa yang berkarakter.<br />l. Menerapkan dan memberi contoh karakter yang baik kepada lingkungan.<br />Kegiatan outbond sains merupakan kegiatan belajar sambil bermain atau<br />sebaliknya. Menurut Vygotsky (Tedjasaputra, 2001: 10) bermain mempunyai peran<br />langsung terhadap perkembangan kongnisi seorang anak dan berperan penting dalam<br />perkembangan sosial dan emosi anak. Menurut Heterington dan Parke<br />(Moeslichatoen, 1999: 34), bermain juga berfungsi untuk mempermudah<br />perkembangan kognitif anak. Belajar sambil bermain akan memungkinkan anak<br />meneliti lingkungan, mempelajari segala sesuatu dan memecahkan masalah yang<br />dihadapinya. Bermain juga meningkatkan perkembangan sosial anak serta untuk<br />memahami peran orang lain dan menghayati peran yang akan diambilnya setelah ia<br />dewasa kelak.<br />Dworetzky (Moeslichatoen, 1999: 34) mengemukakan bahwa fungsi bermain<br />dan interaksi dalam permainan mempunyai peran penting bagi perkembangan<br />kognitif dan sosial siswa. Jadi berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat<br />disimpulkan bahwa manfaat bermain tidak saja dapat meningkatkan perkembangan<br />kognitif dan sosial, tetapi juga perkembangan bahasa, disiplin, perkembangan moral,<br />kreativitas, dan perkembangan fisik siswa.<br />Outbond sains akan menyajikan pembelajaran aktif dan menyenangkan<br />sehingga siswa tidak cepat jenuh dan bosan dalam proses pembelajaran. Suasana<br />kegiatan outbond sains yang menarik dan menyenangkan akan mempermudah siswa<br />*) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta 8<br />dalam pemahaman konsep sains, dan dapat meningkatkan perkembangan psikomotor<br />dan afektif siswa, serta menjadikan pembelajaran akan lebih bermakna. Selain itu,<br />terdapat keuntungan-keuntungan pembelajaran dengan menggunakan outbond sains<br />berdasarkan uraian di atas antara lain yaitu.<br />a. Membuat proses pembelajaran berpusat pada siswa yang menjadikan proses<br />belajar menyangkut semua aspek yang memungkinkan siswa berkembang sebagai<br />individu yang dapat berfungsi secara menyeluruh.<br />b. Memungkinkan siswa membentuk self concept sehingga siswa dapat mengenal<br />dirinya sendiri lebih baik, yaitu mengenal kelebihan dan kekurangan dirinya.<br />c. Melatih siswa untuk mengkonstruk konsep dari pengalaman-pengalamannya yang<br />menyenangkan<br />d. Mengembangkan bakat-bakat siswa<br />e. Mencegah siswa belajar hanya pada tingkat verbal saja<br />f. Belajar secara bermain memberi waktu kepada siswa untuk mengasimilasi dan<br />mengakomodasi informasi.<br />Pendekatan outbond cocok diterapkan karena adanya perbedaan-perbedaan<br />individu dalam kelas. Pada pendekatan ini, siswa diberi rangsangan untuk<br />menemukan konsep yang akan dipelajari dengan dibimbing oleh guru. Adapun<br />kelemahan dari pembelajaran dengan outbond sains yaitu:<br />a. Waktu yang digunakan relatif lama.<br />b. Membutuhkan peralatan dan sumber belajar yang beragam.<br />c. Tenaga yang dibutuhkan lebih banyak.<br />d. Ide permainan dan memberi makna pada tiap konsep memerlukan kreativitas dan<br />perhatian yang lebih dari guru.<br />Prosedur mempersiapkan pembelajaran dengan outbond sains siswa<br />(experiental learning) menurut Oemar Hamalik (2003: 47)adalah sebagai berikut:<br />a. Guru merumuskan dengan teliti pengalaman belajar yang direncanakan untuk<br />memperoleh hasil yang potensial atau memiliki alternatif hasil.<br />b. Guru berusaha menyajikan pengalaman yang bersifat menantang dan memotivasi.<br />c. Siswa dapat bekerja secara individual, tetapi lebih sering bekerja dalam<br />kelompok-kelompok kecil.<br />d. Para siswa ditempatkan dalam situasi-situasi pemecahan masalah yang nyata.<br />*) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta 9<br />e. Para siswa secara aktif berperan serta dalam pembentukan pengalaman membuat<br />keputusan sendiri dan memikul konsekuensi atas keputusan-keputusan tersebut.<br />Menurut Gordon dan Browne (Moeslichatoen, 1999: 57-58) terdapat beberapa<br />aspek yang perlu diperhatikan dalam memilih bahan dan peralatan outbond sains<br />yaitu antara lain:<br />a. Memilih bahan untuk kegiatan bermain yang mengundang perhatian semua siswa,<br />yakni bahan-bahan yang dapat memuaskan kebutuhan, menarik minat, dan<br />menyentuh perasaan mereka.<br />b. Memilih bahan yang multi guna yang dapat memenuhi bemacam tujuan<br />pengembangan seluruh aspek perkembangan siswa.<br />c. Memilih bahan yang dapat memperluas kesempatan siswa untuk<br />menggunakannya dengan bermacam cara.<br />d. Memilih bahan yang mencerminkan karakteristik tingkat usia kelompok siswa.<br />e. Memilih bahan harus sesuai dengan filsafat dan napas kurikulum yang dianut.<br />f. Memilih bahan yang mencerminkan kualitas rancangan dan keterampilan kerja.<br />g. Memilih bahan dan peralatan yang tahan lama.<br />h. Memilih bahan-bahan yang dapat dipergunakan secara fleksibel dan serba guna.<br />i. Memilih bahan yang mudah dirawat dan diperbaiki.<br />j. Memilih bahan yang mencerminkan peningkatan budaya kelompok.<br />k. Memilih bahan yang tidak membedakan jenis kelamin dan meniru-niru.<br />Pembelajaran berdasarkan pengalaman ini menyediakan suatu alternatif<br />pengalaman belajar bagi siswa yang lebih luas daripada pendekatan yang diarahkan<br />oleh guru kelas. Strategi ini menyediakan banyak kesempatan belajar secara aktif,<br />personalisasi dan kegiatan-kegiatan belajar yang lainnya bagi para siswa untuk semua<br />tingkat usia. Pembelajaran dengan outbond ini guru dapat menginternalisasikan<br />dimensi spiritual ke dalam kegiatan belajar siswa, agar apa yang siswa pelajari dapat<br />mendekatkan siswa kepada Allah swt (Sang Pencipta).<br />Adapun hal-hal yang perlu dipersiapkan dalam kegiatan pembelajaran ini<br />adalah:<br />1) Menentukan bentuk kegiatan yang akan dipakai<br />Kegiatan outbond ini dapat divariasi sendiri oleh guru. Misalnya: dalam satu<br />materi dapat dilakukan dengan berbagai bentuk, seperti dalam tema yang lain à<br />lingkungan. Siswa di pos I à sayangi aku (mempelajari tanaman dan praktek<br />menanan dan merawatnya), pos 2à opera sampah (siswa memperagakan dalam<br />bentuk drama singkat/spontan dan guru menjelaskannya), pos 3 à sampah<br />*) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta 10<br />(mengenal sampah dan cara memanfaatkannya, dapat juga dengan praktek), pos 4<br />dilanjutkan dengan pemaknaan terhadap bahaya sampah dalam kehidupan kita,<br />dsb.<br />2) Menentukan waktu pelaksanaan kegiatan.<br />Kegiatan outbond ini dapat dilaksanakan dalam pembelajaran atau dapat juga<br />dilaksanakan di luar jam pelajaran.<br />3) Menentukan rute perjalanan<br />Outbond ini dapat dilakukan satu kelas bersama-sama dengan sistem<br />kompetisi dan dapat juga dilakukan dengan giliran kelompok/rooling, hal tersebut<br />disesuaikan dengan kemampuan dan jumlah guru. Outbond dapat menggunakan<br />rute di sekitar sekolahan atau di lingkungan warga sekitar. Pembelajaran ini juga<br />dapat dilakukan hanya dengan berpindah pos saja.<br />( a) (b)<br />Gambar 1. Skema Rute Pos Outbond: (a) jika terdapat dua guru; (b) jika hanya<br />satu orang guru<br />4) Mempersiapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan di tiap pos.<br />a. Jika menggunakan sistem kompetisi: semakin banyak kelompok yang<br />dibentuk maka peralatannya semakin banyak.<br />b. Jika menggunakan sistem roling: peralatan yang dibutuhkan sedikit.<br />5) Menentukan dan mempersiapkan petugas pos<br />Jika dalam bentuk rolling maka diperlukan lebih banyak penjaga pos daripada<br />dengan sistem kompetisi. Tiap penjaga pos dipersiapkan untuk dapat mengisi pos<br />yang dipegangnya. Untuk menyamakan persepsi tema yang akan diajarkan maka<br />perlu diadakan briefing.<br />Pos<br />2<br />Pos<br />1<br />Pos<br />3<br />1<br />*) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta 11<br />Setelah semua persiapan selesai maka tahap selanjutnya pelaksanaan kegiatan<br />outbond<br />1) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok.<br />2) Guru menjelaskan tentang benda dan sifatnya:<br />3) Guru menjelaskan aturan permainan Outbond.<br />Berikut merupakan contoh implementasi pembelajaran inovatif dengan<br />memanfaatkan outbond sains dalam rangka meningkatkan meaningful learning.<br />POS I à Roket Balon<br />Bahan dan alat: balon dengan soal tantangan<br />selotip<br />benang kasur yang terjulur hingga garis finish<br />sedotan<br />Cara bermain:<br />*) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta 12<br />a) Di garis start telah tersedia balon dengan soal tantangan, selotip, benang<br />kasur yang terjulur hingga garis finish, dan sedotan. Gunakanlah alatalat<br />ini dengan baik.<br />b) Bantuan awal: Sedotan dimasukkan ke dalam benang kasur.<br />c) Diskusikan cara agar balon dan soal dapat diterima oleh teman kalian di<br />seberang (jarak 2-3 meter).<br />d) Setelah balon diterima, kerjakanlah soal dan serahkan 10 menit<br />kemudian kepada petugas pos.<br />e) Kerjakan dengan baik semoga kalian termasuk orang-orang yang<br />beruntung.<br />Kunci: Balon bisa terbang lho....<br />Lembar pertanyaan yang diletakkan ke dalam balon:<br />a) Selain terdapat soal, benda apa yang kalian tiupkan ke dalam balon<br />hingga balon menggelembung?<br />b) Menurut kalian, bagaimanakah bentuk benda tersebut di dalam balon?<br />Apakah bentuknya berubah jika udara dimasukkan ke dalam plastik?<br />c) Dapatkah kalian merasakan udara yang ada di sekitarmu?<br />d) Dapatkah kalian melihatnya dan dapatkah kalian memegangnya?<br />e) Apa yang kalian rasakan ketika melepas balon? Dan mengapa balon<br />yang dilepas dapat berlari dengan kencang?<br />f) Sebutkan sifat-sifat benda gas dalam permainan ini?<br />g) Sebutkan manfaat benda gas dalam kehidupan sehari-hari!<br />Setelah kegiatan outbond, guru bersama siswa membahas kembali apa<br />yang telah dilaksanakan. Metode yang digunakan yaitu metode diskusi, dimana<br />akan diperoleh pendapat yang berbeda dan bervariasi antara siswa yang satu<br />dengan yang lainnya. Guru bertugas memfasilitasi dalam menyisipkan makna<br />(misal pesan moral, sikap dan kerjasama).Misal sebagai contoh dalam kegiatan ini<br />yaitu: Udara yang ada di dalam balon memberikan tekanan sehingga ketika<br />dilepaskan balon dapat berlari menuju ke ujung benang yang lain. Udara<br />merupakan benda gas yang mempunyai sifat bentuknya berubah-ubah sesuai<br />*) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta 13<br />dengan tempatnya, udara dapat memberikan tekanan, udara tidak terlihat dan tak<br />dapat dipegang namun bisa dirasakan, dan udara ada di mana-mana/ada di sekitar<br />kita. Semakin banyak udara dalam balon maka balon juga akan tampak besar dan<br />tekanannya juga besar. Tekanan besar maka larinya semakin cepat à artinya<br />dalam kehidupan ini kita harus mengisi kehidupan kita (seperti balon) dengan<br />menambah wawasan, akhlak yang baik, dan keterampilan-keterampilan, selain itu<br />kita juga harus memupuk semangat, motivasi dan kemauan yang besar agar kita<br />akan dapat berlari dengan cepat untuk mencapai cita-cita. Kemudian siswa<br />diarahkan pada pemanfaatan apa yang sedang dipelajari dengan kehidupan<br />mereka sehingga menjadi orang yang pandai bersyukur. Sebagai contoh: Udara<br />dapat dimanfaatkan untuk<br />a. Mengisi ban kendaraan à tanyakan kepada siswa berapa banyak udara yang<br />di masukkan ke dalam ban kendaraan (sedikit/banyak?) dan dapatkah udara<br />dalam ban-ban tersebut mengangkat 50 orang? Dan berilah tanggapan pada<br />siswa bahwa: meskipun udara yang kita berikan pada ban sedikit, akan tetapi<br />udara memberikan tekanan pada ban sehingga ban menjadi keras dan dapat<br />digunakan kendaraan seperti bus untuk mengangkut 50 orang atau lebih.<br />(jangan menganggap hal yang sepele, karena hal yang sepele kadang adalah<br />sesuatu yang besar pengaruhnya bagi kehidupan).<br />b. Bernafas à tanyakan dari manakah udara yang kita hirup? Bagaimanakah<br />ketika hidungmu mampet? bayarkah kita untuk menghirup udara disekitar<br />kita? Hitunglah berapa banyak tabung gas yang kita perlukan untuk bernafas<br />hingga hari ini? Siapakah yang menciptakan udara? Dan berikanlah tanggapan<br />pada siswa bahwa: kita dapat bebas bernafas, menghirup udara sebebasbebasnya<br />dimanapun kita berada, diberi nikmat kesehatan sehingga dapat<br />bernafas dengan baik Gratis dan jika kita harus bernafas dengan tabung gas<br />maka berapa uang yang akan dikeluarkan hingga kita hidup sampai hari ini.<br />Ini adalah karunia Allah swt. Bersyukurlah atas segala nikmatNya.<br />c. Membantu pembakaran.<br />*) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta 14<br />Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa outbond<br />merupakan salah satu metode yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir,<br />keterampian sosial, life skill, kemampuan spiritual dan sikap siswa Prinsip<br />“experiential learning“ (belajar melalui pengalaman langsung) pada kegiatan outdoor<br />ini, siswa akan mampu mengembangkan potensi diri, baik secara individu (Personal<br />Development) maupun dalam kelompok (Team Development). Melalui outbond,<br />siswa secara aktif dilibatkan dalam seluruh kegiatan yang dilakukan.dan langsung<br />berinteraksi dengan alam untuk mengenal Allah swt (Sang Pencipta) dan mencintai<br />lingkungan .tempat hidupnya. Banyak orang yang mengetahui bahwa teknik tersebut<br />dapat mengembangkan potensi siswa dan memberikan lingkungan belajar yang<br />kreatif dan menyenangkan, akan tetapi guru jarang memanfaatkan outbond dalam<br />pembeajaran secara formal. Padahal jika outbond ini dilakukan maka akan diperoeh<br />kemanfaatan yang uar biasa. .<br />Daftar Pustaka<br />Abdurrahman. (2007). Meaningful learning re-invensi kebermaknaan pembelajaran.<br />Yogyakarta: Pustaka Pelajar.<br />Burton, William H. 1962. The guidance of learning activity. New York: Appleton-<br />Century-Crofts, Inc.<br />http://widhoy.multiply.com/journal/item.15/definisi_dan manfaat outbond. diakses<br />pada tanggal 6 Januari 2009.<br />http://marsaja.wordpress.com<br />I Wayan Santyasa. (2005). Model pembelajaran inovatif dalam implementasi KBK,<br />Makalah Penataran Guru-Guru SMP, SMA, dan SMK se- Kabupaten<br />Jembrana Juni-Juli 2005. Jembrana: FMIPA IKIP Negeri Singaraja.<br />Martin, et.al. (2005). Teaching science for all children: inquiry methods for<br />constructing understanding-3rd edition. Pearson education. Inc.<br />Mary, et.al. (2002). Linking universities and k-12 through design of outdoor learning<br />environment. Paper ini dipubikasikan di J. Chambers (Ed.). (2002).<br />Selected Papers from the 13 International Conference on College Teaching<br />and Learning, (pp. 65-74) diakses dari www.glenninstitute.org.pdf pada<br />tanggal 22 Januari 2009.<br />*) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta 15<br />Moeslichatoen, R. (1999). Metode pengajaran di taman kanak-kanak. Jakarta: Penerbit<br />Rineka Cipta.<br />Mulyasa. (2008). Implementasi KTSP Kemandirian guru dan kepala sekolah. Jakaerta:<br />Bumi Aksara..<br />Oemar Hamalik. (2003). Pendekatan baru strategi belajar mengajar berdasarkan<br />CBSA. Bandung: penerbit Sinar Baru Algesindo Bandung.<br />Sukardjo&Das Salirawati. Pembelajaran sains (IPA) terpadu yang kreatif dan<br />menyenangkan, Makalah Seminar Nasional Program Studi Pendidikan Sains<br />Program Pascasarjana UNY, 8 Oktober 2008. Yogyakarta: Program Studi<br />Pendidikan Sains PPs UNY.<br />Tedjasaputra, Mayke S. (2001). Bermain mainan dan permainan untuk pendidikan usia<br />dini. Jakarta: Grasindo.<br />www.bocahkecil.info/belajar-dengan-alam.htmlSyamhttp://www.blogger.com/profile/03154960360749382192noreply@blogger.com2